Hari pertama musim semi….
"Hoahhhh…." aku terbangun di kamarku, panas dari sinar matahari yang masuk dari sela-sela membuatku bangun dengan berkeringat. Tidak biasanya aku berkeringat saat bangun, dan aku rasa bau badanku tidak lagi wangi seperti biasanya. Aku pun membuka jendela kamar, sinar matahari masuk kedalam kamarku. Sesuatu yang janggal mulai kurasakan, sepertinya aku melupakan sesuatu. "Tunggu dulu, sial! Aku kesiangan….!"
Aku mulai bergegas mengganti pakaian tidurku lalu beranjak keluar dari kamarku menuju ke dapur untuk sarapan, walaupun tidak sempat lagi. "Selamat pagi Miraa- ahhh…." ucap Leo yang terjatuh tertumpuk pakaian kotor yang ia bawa akibat ku tabrak karena menghalangi jalanku.
"Kenapa pantsu nya malah jatuh ke wajahku…. Eh, Tunggu dulu, apakah aku lagi yang mencuci semua pakaianmu lagi?"
"Aku ada urusan penting, kakak sekalian bersih-bersih rumah." jawabku.
"Ahh, jadi maid lagi…." keluh Leo.
"Aku berangkat." aku berlari sambil menggigit sebuah roti di mulutku, menelusuri jalanan yang basah akibat salju-salju mulai mencair di tanah.
"~ah semoga aku tidak terlalu terlambat dengan janji temuku."
Aku memakai sebuah kalung di leherku, kalung itu akan melindungiku dari sinar matahari yang bisa membuatku pingsan jika terkena sinar matahari secara langsung.
…
"Hmmph, Kak Mirai kemana sih…. Ditunggu daritadi juga." kesal Erikka melihat Mirai tak kunjung datang ketempat yang mereka janjikan.
Kona menghampiri Erikka sesambil membawakan sekeranjang apel. "Erikka kenapa cemberut?" tanya Kona. Erikka menoleh ke arah Kona "Kak Mirai tuh…. Padahal sudah janji. Dia terlambat…. Hmmp." jawab Erikka dengan ekspresi cemberut.
Kona mengambilkan sebuah apel yang ia bawa lalu diberikan kepada Erikka. "Nah, ambilah." ucap Kona sambil tersenyum. Erikka meraih apel yang Kona berikan padanya lalu memakannya. "Emmm, wahh apel ini enak sekali." ungkap Erikka sambil memejamkan matanya menikmati apel pemberian Kona.
"Yap, hemm…. enak" sahut Kona sambil ikut memakan sebuah apel. Erikka menoleh ke arah Kona. "Apelnya banyak sekali, kak Kona memang suka apel ya?" tanya Erikka kepada Kona.
"Emm…. Iya. Aku memang suka Apel, rasanya sangat enak. Makanya aku menyukainya" jawab Kona yang masih mengunyah Apel di mulutnya.
Sementara itu, Mirai masih dalam perjalanan menuju ke tempat Erikka dan Kona berada. Ia berlari tanpa menghiraukan orang-orang yang ada dihadapannya. Orang-orang merasa kedinginan ketika merasakan Aura dingin milik Mirai yang tidak sengaja keluar.
"Tunggu dulu, kenapa udaranya tiba-tiba sangat dingin?" ucap salah seorang yang sedang duduk di sebuah kursi didekat jalan.
"Entahlah, cuaca zaman sekarang memang aneh" sahut seorang temannya yang berada didekatnya sembari membuka tempat air yang ia bawa untuk ia minum, dan ternyata airnya membeku. "Ehh…. Kenapa ini?!"
"Ada apa?"
"Air yang kubawa tiba-tiba membeku?! Apa yang terjadi…."
Mirai mendengar seseorang yang mengeluh air minum miliknya membeku. "Heh? Kurasa aku tidak sengaja mengeluarkan aura dingin saat berlari tadi. Aduh, semoga orang-orang tidak melihat kearahku" batin Mirai sambil menutupi sebelah wajahnya.
…
"Kulihat kau banyak perubahan sekarang, Faza"
Enderarl dan Faza saling berbincang satu sama lain di dimensi penjara milik Enderarl. Faza mulai membuka mulutnya setelah mendengar perkataan Enderarl.
"Ya…. Semenjak aku tau bagaimana dirimu, dan aku berakhir seperti ini. Rasanya, aku ingin…. Entahlah, kurasa aku tidak mempunyai tujuan untuk saat ini"
"Di kampung halamanmu, ya…. Mungkin ada dalang dibalik semua ini. Orang yang menjadi dalang dibalik kematian kedua orang tuamu" tukas Enderarl.
"Ya…. Kurang lebih begitu" lirih Faza.
"Hah, kau ingin mencari orangnya lalu membalaskan dendammu?"
"Hmm…. Mungkin"
"Sepertinya aku bisa membantu kalian berdua…."
Tiba-tiba seseorang menimpali perkataan Faza yang membuat mereka berdua terkejut. "Hah, apa?" kejut Faza menoleh ke arah belakang.
Terlihat seorang wanita yang memakai jubah berjalan menuju mereka berdua.
"Bagaimana bisa kau berada disini!?" tanya Faza yang kebingungan ada orang yang menyusup masuk ke dalam dimensi penjara milik Enderarl.
Langkah kaki wanita itu berhenti. "Aku adalah penjelajah dimensi ruang dan waktu, tidak kusangka ada dimensi yang seperti ini. Tidak, aku bercanda. Aku memang sedang mencari kalian berdua, lebih tepatnya kau, Enderarl. Dasar naga aneh, ternyata kau sudah akrab dengan seorang manusia"
"Untuk apa kau mencariku? Dan siapa dirimu sebenarnya?!" tegas Enderarl.
"Santai saja, namaku adalah Lixue. Sebenarnya aku memang mencarimu, setelah tidak sengaja mendengar ucapan kalian aku jadi berubah pikiran. Aku bisa membantu kalian, bantuanku juga termasuk bantuan kalian kepadaku. Karena tujuan kita sama, apakah kalian tau Raja Iblis Azazel? Hah, kalian pasti tau dengan iblis itu!" ucap Lixue berbasa-basi.
"Apa maksudmu? Ada apa hubungannya dengan iblis itu?" tanya Faza kepada Lixue.
"Singkatnya, Insiden 21 tahun yang lalu itu adalah bagian dari ritual pembangkitan Enderarl…."
"Apa?!" kejut Faza setelah mendengar perkataan Lixue.
"…Yap. Sebenarnya itu tidak benar-benar termasuk ritual pembangkitannya. Orang yang ditugaskan untuk menangkap Enderarl malah keluar dari perintah dan menyerang kerajaan Endolaria disaat kelahiranmu. Seharusnya ia menangkap Enderarl untuk ia berikan kepada atasannya, orang yang sangat ingin mendapatkan kekuatan Enderarl, dengan tujuan yang sama, balas dendam" ungkap Lixue menjelaskan.
"Bagaimana kau bisa tau semua itu?" tanya Enderarl.
"Aku adalah mata-mata dari mereka. Jadi aku bisa mengumpulkan informasi tentang latar belakang mereka dan untuk apa mereka membangkitkan Azazel. Maka dari itu, aku mengajakmu untuk menghentikan langkah mereka. Aku tau dimana persembunyian mereka, dan kita harus sepakat sebelum besok. Besok, Azazel akan benar-benar dibangkitkan. Semua orang dalam bahaya!" jawab Lixue.
"Tentang itu semua…. Kau sangat menyakinkan menurutku, ya…. Kami akan membantumu, kita saling menguntungkan sekarang" ucap Faza.
"Faza…. Bukankah itu terlalu terburu-buru?" tanya Enderarl.
"Tidak…. Aku tau apa yang aku lakukan" jawabnya sambil berjalan menuju Lixue. Ia lalu mengarahkan telapak tangannya ke arah Lixue untuk melakukan salaman.
"Baik, kita saling menguntungkan sekarang, 'kan…." ucap Lixue menimpali perkataan Faza.
Mereka berdua bekerjasama untuk mengacaukan rencana pembangkitan Azazel. Namun, kita tidak akan tau apa yang akan terjadi nantinya.
…
Faza dan Lixue berjalan menyelusuri hutan. di atas bukit. Mereka sedang menuju ke tempat keberadaan sekelompok orang yang berencana membuat ritual pembangkitan Azazel.
"Lihatlah, itu mungkin mereka…." ucap Lixue sambil menunjuk kearah asap yang mengepul ke atas langit.
"Sekarang apa rencana kita?" tanya Faza.
"Mudah saja, kita akan mengalahkan mereka semua dan mengambil batu permata yang mempunyai energi magis sebagai inti ritual ini." jawab Lixue menjelaskan.
"Hah? Hanya kita berdua?" kejut Faza setelah mendengar perkataan Lixue.
"Yap! Tenang saja"
"Baiklah…."
…
"Tuan, aku merasakan keberadaan orang lain di hutan ini! Mereka mencoba menyusup kehutan ini, tidak salah satu dari mereka adalah Lixue." ucap seseorang.
Seseorang yang sepertinya adalah dalang dari pembangkitan Azazel berjalan menuju ketempat yang dikhususkan sebagai ritual. Tempat itu dipenuhi lilin-lilin dan mayat-mayat orang yang sudah mati yang tergeletak didekat simbol pentagon raksasa. Orang itu bernama Wren.
"Begitu ya, rencanaku berjalan dengan lancar. Lixue sangat bisa diandalkan" ucapnya.
Terlihat Lixue dan Faza mendekati sekitaran area goa tempat persembunyian mereka. "Kita sudah sampai…. Aku rasa kau tidak menduga sesuatu" ucap Lixue.
"Apa itu….?" tanya Faza kebingungan.
Lixue berjalan beberapa langkah didepan, lalu ia membalikkan tubuhnya dan menatap ke arah Faza. "Kau ternyata memang bodoh dalam bertindak, kau bahkan sampai tidak menerka perkataanku dari awal. Termasuk kau Azazel…." jelas Lixue sambil tersenyum menyeringai.
"Eh, apa yang…."
Tanah tempat Faza injak muncul sebuah simbol pentagone disekelilingnya, membuatnya tidak dapat bergerak sama sekali. "Sial…. Apakah ini semua hanyalah jebakan?!" geram Faza.
"Iyap!" ucap seseorang yang berjalan menuju ke arah Lixue, dia adalah Wren. "Aku sudah tau itu, kau mencariku kan?" tanya Wren.
"Bukankah kau…."
"Kau sangat membenciku sampai kau tidak dapat berpikir dengan jernih…. Sebenarnya, aku dari dulu mencari keberadaan Enderarl setelah salah satu pengikutku membangkang dan malah menyerang kerajaan tempat tinggalmu. Tidak-tidak, sebenarnya kau tidak ada alasan jelas untuk membenciku. Enka, dia sebenarnya mempunyai masa lalu sepertiku…. Karena dendamnya hal teragis menimpamu."
"Sejak awal, walaupun orang yang kubenci sudah mati. Aku akan tetap menganggapmu sebagai dalang dari semua ini!" bentak Faza.
"Hmm…. Lixue, apa yang kau katakan sampai dia segitu bencinya padaku….?" tanya Wren kepada Lixue.
"Sebenarnya tidak ada…. Dia mungkin menganggapmu sebagai otak dari masa lalunya. Kau harusnya tau kenapa aku mengatakannya bodoh dari awal…." jawab Lixue dengan santainya.
"Hah, begitu ya. Sebenarnya aku mempercayaimu dan mencurigaimu secara tidak langsung. Aku anggap tidak ada sesuatu hari ini…." selidik Wren.
"~Kau ingin tau? Karena bukan campur tanganmu, Enderarl tidak akan digunakan sebagai alat balas dendam!" geram Faza mencoba untuk bergerak dari tempatnya berdiri namun gagal.
"Hah, kau cerewet juga ya" ucap Wren sambil mengeluarkan bola api ditangan kanannya. Ia lalu melemparkan bola api itu kearah Faza. Ledakan pun terjadi, membuat Faza terpental terkena ledakan lalu pingsan. "~Aku menggunakanmu sebagai alat penyempurnaan terakhir Azazel. Kerajaan Oxora akan dalam bencana sekarang! Balas dendamku ajan tercapai, Hahahahaha!"
"Ending yang sama, itu membosankan kau tau" ucap Lixue mengkritik.
"Sampai kapan akan ku ajarkan kau agar tidak merusak kebahagiaan orang lagi…." timpal Wren.
"Terserah kau saja…."
…
(Faza POV)
Dimana aku….? Tempat ini, penuh dengan lilin-lilin aneh yang melingkar. Tunggu dulu "akh, aku tidak bisa menggerakkan tubuhku!" sepertinya aku terjebak dalam tipu daya mereka, aku terlalu gegabah dalam bertindak.
Seseorang berjalan menuju ke arahku, orang yang sebelumnya ku lihat, orang itu. Dia menolehku dengan tatapan senang, "hai, Enderarl. Wow wow, tidak kusangka aku akan menyelesaikan ritualku untuk yang pertama kalinya. KALI INI AKU AKAN MENGUASAI DUNIA!!!! HAHAHAHA!!!!" ucapnya sambil tertawa terbahak-bahak.
"kau! Argh, lepaskan aku!" pekikku mencoba untuk melepas jeratan tali yang mengikat tubuhku. Namun itu semua sia-sia.
(Narrator POV)
Wren mengikat Faza di sekitaran tempat simbol pentagon raksasa. Ia tidak dapat melalukan apa-apa. Wren menggunakan Faza untuk menyelesaikan ritual pembangkitan Azazel secara sempurna.
"hah, sepertinya sudah saatnya!" ucap Wren sambil menapakkan telapak tangannya di tengah-tengah simbol khusus yang terhubungkan antara Faza dan juga batu magis yang berada di tengah. Aura merah pun memenuhi ruangan.
"Aaaarghhhh…..!!!!" teriak Faza menahan rasa sakit. Kekuatan Enderarl dikuras habis dari dalam tubuhnya.
"~jadi, kau ingin menggunakanku sebagai bahan terakhir!?"
"Bukan, sebenarnya aku tidak membutuhkanmu, tapi hanya kekuatan Enderarl. Kau tidak berguna tau…." sahut Wren.
Deg! Detak jantung Faza berhenti sejenak, kedua matanya memejam perlahan ditambah pandangannya yang kian memudar.
"apakah, ini adalah akhir bagiku…."
…
"Semua orang, membenciku, sangat-sangat membenciku, tapi…. aku menyadari jika balas dendam itu adalah jalan terakhir bagiku!" ucap Wren.
20 tahun yang lalu….
"Wren, kau di panggil oleh raja untuk menghadapnya. Sepertinya dia tidak senang…." ucap salah satu prajurit.
"sungguh? Hmm, baiklah…." jawab Wren.
Wren adalah seorang bawahan kerajaan yang merupakan pemimpin prajurit kerajaan. Ia kini berjalan tergesa-gesa menemui sang raja di ruangan tahta nya.
Pintu besar pun berdengik. Wren berjalan menuju ke arah sang raja, lalu membungkuk.
"kenapa tuan memanggilku?" tanyanya.
Sang Raja tidak begitu senang melihat wajahnya, "Wren, apa sungguh tidak percaya melakukan ini…." ucapnya.
"Egh? Apa maksud tuan berbicara begitu?" tanya Wren sekali lagi.
Sang Raja berdiri dari tahtanya lalu berjalan menuju ke arah Wren. Brak! Sang Raja menendang wajah Wren hingga membuatnya terkapar "ergh…. Apa ma-maksudnya ini tuan…."
"~maafkan hamba jika hamba melakukan kesalahan. Uhuk!"
"Kau tau apa yang terjadi pagi tadi? Mahkotaku hilang, dan salah satu pembantu kerajaan menemukannya di dalam lemari yang berada di kamarmu!" bentak sang Raja.
"ah? Hamba sama sekali tidak pernah mengambilnya dari tuan." Wren bersikeras bahwa bukan dia yang mengambil Mahkota sang Raja.
"~Lagipula jika hamba yang mencurinya, hamba mungkin sudah lama pergi dari kerajaan ini"
"Halah, tidak ada pencuri yang mengaku!" ucap seorang yang berada di samping Wren.
"Lionard?" Wren terkejut dengan kehadiran orang itu. Dia adalah seorang pengawal kerajaan. "tuan, lebih baik orang yang seperti ini diusir saja dari kerajaan ini! Lagipula tidak ada gunanya lagi dia disini" usulnya.
Sang Raja kembali duduk di singgasananya "Lionard, aku sebelumnya memang merencanakan untuk menghukumnya, tapi setelah melihat lebih jauh lagi. Ya, lebih baik dia diusir dari kerajaan ini!" ucap sang Raja.
"egh? Tuan, hamba bersumpah kalau bukan hamba yang mencurinya." Wren terus memohon agar ia dibebaskan dari tuduhan didirinya.
"Maaf tuan, waktumu sudah habis. Bawa dia anak-anak!" perintah Lionard kepada beberapa prajurit kerajaan.
"Tuan! Bukan aku yang mencurinyaaa….!!!!" teriak Wren menggema.
Wren tertunduk lesu, ia di bawa keliling kerajaan dan dipermalukan. Orang-orang menyerukan hinaan padanya. Ia pasrah dengan keadaan dan diusir dengan cara dipermalukan.
Prajurit kerajaan melemparnya keluar gerbang bersamaan dengan barang bawaannya.
"Selamat tinggal Wren…." ucap Lionard sambil berjalan menuju ke arah Wren. "Haha, tidak kusangka rencanaku berhasil, dan hasilnya kau diusir dari kerajaan!" bisiknya.
"~terserah kau mau kemana, yang jelas tidak ada lagi yang mau melihat wajahmu. Sayonara!" Leonard meninggalkan Wren sendirian bersamaan dengan orang-orang mulai kembali ke aktivitas mereka masing-masing.
Malam pun tiba, Wren berjalan menelusuri jalanan ditengah hutan dalam keadaan sempoyongan. Sudah tiga hari ia berjalan dalam keadaan belum makan sama sekali. Dia tidak tau mau kemana, jadi dia hanya berjalan tanpa arah.
Brak! Ia tersungkur di permukaan tanah. "Uhuk, uhuk! Aku tidak tau mau kemana sekarang, aku diusir dari tempat tinggalku…. Dan sekarang, aku tidak punya tempat untuk berteduh."
Dua orang yang berpenampilan layaknya Clown menghampirinya. "Hoh? Kau tidak apa-apa? Sepertinya kau sakit?" ucap seorang Clown perempuan yang umurnya masih belia.
"egh, siapa kalian?" tanya Wren dalam keadaan masih lemah.
Kedua Clown itu memandangi satu sama lain. "Hoh, begitu ya. Perkenalkan aku Ena!" jawab Ena sambil menaruh kedua telunjuk tangannya di kedua pipinya.
"~dan yang ini adalah Nichol" Ena menperkenalkan rekannya yang gendut. "Apa yang kau lakukan disini dalam keadaan begini?"
…
Api unggun menyala menghasilkan bunyi percikan yang memecah kesunyian. Nichol dan Ena memberikan makanan kepada Wren karena tidak tega melihat keadaannya saat ini.
"Souka…. Jadi begitu, kau ternyata dituduh lalu diusir dari tempat tinggalmu ya? Menyedihkan sekali, harusnya Raja Eins tidak mengusirmu!" ucap Ena setelah mendengar penjelasan dari Wren beberapa saat yang lalu.
"Raja sudah ditipu daya. Lionard!" Wren mengkepalkan tangannya. Ia kesal dengan sikap Lionard yang membuatnya menderita saat ini.
"Nichol, kau menyadari sesuatu?" ucap Ena.
"Wren, kau menceritakan kejadian buruk yang telah menimpamu. Kami berdua bisa membantumu." ucap Nichol.
"eh? Membantuku?"
"Iyap! Untuk menumbuhkan rasa dendam yang mendalam padamu! Percayalah, kau bisa menggunakan kekuatan kami untuk mendapatkan apa yang kau inginkan." jelas Nichol memberikan tawaran pada Wren.
Wren melamun sejenak mendengar perkataan Nichol kepadanya "aku mau, tapi…. Apakah aku akan membayar jika menggunakan kekuatan kalian?" tanyanya.
"Tidak, sama sekali tidak ada pembayaran. Anggap saja ini adalah hadiah atas penderitaanmu itu. Kami berdua adalah Clown yang membantu orang-orang baik yang terluka dan mendapatkan tujuan mereka menjadi kenyataan!" jawab Nichol.
Nichol mengeluarkan sebuah pil kecil lalu memberikannya pada Wren. "Ambilah ini!"
"eh apa ini?"
"~Itu adalah sebuah pil instan untukmu mendapatkan kekuatan magis secara instan!" jelas Nichol.
Wren mengambil pil yang di berikan padanya lalu ia langsung menelannya.
"wah, Nichol kau ahli dalam berbicara!" puji Ena.
Tubuh Wren diselimuti cahaya terang yang terus-menerus merasukinya.
"Arghhhhh….!!!!" teriak Wren menahan rasa sakit. "rasanya! Kekuatanku semakin bertambah! Hahaha!"
"Baiklah, kau pergunakan kekuatanmu baik-baik. Dan semoga berhasil!" ucap Ena lalu pergi meninggalkan Wren bersama dengan Nichol.
"Tapi tunggu, kalian?" Wren memanggil kedua Clown itu, namun mereka sudah jauh meninggalkannya. "Lionard! Akan ku balaskan dendamku padamu! TAKKAN KU BIARKAN KAU SEMENA-MENA….!!!!"
(Dark Canyon, Kerajaan yang terletak di selatan benua utama dari kerajaan Oxora)
Wren telah mengumpulkan orang-orang sebagai bawahannya lalu pergi menuju ke kerajaan Dark Canyon. Ia membunuh beberapa orang di kerajaan itu secara diam-diam.
"Habisi mereka, dan jangan sampai meninggalkan jejak!" perintah Wren.
"Tuan, mau kita apakan mereka?" tanya salah satu pengikut Wren.
Wren tersenyum menyeringai, "ya…. mereka semua akan kita gunakan untuk, membangkitkan Iblis Azazel!"
…
Wren dan beberapa pengikutnya membuat sebuah simbol pentagonal dari darah para mayat di gua tempat persembunyian mereka.
Mereka semua menumpukan mayat-mayat ditengahnya lalu memulai ritual menggunakan sihir tingkat Dreadlord Seal dan berhasil melepaskan arwah seorang raja iblis.
Tepat pada malam itu juga, ia berhasil membangkitkan Arwah Azazel, ia memerlukan seorang bayi yang akan lahir malam itu juga untuk menjadikannya wadah untuk pembangkitan sempurna Azazel, kebetulan istri dari raja kerajaan itu akan melahirkan malam itu juga.
Ia mengunci bayi yang ada didalam tubuh istri sang raja untuk dibunuh dan digantikan dengan roh Azazel. Bayi Sang Raja berhasil dibunuh, dan pentransferan roh pun terjadi.
Namun, secara kebetulan energi dari roh lain mengganggu pentransferan. Mengakibatkan Roh itu dan Azazel menyatu menjadikannya memiliki dua kepribadian.