Chapter 4 - Jebakan Bunga Beracun

Auf mengeluarkan pedang laras panjang miliknya dan membalutnya dengan petir-petir hitam yang menyambar-nyambar. Dengan kecepatan cahaya Auf menusukan pedang miliknya ke perut serigala itu lalu membelahnya menjadi dua bagian.

"Aku mencium bau gosong disini…." lirih Faza yang pingsan.

Pedang milik Auf semakin mengeluarkan kekuatan yang besar, dia bersiap untuk melakukan serangan kedua. 

Aliran listrik pun hilang dari pedang miliknya dan tergantikan oleh darah yang menetes. Ia memegangi kepalanya seakan menahan rasa sakit. Tiba-tiba darah-darah bercipratan ke udara di sekitar, 100 serigala bangsa Werewolf entah kenapa terbantai mati tak bersisa.

"Auf!" teriakku menghampirinya. Dia memaksakan dirinya dan menggunakan dimensi waktu lalu membantai seluruh Werewolf di sekitar sini.

"Kau tidak apa-apa?" tanyaku khawatir padanya. Terlihat ia terus memegangi kepalanya menahan rasa sakit, terlebih lagi topeng miliknya sedikit retak.

Lonjakan kekuatan sebesar itu, topeng miliknya yang menahan kekuatan besar itu hampir hancur akibat efek serangan beruntun itu.

"Hah….Hah…. Tidak, ini bukan apa-apa…. yang terpenting kita sudah aman" jawabnya dengan perkataan yang sama dari sebelumnya.

"Egh…. Aura barusan. Faza…." selidik Enderarl yang merasakan aura aneh.

"Aduh…. Seharusnya aku tidur di pangkuan gadis…." ucap Faza mengigau di alam bawah sadarnya sendiri.

"Hey! Kau mendengarku tidak!?" geram Enderarl.

"Eh apa-apa?!" kejut Faza sontak terbangun.

"Aku tadi merasakan kekuatan besar digunakan. Tapi aku tidak bisa mengetahui kekuatan apa itu. Auf, dia sepertinya bukan orang biasa, mungkinkah dia ahli pedang dari keluarga bangsawan itu…." ungkap Enderarl.

"Heh?" kejut Faza.

"Teknik bertarung itu, mirip seperti teknik bertarung kaum Noe"

"Kaum Noe, aku belum pernah dengar mereka…." 

Kami kembali melanjutkan perjalanan mencari bunga jiwa yang dimaksud itu, hmm…. Untungnya sebelum berangkat aku membawa buku yang berisi tentang pengetahuan tentang bunga itu. Hmm, bunganya kurang lebih seperti bunga anggrek biasa sih.

"Brrr…. Kurasa udara disini semakin dingin. Bisakah kita istirahat dulu sejenak?" keluh Faza dengan uap dingin terus keluar dari mulutnya mengikuti dinginnya udara sekitar.

Apa boleh buat, kali ini aku setuju dengan orang ini. Aku tidak dingin sih, jadi jangan khawatir. Uh? Ditengah perjalanan kami menemukan sebuah rumah tua yang sepertinya sudah lama tidak ditinggali.

"Rumah siapa yang berada di tengah-tengah hutan ini?" kataku bertanya-tanya, lagipula orang mana yang membuat rumah di hutan terlarang seperti ini.

"Kalian berdua jika lelah istirahatlah dulu disini, aku akan kembali" ucap Auf tanpa basa-basi lagi meninggalkan aku dengan, ya…. Farza atau Faza entahlah apa namanya.

"Huh, baiklah. Cepat kembali" sahutku.

"Aku merasakan aura bunga anggrek jiwa disekitar sini" ungkap Enderarl melalui pikiran Faza.

"Hah? Benarkah?" tanya Faza yang lalu mengintip masuk dari kaca jendela rumah itu. Terlihat banyak tumbuhan-tumbuhan merayap di dinding rumah. 

"Mirai, sepertinya aku punya firasat baik dari dalam rumah ini" ucap Faza kepadaku.

"Huh?"  

Aneh sekali dia sedikit bersikap baik padaku. Apakah didalam sini ada bunga anggrek jiwa.

Akhirnya tanpa berlama-lama aku dan Faza masuk kerumah itu. Suasananya sangatlah sepi, banyak sekali tumbuhan menjalar dimana-mana, seakan seperti rumah berhantu. Tapi, tunggu dulu…. ternyata rumah ini memiliki tangga menuju ruang bawah tanah dan ditengah tangga terdapat bunga anggrek putih tumbuh. "Wah…."

"Aku menemukannya!" ucapku. 

"Wahh! Benarkah! Aku kaya!!! Horeeyy" ucap Faza kegirangan.

"Huh?" 

Tanpa mereka sadari kepulan asap hijau tiba-tiba mengelilingi kami, membuat kami sulit untuk bernapas.

"Uhuk uhuk!" 

Apa sebenarnya ini? Rasanya kepalaku berat, dan kesadaranku mulai pudar. Apakah ini asap beracun…. Aku tidak tau, tapi pandanganku mulai gelap.

Tak lama kemudian, Faza dan Mirai pingsan setelah menghirup banyak gas beracun. 

Di hutan keadaan menjadi sengit, Auf sedang bertarung dengan Clown. Iya, Clown, makhluk yang meresahkan.

"Hahahaha! Dapat kau, aku tidak akan membiarkan kau pergi disini, kyahahaha!" ucap Clown itu sambil tertawa.

Boneka-boneka berhamburan di segala arah, tentu saja itu bukan boneka biasa, boneka itu diisi dengan bubuk mesiu yang bisa saja meledak tiba-tiba.

"Kau berada disini seorang diri? Kau dibayar berapa untuk mengalihkan perhatianku?" tanya Auf.

"Apa maksudmu? Kita disini hanya bermain-main saja kau tau, hahaha!"

"Aku tidak mudah tertipu trik murahan kalian!" tegas Auf mengeluarkan bola petir hitam melalui telapak tangannya.

"Ehhh…. Tahan-tahan, sepertinya kau harus menahan amarahmu, Hehe…. Ahhhh" ucap Clown itu lalu berlari tunggang langgang.

Auf melontarkan serangannya dan mengenai tubuh Clown itu hingga membuatnya lemas akibat efek dari serangan. 

"Ahhhh kau curang! Aw, aw! Sakit sekali…."

"Aku mungkin membutuhkanmu!" ucap Auf lalu mengikat Clown itu di sebuah pohon. "Dengan ini kau tidak akan bisa kemana-mana" sambung Auf lalu pergi menuju ketempat Mirai dan Faza berada.

"Hey, Tunggu! Kau tidak bisa meninggalkanku terikat sendirian disini!" teriak Clown itu meringis.

Auf pun sampai ke rumah tua yang merupakan tempat terakhir mereka bertemu. "Sesuatu mungkin telah terjadi pada mereka berdua!" ucap Auf.

Auf pun memasuki rumah itu lalu mendapati bunga anggrek jiwa berada di sebuah anak tangga yang menuju langsung ke ruang bawah tanah. Auf pun memasuki ruang bawah tanah itu tanpa ragu-ragu. 

"Hahaha! Akhirnya rencanaku berhasil membawa mereka kesini, huh…. walaupun aku harus berhati-hati dengan yang satunya. Tapi tak apalah, dia pasti tertahan dengan bawahanku" ucap seorang wanita Elf Wizard menyekap Mirai dan Faza disebuah penjara gelembung, tak salah lagi dia adalah Keysa.

"Huh…. Setelah ini akan kau apakah mereka berdua?" ucap seseorang gadis berambut merah cerah sambil memakai sebuah jubah hitam, dia adalah Ixora Kona.

"Senang sekali kau bertanya seperti itu Ixora-sama! Jika aku berhasil merebut semua kekuatan mereka! Kita akan menaklukkan dunia para manusia! Hahaha!" ungkap Keysa sambil tertawa jahat.

"Huh? Aku kira kerjasama kita adalah hal yang menarik untuk dilakukan, tapi hanya ini? Kau merepotkan sekali" ucap Kona menanggapi ucapan dari Keysa.

"Ulululu, tenang kau akan kebagian, setelah aku menyedot semua kekuatan mereka berdua akan ku persembahkan untuk para iblis!"

"Terserah kau sajalah…." ucap Kona lalu pergi meninggalkan Keysa.

"Kau jangan pergi begitu saja, Ixora-sama. Atau…. Bisa ku bilang, Tuan Azazel!" ucap Keysa dengan senyum menyeringai.

Akibat mendengar perkataan Keysa, derap langkah kaki Kona terhenti.

"Aku butuh bantuanmu untuk melakukan sesembahan kepada para iblis!" sambung Keysa meminta bantuan ke Kona. "Atau tidak!" Keysa pun menunjukan sebuah kalung suci penuh dengan kekuatan murni dari Raphael.

"Sial aku terjebak…."

"Huh? Menarik, ternyata ada penyusup disini" selidik Keysa menyadari kehadiran seseorang.

Pintu raksasa ruangan bawah tanah itu terbuka, memperlihatkan seseorang yang memakai sebuah topeng, dia adalah Auf.

"Ara…. Kita mempunyai tamu baru disini" ucap Keysa sambil tersenyum.

"Huh, sudah kuduga kau dalang dibalik semua ini" ucap Auf.

Keysa terkejut, lalu kembali menampilkan ekspresi tenang. "Hoh? Bagaimana kau mengetahuinya?" tanya Keysa.

"Sejak awal aku telah mengetahui niat jahatmu, lagipula Kristal Etern yang kau tunjukkan tadi pagi itu palsu yang di sihir menyerupai Kristal yang asli…." ungkap Auf membenarkan.

"Huh, seharusnya aku tidak meremehkanmu sejak awal…. Tapi sudahlah itu sudah terlanjur! Tapi kau akan mati sebelum kau menyelamatkan teman-temanmu!" ucap Keysa.

Kona pun berjalan menuju Auf dalam waktu bersamaan akar-akar menjalar keluar dari permukaan tanah menghantam tubuh Auf hingga menabrak dinding. Akar-akar pun keluar dari dinding itu lalu mengikat tubuh Auf hingga membuatnya tidak bisa bergerak.

"Lihatlah, kau akan mati menghadapi wujud terlemahnya Iblis Azazel, Ixora-sama! Hahaha!" ancam Keysa sambil tertawa jahat.

"Kau memang seorang Elf tapi sifatmu berbeda jauh dari mereka…. Kau bahkan tidak mengetahui berhadapan dengan siapa…." ucap Auf sambil menunjukan sebuah kalung dari lehernya.

"Egh, Kristal Etern yang asli…." kejut Keysa.

"Tidak, ini Kristal Etern bercampur dengan Kristal Aldebaran!" 

Auf pun tersenyum dibalik topeng miliknya, tiba-tiba topengnya retak lalu terbelah dua menunjukan wajah Auf yang penuh dengan aura kekuatan besar.

"Aku menggunakan topeng itu agar orang-orang tidak bisa merasakan aura besar yang ku miliki. Lagipula 80% kekuatanku terkunci, makanya aku menggunakan Kristal Etern yang asli…."

"Kekuatan ini, Naga Kegelapan…. Nous? Tidak mungkin"

"Apa kau akan menghadapiku? Azazel?"

Kona dan Auf saling berduel satu sama lain. Sedangkan Mirai dan Faza pingsan akibat menghirup gas beracun dan terjebak di dalam gelembung.

"Aura ini…." Keysa merasakan kekuatan misterius yang kuat dari Auf. Sebuah kekuatan yang misterius dan juga aneh.

Auf tersenyum menyeringai ke arah Kona, sifatnya seakan berubah seperti seorang iblis. Akar-akar berduri yang menjeratnya hancur berkeping-keping bersamaan dengan hempasan angin dahsyat membuat gelembung-gelembung tempat disekapnya Mirai dan Faza bergelombang seakan ingin pecah.

Sementara itu di alam bawah sadar Faza, Enderarl di ruangan hampa yang gelap nan luas itu. Ia merasakan kekuatan besar bergejolak bagaikan badai yang

melewatinya.

"Aku merasakan kekuatan aneh. Auf apakah kau adalah…." selidik Enderarl. Ia lalu memandangi tubuh Faza yang bahkan pingsan di alam bawah sadarnya sendiri.

"… Topeng penghalang itu barusan sudah hancur, kini aku bisa merasakan kekuatan dibalik topeng itu. Ternyata, dia memiliki sebagian kecil dari kekuatan Nous."

"Ehhh…." 

Sifat Keysa berubah 360 derajat, ia kini seperti seekor tikus yang ketakutan melihat kekuatan Auf. Sedangkan Kona seperti biasanya, raut wajahnya yang muram tanpa ekspresi apapun itu sepertinya santai saja menghadapi Auf.

Angin kencang menghempas, Keysa menutupi pandangannya menggunakan lengannya. Auf melesat cepat kearah Kona. Kona pun tidak pikir panjang, ia langsung mengeluarkan akar-akar berduri dari bawah tanah berencana ingin mengikat tubuh Auf. Dalam sekelebat bayangan, Auf berpindah tempat ke belakang Kona sambil mengeluarkan petir hitam dari tangan kanannya.

Kona menyadari hal itu sebelumnya, dalam keadaan lambat, Kona memutar tubuhnya bersamaan dengan mata kanannya berubah menjadi merah pekat dengan pupil ala-ala iblis.

Akar tebal menepis laju serangan petir hitam Auf, sedikit dari serangan itupun menggores tanduk kecil milik Kona. Kona mengepal erat telapak tangannya lalu memukul perut Auf dengan keras hingga membuatnya terpental menghantam dinding ruangan. Seketika ruangan bergetar sesaat, debu-debu berjatuh dari atas.

"Egh…. Dia menggunakan kekuatan Azazel. Sial, kalau begini aku akan mencoba tidak akan mengusiknya…. Kalau dia marah bahaya ini!" batin Keysa. Namun seketika Keysa terkejut bukan kepalang, Kona tiba-tiba meliriknya dengan mata merahnya. Sorot pandangan tajam seperti tidak akan memaafkan perbuatannya. Keringat dingin bercucuran membasahi tubuhnya.

"Eh…Eehh…. Tu-tuan Azazel ke-kenapa anda menatap saya dengan pandangan seperti itu….?" tanya Keysa terbata-bata. Lingkaran bercorak abstrak mengelilingi lantai tempat Keysa berpijak. "Tu-tuann…. Kita bisa membicarakan ini…. Kumohon jangan lakukan ini" rengek Keysa memohon.

Mata Kona bersinar sangat pekat, ia mengarahkan telapak tangannya kanannya ke arah Keysa. Bola api pun keluar dari telapak tangannya. Bersamaan dengan lingkaran abstrak itu bercahaya dengan sangat terang. 

"Ini kah…."