Chereads / OUR JOURNEY / Chapter 52 - Bab 51

Chapter 52 - Bab 51

"Gak kerasa udah semester dua aja nih," ujar Tiara sambil berjalan bersama Wulan di lorong sekolahnya.

"Bener banget, bentar lagi kelas dua belas abistu kuliah, kerja, nikah, punya anak, jadi nenek, mati deh," kata Wulan asal.

"Eh hahaha sialan! Ngawur bener Lo ya!" Teriak Tiara sambil tertawa.

"Lah emang salah ya omongan Gue?" Tanya Wulan bingung.

"Ya kagak salah tapi haha itu loh," kata Tiara tidak jelas karena sibuk tertawa.

"Gajelas Lo, btw itu ada apaan rame-rame di depan kelas Gisel?" Kata Wulan sambil menunjuk ke arah kerumunan beberapa siswa.

"Gatahu samperin kuyy," kata Tiara lalu berjalan ke arah kerumunan itu.

"Misi misi princess mau lewat," kata Tiara dengan PD nya.

"Ada apaan nih? Loh Sandrina? Bukannya dia udah putus sekolah ya?" Tanya Wulan.

"Lo gatahu Lan? Ibu dia ternyata jalang yang morotin harta bapaknya Jesse pacar Nayara," kata Tiara sambil menatap ke arah Sandrina.

"Ah yang bener Lo? Setahu Gue orang tua Sandrina bisnis sesuatu," kata Wulan tak percaya.

"Lo makanya jadi orang jangan terlalu polos kali ditipu kan," Kata Tiara.

"Bodo amatlah Gue! Ayo Tiara kita ke kelas aja males banget ngurusin parasit," kata Wulan lalu berjalan menjauh dari kerumunan itu bersama Tiara.

Di perjalanan mereka berdua tak sengaja berpapasan dengan Rendi yang baru saja sampai di sekolah. Wulan langsung berlari dan memeluk kekasihnya erat.

"Sayang selamat pagi," sapa Rendi kepada Wulan.

"Pagi sayang kangen dua minggu gak ketemu," kata Wulan sambil memeluk Rendi manja.

"Aku juga btw ada apaan tuh pada ngumpul?" Tanya Rendi.

"Itu lagi bahas si Sandrina aku juga gatahu kenapa," jawab Wulan.

"Ekhem! Panas nih badan Gue padahal masih pagi," kata Tiara julid lalu menjauh dari dua sejoli itu.

Nayara berjalan dengan senyuman ke kelasnya. Hari yang Ia tunggu-tunggu akhirnya tiba juga, dimana Ia akan kembali bersekolah seperti biasa. Namun ada satu hal yang mengganggu Nayara, yaitu seorang William Ackerley. Yang selalu mengikutinya kemana pun dan kapan pun Ia pergi. Dan tentunya atas permintaan Sherina dan persetujuan Adele.

"Nayara udah lama banget sejak ngelihat Lo di sekolah," sambut Reihan yang sedang mengganti tinta spidol.

"Udah lama ga ketemu juga," balas Nayara.

"Nay Lo tahu? Jesse selingkuh dari Lo waktu Lo koma," kata seorang siswa yang entah dari mana asalnya.

"Pergi! Jangan ganggu Nayara!" Kata William tegas.

Para siswa itu pun pergi dari hadapan Nayara setelah William memperingati mereka.

"Nayara? Nay akhirnya Lo sekolah juga!" Pekik Tiara saat melihat Nayara yang duduk manis sambil membaca buku.

"Nay Gue kangen banget ada banyak hal yang pingin Gue kasih tahu ke Lo," kata Tiara.

"Iya nanti aja ceritanya pas istirahat oke?" Kata Nayara dengan senyumnya.

"Yo Nayara Kanendra!" Sapa Rendi setelah masuk ke kelasnya. Ia lalu menaruh tasnya dan duduk di depan Nayara.

"Gimana Nay kabar Lo selama home schooling? Seru deh kayaknya jadi gausah bangun pagi," kata Rendi.

"Jujur Gue iri banget sama Lo Nay," sambung Tiara.

"Emang Lo mau koma empat bulan? Kalau Lo mau ya Lo bakal ngerasain deh kayak Gue," kata Nayara.

"Amit amit jabang bayi. Jangan lah Nay," ucap Tiara.

"Nay Lo udah denger belum kalau Jesse sering jalan bareng Sandrina?" Tanya Reihan.

"Jangan tanyain Nayara pertanyaan kaya gitu," ujar William.

"Di rekrut jadi bodyguard Nayara Lo?" Tanya Rendi sambil menatap ke arah William.

"Gak tuh. Gue cuma jagain Nayara doang," jawab William.

"Sama dengan Lo bodyguard nya. Gak heran sih soalnya tante Sherina kelihatan lebih percaya Lo dari pada si Jesse," kata Reihan.

"Nay Lo di panggil ke ruang guru tuh," teriak salah satu siswa.

"Gue mau ke ruang guru dulu ya," kata Nayara lalu berdiri dan di ikuti William.

"Bro, jangan bilang Lo juga mau ngikutin Nayara ke ruang guru?" Tanya Rendi sambil memegang lengan William.

"Tuh Lo udah tahu lepas," kata William lalu berlari menyusul Nayara.

"Bucin banget temen Lo Ren," kata Reihan.

"Bukan temen Gue tapi temen Lo Rei!" Kata Rendi.

"Temen Lo."

"Temen Lo."

"Tem-,"

"Sstttt! Ribut banget gitu aja di permasalahin!" Omel Tiara sekaligus menghentikan pertengkaran di antara kedua sahabat itu.

"Astaga William bikin kaget aja," kata Nayara saat melihat William sudah siaga di depan pintu menunggunya.

"Kenapa Nay? Ada masalah ya?" Tanya William panik.

"Nggak ada tadi cuma di ucapin selamat doang," jawab Nayara.

"Owh tentang sertifikat kejuaraan sains Lo ya?"

"Kok Lo tahu?" Tanya Nayara sambil mengangkat satu alisnya.

"Ya iya lah tahu. Satu sekolah kali tahu kalau Lo dapet kejuaraan itu waktu upacara bendera di umumin sama kepsek," jelas William.

"Owh yuk balik," kata Nayara lalu mendahului William.

****

Sandrina berjalan dengan menundukkan kepalanya di lorong sekolah. Banyak pasang mata sinis yang menatapnya jijik.

"Ga percaya Gue kalau dia anak dari jalang," kata seorang siswa yang di lewati Sandrina.

"Kalau Gue jadi dia malu banget pasti Gue kalau dateng ke sekolah."

"Bener banget mending Gue bunuh diri aja."

Pluk!

Kepala Sandrina terkena sebuah lemparan kertas yang jatuh di bawah kakinya. Sandrina lalu mengambil kertas itu dan membaca isinya. Sandrina menitikkan air matanya saat melihat tulisan-tulisan yang begitu menyayat hati Sandrina.

"Mati aja Lo sana!"

"Sekolah ini ga butuh siswa kaya Lo!"

"Jalang! Jalang! Jalang!"

"Kertas itu berisi tulisan dari seluruh siswa SMA Semesta yang jijik sama perempuan kaya Lo! Mulai sekarang Lo cuma babu di sekolah ini ngerti?" Kata Rani yang sudah berdiri di hadapan Sandrina dengan kedua tangan yang di lipat di depan dada.

"Perempuan menjijikan!" Kata Santi teman satu geng Rani.

"Minggir Lo!" Bentak Jesse ke arah Rani.

"Minggir? Lo yang minggir!" Teriak Rani.

"Jangan ganggu Sandrina atau Gue," Jesse menjeda kalimatnya.

"Atau apa? Mau apa Lo kalau Gue ganggu dia, ha? Lo tuh sama aja kaya perempuan menjijikan ini! Sama-sama ga punya status sosial! Ayo guys kita pergi," kata Rani lalu berlalu sambil menyenggol bahu Sandrina.

"Ikut Gue," kata Jesse sambil menarik tangan Sandrina.

"Nay itu ngapain si Jesse narik-narik tangan Sandrina?" Tanya Tiara heboh.

"Duh Tiara ngapain Lo kasih tahu," gumam Wulan meratapi kebodohan temannya itu.

Nayara hanya menatap Jesse yang berlalu tanpa menoleh ke arahnya sedikit pun. William yang menyadari arah pandang Nayara mulai tertuju pada Jesse langsung menutup mata Nayara menggunakan telapak tangannya.

"Kalau bikin Lo sakit hati mending ga usah dilihat," ucap William lembut.

"Apaan sih nggak. Ayo katanya mau ke kantin," kata Nayara lalu berjalan mendahului teman-temannya.

"Mulai sekarang Lo harus ada di deket Gue," kata Jesse saat sudah sampai di rooftop.

"Kenapa Gue harus patuh sama Lo?" Tanya Sandrina.

"Karena Lo pembantu di rumah Gue, inget?" Jawab Jesse dengan pandangan tajamnya.

"Oh iya Gue cuma anak wanita jalang yang jadi pembantu di rumah Lo," kata Sandrina sambil tertawa.

"Yes, Lo bener banget. Lo anak wanita jalang yang jadi pembantu di rumah Gue. Jadi mulai detik ini Lo harus ada di deket Gue biar Gue bisa merintah Lo kalau Gue lagi butuh," kata Jesse lalu meninggalkan Sandrina sendirian di rooftop.

"Miris banget nasib Gue. Ahh sial!" Kata Sandrina sambil menendang kaleng yang ada di dekatnya hingga tak sengaja mengenai anak kucing yang sedang tertidur.

"Maaf aku ga sengaja. Sakit ya?" Tanya Sandrina sambil menggendong anak kucing itu.

"Kamu sendirian di sini? Mama kamu sama ayah kamu kemana? Jangan-jangan nasib kamu sama lagi kaya aku, ditinggal sendiri," kata Sandrina.

"Besok aku bakal bawa makanan yang banyak buat kamu, oke? Mulai sekarang kamu temen aku putsky," kata Sandrina lalu meletakkan kembali anak kucing itu dan kembali ke kelasnya karena sudah bel.

****

"Seriusan Lo berdua bakal pergi ke Amerika kelas dua belas nanti?" Tanya Andre.

"Iya itu sebenarnya rencana tante Renata sama ayah," jawab Gisel.

"Beruntung banget sih Lo Sel! Kalau Gue boro-boro ke luar negeri lanjut di Indonesia aja belum tentu," kata Indah.

"Beasiswa Ndah Lo pinter pake otak Lo lah," kata Bastian.

"Iya ya kapasitas otak Gue kan lebih banyak dari Lo," kata Indah mengejek Bastian.

"Maimunah tabok nih," kata Bastian kesal.

"Lo tumben ga main sama Nayara Sel," tanya Andre.

"Gimana mau main dia aja di rumah," jawab Gisel sambil meminum es kopinya.

"Nayara kan udah mulai sekolah hari ini. Jangan-jangan Lo lupa lagi atau nggak tahu?" Tanya Indah curiga.

"Owh, mungkin Nayara pingin ngasih Gue kejutan makanya ga bilang dulu. Nanti mungkin Gue jalan-jalan sama dia," bohong Gisel.

"Lo ga di kasih tahu Nayara Bas?" Tanya Indah sambil menatap Bastian.

"Gue? Nggak, nggak di kasih tahu. Ya itu mungkin biar surprise gak sih?" Bohong Bastian sambil tertawa canggung.

"Lo berdua aneh deh. Tapi bodo amat sekarang kita harus bahas tentang ujian kelompok besok," kata Andre mengubah topik pembicaraan.

"Tapi Gue mau nyamperin Tiara dulu mau ngumpul ini," kata Gisel lalu keluar dari kelasnya.

Gisel pun segera pergi ke kelas Tiara. Sesampainya di depan kelas, Gisel berhenti sejenak dan memanggil siswi lain.

"Misi mau nyari Tiara," kata Gisel dari luar kelas Tiara.

"Bagi yang namanya Tiara keluar buruan di cari nih sama bestie Lo!" Teriak salah satu siswa dari luar kelas.

"Bawel banget siapa sih emang bestie Gue? Gisel ngapain?" Tanya Tiara saat melihat Gisel berdiri di hadapannya.

"Gue mau nyerahin hasil lukisan Gue. Maaf telat," kata Gisel lalu menyerahkan sebuah gulungan buku gambar.

"Owh gapapa thanks ya. Nayara ada tuh di dalem mau nyamperin?" Tanya Tiara.

"Gausah gausah Gue buru-buru ada tugas lain soalnya," kata Gisel.

"Tumben Lo nunggu di luar biasanya main nyelonong masuk gitu aja tanpa sopan santun," kata Tiara julid.

"Kan Gue lagi ngubah kebiasaan Gue yang itu," kata Gisel.

"Yaudah sana pergi," kata Tiara lalu kembali masuk ke dalam kelasnya.

"Gue lihat Lo dari jauh aja udah cukup kok Nay. Ngapa jadi kayak suka sama cowok kelas lain gini sih? Eh Gisel Lo udah punya Bastian jangan jelalatan!" Kata Gisel dalam hati.

"Siapa sayang?" Tanya Reihan.

"Tuh si Gisel nyerahin lukisannya yang minggu lalu," jawab Tiara.

"Lo masih musuhan sama Gisel dan Bastian?" Tanya Reihan.

"Gatahu juga," kata Nayara sambil tersenyum.