Secepat kilat Nathe berada dihadapan Azera dan mencoba menyerangnya menggunakan pedang listrik miliknya.
Tangan-tangan hitam milik Farza melesat tepat ke arah Azera. Dengan sigap, Azera menghindari tangan-tangan tersebut. Alhasil serangan Farza menghantam dan menghancurkan permukaan tanah.
Nathe pun tidak diam dan mencoba mengambil kesempatan untuk menyerang. Ia lalu menembakan peluru listrik ke arah Azera. Ledakan dahsyat pun terjadi menutupi seluruh pandangan mereka bertiga.
Sebuah cahaya bersinar terang di antara debu-debu yang bertebaran. Bola api raksasa melesat ke arah Farza. Tangan-tangan hitam miliknya membelokan serangan dan menghantam permukaan tanah hingga meledak.
"Tidak buruk..." ucap Azera.
Nathe mengangkat pedangnya kearah samping, aliran listrik menyelimuti pedang tersebut.
"Menarik, seingatku kau punya petir hitam dan kau sekarang sangat lemah daripada yang dulu,"
"Kau lengah!" teriak Farza. Tangan-tangan hitam miliknya menghantamkan Azera ke permukaan tanah dan memerangkapnya.
"Andai kekuatan ku tidak terkunci, aku bisa mengembalikan mu," ucap Nathe.
"Kalau begitu serahkan padaku!" cerocos Farza.
Kubah yang memerangkap Azera pun hancur. Angin pun berhembus sangat kuat, membuat debu-debu berterbangan menutupi pandangan mata mereka.
"Ah sial!" kesal Farza.
Azera berjalan keluar dari debu-debu yang berterbangan menuju mereka berdua.
"Hah, kukira kalian hanya bercanda melakukan semua ini. Kurasa aku harusnya juga..." ucap Azera.
Azera mengarahkan telapak tangannya ke arah Farza. Dorongan kuat pun terjadi, membuat Farza terpental ratusan meter hingga menabrak pepohonan di bukit.
Azera menyerang Nathe dengan serangan tak terlihat miliknya, namun Nathe mengetahui hal tersebut dan menghindarinya. Serangan itu pun membuat kawah-kawah kecil.
Nathe melesat menuju ke hadapan Azera. Namun ia tak menduga Azera menyerangnya di arah depan, alhasil ia terpental menabrak permukaan tanah dengan keras.
"Egh..." rintih Nathe menahan rasa sakit.
"Kau terlalu terburu-buru sampai-sampai tidak tau serangan didepanmu sendiri, sungguh menyedihkan..." ledek Azera.
Dari kejauhan Farza melesat menuju ke arah Azera. Membuat seluruh tangan-tangan miliknya mengepal hendak memukul ke arah Azera. Tapi Azera mengetahui hal tersebut lalu berteleportasi secara acak. Serangan Farza menjadi sia-sia dan ia menabrak permukaan dengan keras.
"Sekali lagi serangan kejut yang gagal. Hah...."
"Enderarl, kenapa saat ini kau menjadi lemah!" keluh Farza.
"Kau harusnya sadar, sebagian besar kekuatanku dikuras habis. Jadi aku tidak bisa memberimu banyak pilihan, lagipula mode Half-Ender mu dalam 5 menit lagi akan menghilang" ungkap Enderarl.
"Sial, memang tidak ada yang bisa diharapkan sekarang...."
Tanpa disadari, tangan kiri Farza terputus. Dengan cepat darah mulai bercucuran jatuh kebawah permukaan tanah.
"Arghhh....Ergh," rintih Farza menahan rasa sakit.
"Farza!" teriak Nathe.
"Ke-kenapa aku tidak menyadarinya...."
Mode Half-Ender nya menghilang, darah-darah terusan bercucuran. Farza memegangi tangannya yang buntung tersebut. Garis-garis aneh berwarna hitam dengan cepat menyelimuti tubuhnya dan pada akhirnya mereka bercahaya terang.
"AARRGHHH, APA YANG TERJADI PADAKU...!" teriak Farza menahan rasa sakit yang teramat sakit. Tubuhnya mengembang dan bercahaya terang.
"Enderarl, to- tolong aku-" lirih Farza.
Tubuh Farza akhirnya meledak dahsyat dan menyebabkan angin berhembus kencang. Ia pun tewas seketika.
"Farza!" teriak Nathe yang melihat Farza tewas seketika akibat tubuhnya malah menguap lalu meledak.
...
Aku tidak mengira aku akan mati dengan cara begini, tapi tunggu dulu.
Pandangan seketika gelap. Farza tidak menyadari tangan kirinya terputus.
"Eh, Eehh!?" kejut Farza melihat dirinya berada ditempat semula dengan tangannya buntung dan Half-Ender nya yang tidak menghilang. Ia kebingungan akibat dirinya meledak secara tiba-tiba akibat dari serangan misterus milik Azera, dan ia kembali seolah tidak terjadi apa-apa.
"Arghhh...."
Farza tertunduk menahan rasa sakit yang dideritanya sambil memegangi tangan kirinya yang buntung.
"A-apakah aku terjebak didalam ilusi?!" batin Farza. Ia melotot tajam kebawah akibat bingung sekaligus takut sesuatu hal yang sama akan menimpa dirinya.
"Farza, kau tidak apa-apa?" tanya Nathe.
Farza terlalu sibuk memikirkan hal-hal aneh dan tidak mendengar apa yang Nathe katakan. Akibatnya, Azera mengambil kesempatan untuk menyerang Farza menggunakan serangan tak terlihat miliknya.
"Huh?"
Farza pun terpental dan menabrak permukaan tanah dengan keras.
(Farza's Point of View)
"Farza?"
Gelap, aku tidak bisa memandang apapun. Seketika aku mendengar seseorang memanggil namaku. Pandanganku kembali menjadi semula, melihat ruang dimensi yang di tempati oleh Enderarl.
"Farza, kau tidak apa-apa?" tanyanya.
Aku pun jatuh terbaring, memandangi kekosongan diatas. "Tidak, aku hanya bingung, aku tidak tau apakah aku masih bermimpi atau bagaimana."
"Kau tidak bermimpi, dan kau seharusnya tidak berpikir cepat bahwa kau sedang bermimpi. Diluar dimensi ini, suatu bagian darinya, alam bawah sadar mu sendiri. Dikelilingi oleh aura-aura aneh.... Dugaan ku itu adalah lingkaran ilusi miliknya."
Enderarl menjelaskan ku tentang sesuatu diluar sana, "apakah itu berpengaruh?" tanyaku.
"Iya, kau barusan memasukinya, dan berakhir jatuh kesini." ungkapnya.
"Tunggu dulu, tanganku disini utuh? Jangan bilang?"
"Tidak, tanganmu memang tidak apa-apa daritadi...."
"Benarkah? Jadi itu hanyalah ilusi? Pantas saja aku tidak menduga kalau tanganku itu terputus,"
"Tapi tidak yang orang lain lihat," ucap Enderarl melontarkan perkataan yang membuatku kebingungan.
"Hah?"
"Nathe, dia tetap saja akan melihat apa yang kau lihat sebelumnya. Jadi disaat kau kehilangan tanganmu, Nathe melihat hal yang sama, itu artinya dia juga melihat apa yang sebenarnya terjadi," jelas Enderarl.
"Ah, aku bingung...."
"Itu disebut teknik membolak-balik ilusi dengan kenyataan dengan garis waktu yang sama dan pada tempat yang sama...."
"Kau jangan membuatku semakin bingung!"
Tapi aku rasa, akan tau hal itu bisa membantu. Semoga Mirai dan Erika bisa menemukannya.
Aku berpikir sejenak, "lalu bagaimana dengan tubuhku yang asli? Jangan bilang aku sudah mati...."
"Tubuhmu baik-baik saja, butuh waktu untuk kau sadar."
"Ah merepotkan juga...."
(Third Point of View)
"Kau!" tegas Nathe, ia melesat serangan demi serangan kearah Azera. Namun hal itu sia-sia.
"Nathe, aku sebenarnya ingin mencari dimana letak kelemahanmu ketika kau sama sekali tidak pernah menunjukkan kekuatanmu. Dengan begitu, apa boleh buat jika aku akan menggunakan kekerasan padanya. Tapi aku malah tidak melihatnya," ucap Azera.
"Dengan alasan apa kau-"
"Tidak, aku salah, seharusnya kau tidak memandang ke arahku dengan ekspresi ingin menyelamatkan Kona. Aku mengerti, jika kau memandangiku seperti itu, aku rasa aku tidak bisa melihat potensi apa yang ada di dalam dirimu," potong Azera.
"Jika itu yang kau inginkan," ucap Nathe sambil mengeluarkan sekali lagi petir hitamnya. Ia melakukannya sambil memegangi dadanya yang sesak.
"Hah, kau melakukannya dan berlagak kau lah yang paling lemah..." ucap Azera lalu berteleportasi kehadapan Nathe dan memukul permukaan topeng Nathe dengan keras hingga retak. Nathe pun tersungkur akibat efek dari pukulan dari Azera.
Aura kekuatan besar kembali terselimuti di kota itu, membuat orang-orang di kota menjadi merinding jika merasakannya. Kekuatan itu berasal dari Nathe, karena topeng pemblokir kekuatannya yang bocor hancur akibat serangan dari Azera.
"Udara yang segar bukan..." ucap Azera dengan senyum menyeringai, "kau berbohong kalau kekuatanmu itu terkunci. Tapi, malah kau sendiri yang menguncinya."
Nathe mulai berdiri dan memegangi kepalanya, "aku selalu menahan agar tidak selalu membuka topengku. Padahal aku sudah bilang kalau aku hanya punya 20% kekuatan yang bisa ku gunakan...."
Tiba-tiba langit menjadi sangat gelap gulita, dengan keadaan petir-petir yang saling menyambar-nyambar. Angin pun berhembus sangat kencang, menerbangkan apapun yang dilewatinya.
"Hm, apakah kau tidak berbohong?"
Pupil mata Nathe berubah menjadi putih dengan kornea matanya yang berwarna emas.
"A-aku tidak bisa mengendalikan diriku lagi.... Ketika aku membuka topengku, aku selalu saja dirasuki roh-roh di sekitar sini. Entah apa yang mereka inginkan...."
Kesadaraan Nathe tidak dapat ia kontrol, sekarang ia dikendalikan oleh roh-roh yang berada di sekitarnya.
"Kau bukan pengguna roh, tapi kau terselimuti oleh partikel-partikel roh..." lirih Azera.
"Kau jangan macam-macam dengan anakku!" ucap Nathe dengan suara ganda, ia yang sudah dikontrol oleh roh yang menjaganya.
"Kau, roh penjaga?" tanya Azera.
"Ya, namaku adalah Ei, seperti yang kau duga, aku dan adikku Ai adalah roh penjaga bagi Erika dan juga Nathe." ungkapnya.
"Ei dan Ai....?"