Chapter 12 - Sebelumnya

"Hm, ini asik...." ucap Lixue.

Lixue menyerang Nathe dari belakang. Nathe pun menghadang serangan Lixue dengan menggunakan pedang listriknya.

Nathe melirik kesana-kemari melihat keberadaan Lixue akibat pandangannya tertutupi debu yang bertebaran dimana-mana.

"Jaga-jaga dengan serangan kejut darinya!" tegas Nathe.

"Sial, aku sama sekali tidak bisa melihat apapun," keluh Erika yang sambil menutupi pandangannya dari debu-debu yang melayang.

Lixue tiba-tiba berada dibelakang Mirai dan hendak menyerangnya menggunakan pedang kecil miliknya. Namun Mirai mengetahui hal itu, ia memblokir serangan Lixue dengan menggunakan dinding es.

Nathe menyerang balik Lixue dengan pedang listrik miliknya. Secara spontan, Lixue pun menghindari serangan demi serangan dari Nathe.

"Refleks yang bagus, lumayan untuk ditingkat seperti kalian," pujinya.

"Kak, sekarang! Kita akan mengakhiri semua ini!" teriak Erika.

"Ah, mengakhiri semua ini? Apa yang-"

Lixue pun menyadari keberadaan Nathe yang berada di belakangnya. Nathe lalu menyerang Lixue dengan kekuatan listriknya. Ledakan pun terjadi serangan Nathe mengenai Lixue secara kejut.

Kedua mata Erika berubah menjadi keemasan.

"Mata itu!? Jangan-jangan-"

"Kau jangan lengah dasar wanita bodoh!" ejek Mirai.

Rambut Mirai berubah menjadi putih, ia memerangkap tubuh Lixue kedalam es.

"Cih, sialan!" geram Lixue.

Tiba-tiba langit menjadi gelap, awan-awan hitam berkumpul di satu titik. Nathe mengangkat tangannya ke atas lalu menarik semua jutaan serangan petir dari langit ke arah Lixue.

"Apa yang di lakukan oleh gadis kecil itu? Hm, menarik"

Ledakan dahsyat pun terjadi, sebagian besar daerah itu menjadi hancur akibat hantaman petir serangan dari Nathe.

Tubuh Lixue pun seketika hancur lebur akibat serangan dari Nathe.

"Apakah sudah selesai?" ucap Mirai.

"Egh!"

Keadaan Nathe pun melemah setelah menggunakan seluruh Mana-nya.

"Nathe, kau tidak apa-apa?" ucap Mirai yang berlari menuju kearahnya.

"Tidak, aku tidak apa-apa.... Tidak buruk" sahut Nathe.

"Syukurlah kakak tidak apa-apa" ucap Erika yang mengkhawatirkan Nathe.

"Sekarang belum akhirnya, kita harus mencari keberadaan Farza!" tukas Nathe yang sambil berdiri.

Nathe, Mirai dan Erika lalu menuju kedalam gua tersebut untuk mencari keberadaan Farza.

"Tempat ini sepertinya menjadi tempat pembantaian, banyak sekali darah-darah menggenang..." lirih Mirai.

"Kak, lihat!" tunjuk Erika menunjuk tempat yang luas dengan sebuah pola berbentuk bintang ditengahnya, banyak mayat tergelak dimana-mana.

"Mengerikan," ucap Mirai.

Nathe melihat Farza yang terikat di sebuah tempat penyanderaan khusus.

"Farza!?" teriak Nathe sambil menghampiri Farza yang lemas tak berdaya.

"...Apa yang terjadi padamu?" tanya Nathe.

"Ka-kalian?" lirih Farza yang lemah, seakan tidak bisa untuk berbicara.

"Bertahanlah!" ucap Nathe.

"Wah, wah.... Sepertinya kita punya penyusup disini ya" ucap seseorang yang menghampiri mereka. Dia adalah penyihir yang menyandera dan mengambil seluruh kekuatan milik Farza, namanya adalah An.

"Apakah kau yang menyandera Farza disini?!" tanya Mirai dengan nada tinggi.

"Tidak, dia ada urusan berbeda dengan orang lain. Sekarang hanya aku disini," sahut An sambil berjalan mondar-mandir.

"-Oh ya, sepertinya sambutan didepan pintu masuk sudah kalian kalahkan ya. Tidak kusangka aku hampir meremehkan kemampuan kalian. Tidak, Lixue terlalu banyak mengkhayal dan menyangkal dirinya adalah Sang Angkuh," sambungnya.

"Sudah kuduga, wanita pelacur sepertinya adalah seorang Sang Angkuh!" cerocos Erika sambil mengepalkan telapak tangannya.

"Sepertinya kau sangat membenci nama itu ya, sepertinya ada masa lalu tersirat dalam kalian ya," ucap An.

"Masa lalu tersirat? Apa yang sebenarnya kau bicarakan!?" tegas Mirai.

"Seperti ini," sahut An sambil memetik jari tangannya.

Seketika ikatan yang mengikat Farza terlepas dan Farza tersungkur.

"Farza?!" teriak Mirai sambil membantu Farza dan menyembuhkannya.

"Contohnya dia, dia tidak akan pernah bisa berakhir disini ketika dia tidak memikirkan masa lalu dirinya sendiri. Menyedihkan..." ungkap An.

"Seberapa banyak yang kau tau dengan masa laluku! Jangan sok tau!" bentak Farza dan mencoba berdiri walaupun ia sedang sangat lemah.

"Farza, kau jangan bergerak" pinta Mirai yang mengkhawatirkan Farza.

"Lepaskan aku!" tegas Farza sambil mengibaskan tangan Mirai yang membuatnya tersungkur kebelakang.

"-Orang sepertimu, tidak berhak mengatakan masa laluku itu adalah omong kosong!"

"Farza...." lirih Mirai.

"Kak Mirai tidak apa-apa?" ucap Erika yang menghampiri Mirai.

"Kak Farza harusnya malu! Menolak bantuan darinya!" tegas Erika.

"Aku tidak perlu bantuan untuk saat ini! Yang ku inginkan adalah menghabisi orang-orang yang kubenci!" bentak Farza.

"Farza, kau?" ucap Nathe.

"Sudahlah Nathe, kau jangan menggangguku...." lirih Farza yang berjalan menuju ke arah An.

"Kau egois ternyata, kau memang menyedihkan, atas kebodohan dan keegoisan mu, kau berakhir seperti ini," ucap An.

"Sudah kubilang! Kau jangan sok tau dengan masa laluku!" teriak Farza sampai-sampai gua bergetar.

Setengah tubuh Farza tertutupi cairan hitam dengan mata yang berwarna ungu terang.

"Kekuatan Enderarl ya,"

Ribuan tangan berwarna hitam melesat menuju kearah An. An pun menghindari serangan demi serangan dari Farza. Ia mengeluarkan sihir anginnya dan memotong seluruh tangan hitam milik Farza, namun tangan itu terus-terusan muncul dan menyerang An.

"Ini sungguh mengasikan...." girang An.

Farza pun mengeluarkan bola ungu dan melesatkannya ke arah An. Ledakan dahsyat pun terjadi.

"Farza apakah itu kau?" lirih Nathe.

Kedua mata Mirai terpejam, menahan hentakan rasa sakit yang tiba-tiba muncul di dadanya.

"Kak Mirai?" ucap Erika.

"Sepertinya tolakan dari ilusi panjang yang sebelumnya membuatku merasa sesak," batin Mirai.

"Aahh!"

Teriak Farza yang menyerang An dengan kekuatannya bertubi-tubi.

An pun mengeluarkan sihir Api yang meledakkan tubuh Farza. Namun hal itu tidak mempan, serangan itu tidak berefek padanya.

"Kau tidak akan tau betapa pentingnya masa laluku. Aku selalu berusaha ingin membalaskannya, dan ternyata hal itu membuatku terjebak kedalamnya,"

"Ternyata kau sadar ya...." lirih An yang lalu menyerang Farza dengan serangan api miliknya.

"Aku sangat mengetahuinya!" teriak Farza sambil melesatkan pukulan dari salah satu tangan hitam miliknya.

An pun terpental lalu menghantam permukaan dinding gua dengan keras. Gua jadi seakan runtuh akibatnya.

"Kekuatanmu memang sangat menggangu ku...." ucap An.

An pun melesatkan serangan angin miliknya secara bertubi-tubi menuju ke arah Farza. Tangan-tangan hitam miliknya pun terpotong satu persatu. Serangan angin dari An melesat ke segala arah, membuat salah satu serangannya melesat ke arah Mirai.

"Mirai awas!" teriak Nathe.

"Egh...."

Farza menghadang serangan itu dengan tubuhnya yang membuat tangan kanannya terputus.

"Jangan kau sentuh Mirai!" teriak Farza.

"Fa-Farza...."

"Mirai, maafkan aku atas segala yang aku lakukan padamu.... Bodohnya aku menolak bantuan orang yang sering aku sakiti.... Aku anggap begitu," ucap Farza.

"Tapi kau tidak perlu mengorbankan dirimu!" tegas Mirai.

"Tidak, aku berubah pikiran.... Sebenarnya, ah lupakan.... Aku hanya ingin saja,"

"Sekali lagi, maafkan aku.... Mirai"