Chapter 15 - Roh Penjaga Erika

Erika dan Mirai berada di depan sebuah gerbang bangunan kastil tua yang ditutupi oleh tumbuhan liar. Sebuah tempat yang mereka maksud dengan Perpustakaan Terlarang. Tempatnya berada di desa mati, yang sebagian besar sudah ditutupi oleh tumbuhan.

"Nathe bilang semua orang tidak akan pernah bisa memasuki perpustakaan ini, jadi hanya sebagian yang mempunyai hubungan dengan masa lalu dengan roh suci..." ucap Mirai.

"Yap, aku dan kak Nathe sebenarnya mempunyai hubungan dengan roh-roh masa lalu, dan mereka secara tidak langsung melindungi kami. Jadi, aku bisa masuk kedalamnya," ungkap Erika.

"Tapi tidak denganku, aku tidak yakin jika aku bisa masuk kedalamnya. Aku sama sekali tidak pernah ada hubungan dengan Roh," ungkap Mirai.

"Bagaimana bisa? Kakak punya setengah darah orang Yama kan, tidak mungkin kakak tidak diikuti oleh roh apapun?"

"Tidak, seorang nenek yang pernah menjagaku disaat aku masih kecil juga bilang begitu. Dia bilang sama sekali tidak ada roh yang mengikuti ku, sampai sekarang...."

"-Dan aku baru tau kalau kalian berdua punya roh penjaga.... Aku belum pernah melihatnya sama sekali?"

"Ah, itu karena mereka tidak menampakan wujud mereka secara langsung, mereka biasanya bersembunyi didalam tubuh seseorang," ungkap Erika.

"Uh, oh...."

Tiba-tiba partikel kecil keluar dari tubuh Erika.

"Roh?" kejut Mirai.

"Huweehhh.... Erika?! Siapa gadis yang bersamamu? Dia mengejutkan ku," ucap Roh yang bernama Ai, yang terkejut dengan kehadiran Mirai.

"Wah Ai, kau bangun. Perkenalkan dia temanku, namanya Mirai," sahut Erika memperkenalkan Mirai.

"Hoh, aku mengerti," ucap Ai.

"Hehe, hai" sapa Mirai sambil tersenyum agak sedikit terpaksa.

"Ngomong-ngomong kenapa kau tiba-tiba bangun?" tanya Erika.

"Aku merasakan kalau Ei sedang berada diluar tempatnya," jawab Ai.

"Tempat?" ucap Mirai kebingungan.

"Kami para roh pelindung akan berada di gerbang Mana seseorang yang kami lindungi. Dan Ei berada di luarnya.... Sepertinya dia mengendalikan Nathe lagi," ungkap Ai dengan suara suram.

"Aku tidak tau kalau roh bisa bertindak seperti itu," lirih Mirai.

"Memang sama sekali tidak, Ei selalu saja bertindak semaunya. Kuharap kalian lupakan saja dia...."

"Oh, uh..."

"ngomong-ngomong ada apa kalian berada di dekat Perpustakaan Terlarang?"

"Kami sebenarnya ingin mencari tau kebenaran sihir yang bisa melepaskan seseorang dari kutukan iblis," jawab Mirai.

"Iya, temanku, kak Kona sedang berada dalam masalah. Ia terkena kutukan iblis Azazel dan tidak terkendali. Makanya, aku dan Kak Mirai berada disini. Lalu Kak Nathe dan Kak Farza menghadapinya..." ucap Erika.

"Oh begitu, pantas saja Ei menggila. Jadi apa masalahnya?"

"Masalahnya, Kak Mirai tidak bisa masuk karena dia tidak memiliki roh penjaga," ungkap Erika.

"Masa sih? Kalian sudah mencobanya?" ucap Ai.

"Belum sih..." sahut Mirai.

"Sebentar aku periksa, hup hup hup hup...."

Roh Ai pun berkeliling mengintari tubuh Mirai lalu masuk kedalamnya. Mirai pun secara tidak langsung merasa tersentak ketika sebuah roh memasuki tubuhnya.

"Apa yang dilakukannya?" ucap Mirai.

Tak lama kemudian, roh kecil pun keluar dari tubuh Mirai.

"Ternyata memang benar-benar kosong, dan tidak ada bekas ada roh lain pernah ada disana..." ungkap Ai.

"Sudah kubilang kan...." ucap Mirai.

"Tapi, ada aura aneh yang berbeda padamu. Apakah kau seorang penyihir?" tanya Ai.

"Kak Mirai tidak terlihat seperti penyihir bagiku," ucap Erika sedikit kebingungan.

"Mana mungkin aku penyihir, hmm.... Memangnya apa yang kau rasakan saat masuk kedalam tubuhku?"

"Em, Aura nya, tidak.... Aku salah, aku menyangkal kau adalah seorang penyihir karena memiliki... ah aku tidak bisa menjelaskannya."

"Apa yang salah padamu, Ai?" tanya Erika.

"Aku tidak tau atau memang lupa...." sahut Ai.

"Huh?"

Mirai sedikit kebingungan dengan apa yang dimaksud dengan Ai.

"Ah, aku akan tunjukan maksudku!" tegas Ai sambil menghempaskan energi kejut ke arah Mirai yang membuatnya terhempas dan jatuh masuk kedalam gerbang area Perpustakaan Terlarang itu.

"Aduh," rintih Mirai menahan rasa sakit.

"Apa yang mau kau tunjuk- Eh! Ba-bagaimana bisa?" kejut Erika melihat Mirai yang berada didalam gerbang perpustakaan terlarang itu.

"Maksudku memang begitu, jadi aku sebenarnya merasakan aura aneh darinya, aku merasakan aura itu terikat denganku. Makanya aku bingung," ungkap Ai.

"Jadi, Kak Mirai bisa memasuki gerbang itu tanpa ada alasan yang jelas begitu?" tanya Erika.

"Iya, kurang lebih begitu."

"Aku bisa memasuki gerbang ini tanpa memiliki roh penjaga?" ucap Mirai kebingungan.

Mirai pun mulai berdiri dan menghampiri Erika dan Ai diluar gerbang sambil sesekali melirik gerbang tak terlihat itu dan robek ketika ia menyentuhnya.

"Sebelum ini apakah pernah ada orang yang bisa masuk kedalam gerbang ini?" tanya Mirai.

Erika melirik kearah Ai ketika mendengar perkataan dari Mirai.

"Hmm, kurasa belum pernah," sahut Ai.

"Begitu ya, jadi aku orang pertama yang bisa memasukinya."

"Iya...."

Erika pun mengangguk.

"Aku jadi bingung," lirih Mirai.

"Hei jangan lupakan aku, aku juga bingung, tidak, aku malahan lupa! Sial...." resah Ai.

Ai pun berubah wujud menjadi kucing kecil berwarna merah muda, "tapi tak apalah, kita akan cari tau disini, kita akan manfaatkan fasilitas."

Ia berjalan masuk kedalam gerbang kastil tempat perpustakaan itu berada, bertindak sebagai penuntun jalan mereka.

"Bukan fasilitas kalau hanya orang tertentu yang cuman bisa masuk kesana?" ucap Mirai.

"Ngomong-ngomong Ai, sejak kapan kau mulai menggunakan kakimu untuk berjalan?" tanya Erika.

"Ah itu, ehehe lupakan," sahut Ai yang kemudian melayang di hadapan Erika.

"Aku bahkan baru tau kalau kau itu seekor kucing..." lirih Mirai.

"Dia memang roh berwujud kucing, tapi dia jarang menggunakan wujud itu, terkecuali dengan orang yang ia percaya," ungkap Erika menjelang.

"Jadi, jangan bilang kalau aku mempercayaimu, hmp...." ucap Ai.

Mirai pun mendekat kearah Ai lalu menangkapnya,

"eh, eh...? Apa yang ingin kau lakukan?" kejut Ai.

Mirai lalu mengelus-elus bulu lembut Ai yang membuatnya tenang.

"Grr... Grr...."

"Sudah kuduga kau memang kucing...." lirih Mirai.

"Nyaman, nyaw.... Akunya tidaknya taunya apanya yangnya kaunya lakukan... nyaw"

...

(Didalam Lorong Kastil)

"Sebelumnya aku ingin tau, para roh tidak bisa berbicara, kenapa Ai bisa?" tanya Mirai.

"Itu karena kami bukan partikel roh yang tidak utuh, soal itu jangan tanya aku, saat aku bangun, aku sudah berwujud ini, nyaw" jawab Ai.

"Ai, ada sesuatu yang aneh.... Apa kau menyadarinya?" ucap Erika yang sembari melihat ke sekelilingnya.

"Hoh, kau benar, Erika."

"Apa yang aneh?" ucap Mirai kebingungan.

Perlahan, ribuan partikel roh muncul di hadapan mereka bertiga yang mengerumuni ruangan lorong seakan seperti kunang-kunang yang berterbangan. Jumlahnya bahkan tidak bisa dihitung dengan jari. Suatu hal yang aneh bagi mereka bertiga.

"Para roh yang lain merespon kehadiranmu, Mirai" ungkap Ai.

"Kehadiranku?" ucap Mirai. Lalu ia melihat ke sekeliling tubuhnya yang dikerumuni oleh banyak partikel roh.

"-Apa yang mereka lakukan?"

"Biasanya mereka muncul karena ada dorongan sesuatu," ucap Erika.

"Dorongan?"

"Semacam pemimpin, ya, sebenarnya didalam kastil ini punya penjaganya, yaitu seorang elf berambut hijau. Yang juga merupakan penjaga perpustakaan terlarang," jelas Ai.

"Seorang elf?"

"Mmm, biasanya dia membuat seorang yang mengunjungi tempat ini akan ia permainkan, seperti kita tersesat dijalan lurus dari lorong ini. Itu disebut ilusi cermin, kita akan berjalan lurus tanpa ujung. Itulah kekuatan dari sang Elf itu,"

"Tapi kalau dia membuat para roh penjaga menunjukkan dirinya, itu hal yang aneh," sambungnya.

Tak lama kemudian mereka malah berteleportasi ke sebuah tempat. Yang penuh dengan rak buku yang berjejeran.

"Eh? Apa yang?" kejut Erika.

Seorang elf berambut hijau pun menghampiri mereka bertiga, "kehadiranmu sudah kutunggu, wahai bagian dari Dewi Kedamaian" ucapnya.

"Dewi Kedamaian? Jangan-jangan...." kejut Ai.