Namaku adalah Rin. Suasana tenang setelah berakhirnya masalah dunia. Dunia kembali damai dan tentram tanpa ada gangguan lagi, semoga ini bisa bertahan. Aku sedang dalam perjalanan menuju bandara menggunakan sebuah taksi.
Ya, aku hari ini akan berangkat menuju luar negeri.
Taksi yang tumpangi berhenti, yang artinya aku sudah sampai ke bandara itu. Aku mulai menarik koperku dan masuk kedalam bandara. Suasananya sangat ramai, dipenuhi banyak orang dari berbagai negara untuk berkunjung.
"Pesawat A1P Network akan berangkat segera berangkat dalam 30 menit lagi" kata seseorang yang berbicara di speaker pemberitahuan bandara.
Aku pun duduk di sebuah kursi yang berada di pesawat itu, dan menunggu keberangkatan sesambil memasukan tasku kedalam loker yang ada diatas.
Pesawat ini merupakan pesawat terbesar, tidak tanggung-tanggung, mereka sering kali membawa penumpang berjumlah ratusan. Menurutku ini semacam migrasi atau apa mereka hanya memasukan penumpang lain agar pesawat yang lain tidak terganggu.
Ngomong-ngomong kebetulan aku duduk sendirian di sini, tidak ada penumpang lain yang duduk di sampingku, karena mungkin mereka sudah dapat kursi yang disediakan. "Untungnya…."
Pesawat akhirnya berangkat, membawaku pergi dari kota dan negaraku. "Semoga perjalanan kali ini lancar"
"Pesawat A1P Network sudah lepas landas dari landasan pacu. Semua aman terkendali, Pesawat A1P Network meminta izin untuk berbelok mengikut jalur tujuan" ucap co-pilot pesawat itu.
"Psss…. Ini menara kontrol, perintah diterima. Ketinggian Pesawat berada di 1000 kaki diatas permukaan laut. Kekuatan angin 7km/jam. Pesawat diperbolehkan untuk mengikuti jalur"
"Pesawat telah mengaktifkan Auto-Pilot"
Seorang pramugari baik hati memberikan minuman kepadaku. "Terima kasih" begitulah kataku.
Aku memandang keluar jendela, melihat sekumpulan awan-awan yang berkerumunan bak kapas indah yang sangkut di atas langit, tidak, kini akulah yang ada di langit. Huff….
Hari mulai gelap, matahari tampak seakan termakan sisi gelap bumi, malam pun akan tiba. Suasana yang ramai sekali penuh dengan banyak percakapan orang. Aku akhirnya mencoba meraih tas kecilku dan mengambil sebuah earphone, mendengarkan musik kesukaanku.
"Hm…Hm….Hm♪"
"Ah."
Seorang pramugari kembali dengan membawakanku jamuan makan malam. "Terima kasih" ucapku dengan kata-kata yang sama.
Perjalanan ini akan lama, aku akan mencoba santai sejenak sambil menyenderkan kepalaku.
"Huphh….hupphhh"
Saking bosannya, aku meniup kaca jendela pesawat yang berembun karena dinginnya malam. Aku ingin tau, seberapa kuat angin diluar sana.
Perasaan aneh tiba-tiba muncul dibenakku, aku merasa ada hal janggal disini. Apa itu? Apa hanya perasaanku saja?
Hari sudah larut malam, tapi aku masih terjaga di gelapnya malam. Para penumpang telah tertidur di tempat mereka masing-masing.
Ah? Tiba-tiba aku melihat lampu kabin berkedip secara cepat dan kembali normal. Aku bersumpah melihat lampu itu, dan bukan perasaanku saja.
Apa yang terjadi….
Aku tidak sengaja melihat seorang pramugari lewat disamping ku menuju ke ruang kontrol pesawat dengan ekspresi khawatir. Iya, pada akhirnya aku menyadari sesuatu yang salah disini.
"Pak, pesawat secara perlahan kehilangan ketinggian dan kecepatannya…." ucap Co-pilot.
"Egh…. Kalau begini terus, ini bisa berbahaya!" sahut sang Pilot dengan ekspresi muram dan berkeringat dingin bercucuran.
"Ini A1P Network, menara terdekat, tolong masuk"
"Ini menara kontrol. Apa ada yang bisa kami bantu?"
"A1P Network meminta untuk melakukan pendaratan darurat. Kami menduga ada yang sesuatu yang salah dengan sistem pesawat"
"A1P Network berada di 15 Km dari sini, kami akan mengosongkan landasan akhir untuk A1P Network melakukan pendaratan darurat"
Seketika saat itulah seluruh penerbangan terjadi penundaan mendadak. Ancaman besar sedang mengancam Pesawat A1P Network yang ditumpangi Rin.
(Menara Kontrol)
"Pak, sinyal Pesawat A1P Network semakin lemah di radar. Kami takutkan ada sesuatu yang terjadi pada pesawat itu"
"Apapun yang terjadi terus berkomunikasi dengan Pilotnya!"
"Baik, pak!"
…
Aku mendengar suara percikan api, tapi dimana? Ah, lampu kabin berkedip-kedip lalu mati secara tiba-tiba, kini kabin pesawat hanya disinari oleh sinar bulan. Ternyata pesawat ini dalam masa ketegangan, untung para penumpangnya belum menyadari apapun.
Suara mesin baling-baling pesawat semakin samar-samar terdengar. Akupun beranjak pergi dari tempat dudukku dan menghampiri salah seorang pramugari.
"Apa yang terjadi?" tanyaku.
"Tidak ada apa-apa, silahkan kembali ke tempat duduk anda" jawab salah seorang pramugari yang mencoba menutupi sesuatu dari sini.
"Bagaimana bisa baik-baik saja?" tanyaku sedikit tegas, ini bukan hal bagaimana bisa dibilang baik-baik saja. Ada sesuatu yang salah di pesawat ini.
Suara ledakan kecil terdengar dari ruang pengendali. Pilot dan Co-pilot mencoba untuk mengatasi masalah yang terjadi. Lampu dan monitor sistem pesawat berkedip-kedip berkali-kali dan pada akhirnya mati.
"Masuk! Masuk! Cih, sial, kita kehilangan komunikasi dengan menara pusat" keluh sang Co-pilot pesawat.
"Sial, tiba-tiba sistem pesawat mati. Itu artinya kita akan jatuh dari ketinggian 7000 feet" ungkap sang Pilot.
(Menara Kontrol)
"Lapor, pesawat A1P Network hilang kontak dari menara kontrol" ucap salah seorang petugas.
"Apa?! Tetap coba menghubungi!"
Aku kembali ke tempat dudukku, hah…. apa yang sebenarnya terjadi.
Pesawat seketika perlahan miring kearah depan, alarm peringatan pun berbunyi. Mesin dan sistem pesawat telah mati.
Aku merasakan pesawat ini semakin miring kedepan, sial. Aku memasang sabuk pengamanku dengan erat, pesawat ini akan jatuh. Apa hidupku sampai disini saja….
Tapi kenapa para awak kabin disini sama sekali tidak menyuruh penumpang lain untuk bangun dan memasang sabuk pengaman mereka? Apakah…. Tidak ada harapan untuk selamat…. "Sudah kuduga…."
Pendengaran ku berdenging, pesawat sepertinya mulai jatuh dari ketinggian dengan kecepatan berangsur-angsur bertambah. Kesadaranku dan tubuhku terasa ditarik dari atas. "Ugh…. Nafasku sesak" Tidak salah lagi, aku pasti terkena efek dari jatuhnya pesawat ini.
"Egh…. Rasanya sepertinya jiwaku ditarik dengan cepat"
Pandanganku semakin buyar, benda yang kulihat menjadi tidak lagi dikenali lagi. Aku terus memegangi dadaku. Dan, aku melihat sesuatu yang merah didepan. Suara ledakan yang samar-samar terdengar pun terjadi, cahaya terang itu semakin mendekatiku bersamaan suara dengungan amat nyaring menggerogoti pendengaranku.
Semuanya, gelap….
….
Ah! Apa yang terjadi, kenapa semua gelap?
Aku mencoba untuk mencoba mengingat apa yang terjadi, tapi kepalaku menjadi sangat sakit. Apa yang sebenarnya terjadi….
Tiba-tiba pandanganku kembali, tetapi…. semuanya seperti data Glitch yang berterbangan, bahkan dengan apa yang kuinjak di setiap deret langkah yang aku ciptakan. Dunia macam ini? Apakah ini adalah tempat jurang penghubung dunia manusia dan alam baka?
Tiba-tiba semua pandanganku berubah menjadi neraka, aku tersalip dengan pisau dan kawat berduri melekat di kedua kaki dan tanganku. Aku mencoba untuk lepas, tapi itu mustahil!
Api berkobar dimana-mana, dan disaat itu makhluk besar mirip dengan iblis mendekat sambil membawa sebuah senjata yang mirip bintang.
Dan pada saat itulah, aku tidak mengingat apapun yang pernah kulihat.
Gelap….
(Dark Abyss, Dimensi para iblis)
Seorang gadis berambut merah tiba-tiba tersungkur dengan keadaan terengah-engah kelelahan. Penampilannya, dia memiliki satu tanduk di kepala sebelah kanannya, dia adalah seorang anak manusia setengah iblis, tapi dari wajahnya dia tidak terlalu terlihat mencolok sebagai seorang iblis.
Flashback menggema dikepalanya, sebuah kota yang porak-poranda dihancurkan oleh pasukan orc. Seluruh penduduk dibantai habis-habisan oleh mereka semua.
Seorang wanita berjubah hitam menghampirinya.
"Ixora Kona…." sapanya sambil tersenyum menyeringai.