Aku tidak tau dimana aku sekarang, ingatanku perlahan muncul. "Mirai? Hey, kau baik-baik saja?" ucap seseorang yang mengejutkanku. Dia adalah kakakku sendiri, Leo.
Tiba-tiba aku berada di meja makan rumahku. Sesuatu yang aneh mulai merogoti pikiranku. Suara tetesan wastafel memecah keheningan. "Mirai? Kenapa kau melamun?" tanyanya sekali lagi.
Apa yang sebenarnya terjadi padaku, apakah aku mengigau, atau aku sedang bermimpi. Apa yang sebenarnya terjadi, apa yang sebenarnya terjadi, apa yang sebenarnya terjadi! Gema suara aneh mulai bersarang dipikiranku.
Semuanya hilang, tetesan terakhir pun menetes memecah semuanya. Aku terbangun dari lamunanku. "Kak, maksudku…. Apa yang terjadi sebelumnya?"
Leo tampak kebingungan dengan pertanyaanku, "Hmm…. Apa maksudmu? Kau barusan dari pasar, terus masak makanan sebegitu banyaknya ini, kau tidak lupa kan tadi memarahiku untuk menghabisikannya.
Ngomong-ngomong kamu kenapa sih? Kok tanya gitu?" jawab Leo sebari bertanya padaku.
Aku dari pasar, dan memasak makanan. Jangan-jangan itu semua hanyalah lamunan panjangku. Semua itu tidak ada? Aku hanya mengigau. Apakah iya….
Aku menoleh kearah luar, aku pun terkejut, permukaan tanah diluar masih ditutupi salju yang tebal. "Apa yang terjadi….Ti-tidak mungkin itu semua adalah mimpi?!" Semuanya tampak canggung seketika.
Aku pun pergi meninggalkan rumahku lalu pergi keluar. Aku pun berlari menuju ke markas serikat petualang kota ini, mencoba untuk bertanya suatu hal.
Sesampainya disana, aku pun bertanya pada administrator yang ku kenal sebelumnya. "Apa yang bisa aku bantu?" tanyanya. "Apakah kau melihat Auf? Aku sedang mencarinya. Banyak hal yang terjadi padaku, dan aku tidak tau ada apa yang terjadi!" ucapku bertele-tele.
"Hah? Tenang-tenang apa yang kau maksudkan? Auf? Siapa dia?" tanyanya. Aku pun terkejut mendengar perkataannya. "Dia dan aku satu tim disini, dan aku mencarinya! Tidak mungkin kau tidak mengetahuinya!" tegasku yang mulai bingung.
"Hah? Kau jangan bercanda. Lagipula aku tidak mengenalmu, petualang? Aku bahkan baru pertama kali melihatmu!?"
Aku mulai sangat kebingungan dengan apa yang sebenarnya terjadi. "Aku membawa kartu identitas petualangku!" ucapku. Aku pun menggeledah saku milikku untuk mencari keberadaan kartu identitas itu. Tapi, aku tidak bisa menemukannya.
"Kartunya hilang? Apa yang sebenarnya terjadi…." Aku sangat kebingungan dengan apa yang terjadi padaku.
"Jangan bercanda, kau petualang disini? Seharusnya aku dari awal mengetahuinya…."
"Namaku Yamamoto Mirai…. Coba cari dulu, mungkin namaku tercantum disini." Aku mulai menyakinkannya. "Tidak, nama itu sama sekali tidak ada disini…. Jika kau tidak keberatan silahkan tinggalkan tempat ini!"
Yang benar saja. Aku, apa yang terjadi padaku. Aku mengigau sampai sejauh ini. Tapi tidak mungkin aku mengigau, apakah itu semua hanyalah mimpi belaka?Kematian Erikka dan bahkan aku, itu semua palsu?
Seketika kepalaku menjadi pusing, suara dengungan mengema dipikiranku. Perutku terasa hangat dan perih, tubuhku tidak bisa bergerak sama sekali. "Apa yang terjadi padaku…. Ergh"
Pandanganku memudar, aku tidak bisa melihat apapun. Suara-suara aneh memerogoti pikiranku. Rasanya aku menjadi gila. "Akhhh hentikaaannn!!!!" teriakku. Semuanya gelap, tidak ada cahaya sedikitpun. Suara-suara aneh itu menghilang seketika, suara tetesan air menggema di tempat dimana aku berada. "Apakah aku sudah mati?"
Semua berubah, aku berada ditempat aneh. Sebuah tempat, "tempat ini? egh…." Akupun terkejut, tempat ini tidak asing bagiku. Seorang wanita menghampiri ku, wajahnya tidak begitu jelas. Aku tidak bisa melihat wajahnya. "Apa yang terjadi…."
Dia seperti mengucapkan sesuatu, aku bahkan tidak bisa mendengar ucapannya. Rumah ini, aku kembali ke tempat dimana aku pernah bersama Nathe dan Faza mencari bunga jiwa itu. Aku…. Aku benar-benar tidak mengerti situasi ini.
Wanita itu menodongkan senjata nya kearahku dengan darah menempel di permukaannya. Mataku terbelalak, dengungan aneh itu kembali muncul. Perutku terbelah, darah mengalir deras. Akupun tersungkur, darah-darah menggenangi. "Sa-sakit…. Egh…." Rasanya sangat panas dan begitu perih. Aku, aku tidak tahan lagi. Pandanganku memudar.
"Tempat ini lagi? Tempat yang gelap….."
"Kak Mirai kok terlambat. Memangnya ada apa?" tanya Erikka.
"Inikan…."
"Kami berdua tersesat di perjalanan menuju kesini, ditambah lagi badai belalang menghalangi jalan kami. Jadi makanya kami berdua terlambat" potong Nathe berbohong kalau sebenarnya aku dan dia tersesat karena diserang segerombolan belalang, aku tidak yakin ini berhasil.
"Oh? Weee…. Menggelikan!" ucap Erikka setelah mendengar perkataan bohong dari Nathe.
Tunggu dulu, aku kembali ke beberapa saat yang lalu. Aku melamun sejenak, mencoba memikirkan apa yang sebenarnya terjadi.
"Heh? Kak Mirai kenapa?" tanya Erikka kebingungan dengan tingkah anehku. Sepertinya alur disini sedang berantakan aku tidak bisa mengendalikan apapun dari diriku. Aku melamun dengan kekosongan.
"~Biarkan si Mirai, dia agak aneh setelah tersedak seekor belalang." ucap Nathe. Perkataannya sama seperti perkataan nya dulu.
Seharusnya aku menahan Kona agar tidak mengucapkan sesuatu, memang benar. Keadaan ini sudah kacau, aku merasa mengubah masa lalu.
"Ingat yang aku katakan kemarin, yap…. Yang kita tau, Kona sebenarnya belum benar-benar bisa dibilang bebas dari belenggu Azazel" ucap Nathe.
"~Tapi kita harus merahasiakan keberadaan Kona, jika ia sampai diketahui oleh sang raja, kita tidak akan tau apa yang akan terjadi selanjutnya." lanjut Nathe.
"Jika raja tau dan mencelakakan kak Kona, aku akan menjebaknya didalam lingkaran waktu!" ucap Erikka.
"~Erikka…. Sepertinya itu agak sedikit aneh, kita akan berfokus pada Azazel. Kita tidak tau kapan dia akan bangkit lagi…. "
"Ah baiklah" gumam Erikka.
Tapi, alurnya kembali seperti semula. Aku tidak dapat berpikir jernih, yang ada dipikiran ku hanyalah 'apa yang terjadi, apa yang terjadi'. Hal yang membingungkanku.
"Mirai…."
Tiba-tiba seseorang memanggilku, menggema didalam pikiranku.
Pandanganku memudar, gelap. Aku ada dimana? Tempatnya sedikit aneh dan juga ini seperti tempat yang sebelumnya aku lalui. Tempat awal kematianku? Apakah ini adalah akhir dari segalanya?
Disaat aku berpikir dan kebingungan. Seseorang menghampiriku. Aku seketika terkejut, orang itu mirip sekali denganku. Ekspresinya membuatku tidak mempercayainya.
"Mirai…. Ah, aku yang berbeda masuk ke tempat ini dengan mudah ya. Hihihi…." ucapnya sambil cekikikan.
Dia, sepertinya dia menakutkan. Aku harus berhati-hati dengannya.
"Hoh? Kau mengeluarkan aroma ketakutan! Kenapa kau takut denganku? Padahalkan aku juga dirimu, hihihi…."
"Hentikan! Siapa kau sebenarnya?!" tegasku.
Ekspresinya berubah menjadi bingung, "hah? Siapa aku? Hmph…. Kau itu bodoh atau pura-pura bodoh?" ucapnya sambil memiringkan kepalanya.
Wajahnya seperti kerasukan setan. Sial, apa yang dia inginkan denganku?
"Hoah, ternyata kau memang ketakutan!"
Dia lalu mengarahkan telapak tangannya kearahku, sesuatu melesat. "Akh…." rintihku. Sesuatu merobek tanganku, darah pun bercucuran.
Rasanya sangat perih, ergh…. Dia berniat untuk membunuhku disini!
"Mari kita selesaikan semuanya!" tegasnya.
Telingaku berdenging, aku tidak dapat mendengar dan merasakan apapun. Aku tiba-tiba terbangun dari tempat tidurku, melihat ke sekeliling. Tidak ada yang aneh dikamarku. Tapi, dadaku masih terasa sangat sesak.
Cahaya matahari menembus sela-sela jendela kamarku, membuat ku merasa agak panas. Situasi ini. Aku pernah merasakannya, jangan-jangan….
Seseorang membuka pintu, dia ternyata adalah Leo, kakakku sendiri. "Eh kau sudah bangun ya?" ucapnya kepadaku. Alurnya terasa berubah menurutku.
"Tadi pagi badanmu panas, jadi aku merasa khawatir dan memberimu kompres air dingin."
Aku demam? Bahkan aku tidak merasakan ada kain kompres berada di dahiku semenjak aku bangun. Apakah yang tadi adalah mimpi….
"Kau sebaiknya istirahat dulu, hmm…. Jarang-jarang kau demam. Seingatku baru sekarang kau tiba-tiba demam." selidiknya.
Ada benarnya, seingatku ini adalah panas pertamaku yang berasal dari diriku sendiri.
Tiba-tiba aku merasa pusing, suara-suara aneh memerogoti pikiranku. Ini sungguh membuatku semakin bingung. Aku barusaja merasakan kematian berkali-kali dan bangun ketempatku yang sebelumnya. Apakah aku bermimpi sebelum aku pergi menemui Erikka dan yang lainnya?
Aku tidak akan diam dan terus larut, "Kak, aku merasa ada yang janggal dari diriku…. Aku sebelumnya-"
Tiba-tiba aku diam, semuanya diam. Aku berada di kekosongan. Suara aneh kembali datang. "Aku tidak bisa bergerak, apa yang terjadi….? Ergh."
Semuanya gelap, aku tidak bisa melihat apapun disini. Tidak ada suara apapun lagi. Semuanya sunyi, kesunyian yang memekakkan telingaku. Aku diam membeku.
Dan kembali lagi bangun ketempat yang asing bagiku, sebuah lapangan luas yang ditumbuhi rumput hijau dan sebuah pohon besar yang ada di belakangku. Angin berhembus sepoi-sepoi menyejukkan hati. Tempat ini membuatku tenang sesaat.
Tentang semua itu tadi….
"Apa yang terjadi sebenarnya….?" Pertanyaan itu seakan seperti melekat di pikiranku. Aku masih bingung ini adalah mimpi atau bukan.
"Jika iya, apakah ini disebut dengan alam yang menyatukan gerbang kematian dan kehidupan didunia…. Semua hal-hal yang acak yang ku alami?"
"Mimpiku tentang aku yang lain, mendatangiku dan membunuhku secara tiba-tiba…. Adalah diriku yang penuh dengan kebencian….?"
"Aku tidak berpikir begitu…." ucap seseorang yang tiba-tiba ikut dengan percakapan kesendirianku.
Aku mulai membuka pandangan dan mencari sumber suara. Tiba-tiba aura hitam muncul dihadapanku, membentuk seseorang dengan mata merah, dan ia mirip denganku.
"Ka-kau?"
"Kita bertemu lagi Mirai, tidak…. aku yang berbeda hahaha!" ucapnya dengan tawa kecil yang penuh dengan kebencian.
"Aku rasa menyakitimu itu percuma…. Mirai, ingatlah aku, aku pernah ada di dalam dirimu, disaat kau membutuhkannya, semua kesedihan, kesendirian, dan keputus-asaanmu ada padaku. Tidak, ada pada dirimu sendiri, pada diri kita…." ucapnya.
"Semua ingatan yang aku miliki…."
Entah kenapa rasanya, aku tidak bisa berbuat apa-apa sekarang. Masa lalu kelam maksudnya? Mental ku terasa down. Aku benar-benar tidak bisa berkutik.
Semua pandanganku menjadi abu-abu, semua pandangan yang tampak indah berubah menjadi tidak berwarna. Aku terjebak didalam ingatan dan masa lalu ku sendiri.
Daun-daun yang berada didahan pohon gugur satu persatu, jatuh ketanah, sebagiannya melayang di udara. Angin semu berhembus. Aku tidak bisa bergerak.
Ia melangkah maju mendekat. Lalu sekelebat bayangan, ia merasuki tubuhku. "Didalam ilusimu sendiri…." suara aneh itu merasuki pikiranku.
"Ayah…."
Ayah? Inikan….. Masa laluku, aku terjebak didalamnya.