"William nusuk banget omongannya," gumam Tiara.
"Ini semua gara-gara Lo! Dasar!" Teriak Gisel lalu keluar dari sana dan diikuti Bastian.
"Heran aja Gue sama anak kaya Lo," kata Wulan lalu berlalu dari hadapan Sandrina.
"Bangga ya Lo kaya gitu?" Tanya Reihan lalu menatap tajam ke arah Jesse.
"Cuih!" Kata Tiara tepat di hadapan Sandrina.
Kini hanya Sandrina dan Jesse yang ada di rumah pohon itu. Mereka akhirnya memutuskan untuk pergi juga.
"Maaf San kata-kata Gue tadi keterlaluan," kata Jesse.
"Gapapa asal Lo sama Nayara seneng jatuhin Gue," kata Sandrina.
"Jangan bawa-bawa Nayara San!" Bentak Jesse.
"Apa karena Gue anak pembantu kalian semua selalu ngebela Nayara? Gue ga bisa mutusin buat lahir di keluarga mana dan ini takdir Gue selalu di rendahin," kata Sandrina sambil menangis.
Jesse hanya menatap Sandrina. Dirinya merasa bersalah telah membongkar semua rahasianya. Jesse lalu mengajak Sandrina untuk kembali ke rumah mereka.
"Cepet banget Nay temen-temen Lo pulang," kata Nathan bersamaan dengan Nayara yang duduk di sebelahnya dengan wajah kesal.
"Kenapa Nay kok mukanya gitu?" Tanya Sherina kepada putri bungsunya itu.
"Huh," Nayara menghembuskan nafasnya.
"Ga nyaman aja ma berisik," jawab Nayara.
"Owh kirain kenapa. Tadi mama lihat si Jesse sama cewek pegangan tangan. Siapanya Jesse Nay?" Tanya Sherina.
"Gatahu ma ga kenal," jawab Nayara ketus.
"Sandrina bukannya yang Lo bilang sering cari masalah sama Lo ya?" Tanya Nathan.
"Apaan sih nggak!" Bentak Nayara.
"Terus ngapain bentak-bentak? Kan bisa biasa aja ngomongnya," omel Nathan.
"Kak Lo jangan cari perkara sama Gue ya! Gue lagi kesel!" Teriak Nayara sekuat tenaga.
"Gue cuma nanya pingin bantuin Elo!" Teriak Nathan juga.
"Heh heh stop nggak?! Mama hukum kalian berdua mau?!" Akhirnya Sherina angkat bicara.
"Nathan kalau ngomong sama Nayara halus dikit kenapa sih? Kayak perempuan PMS aja pake teriak-teriak. Kamu juga Nayara, kalau ada masalah bilang bukannya malah marah-marah gini! Minta maaf kalian berdua!" Perintah Sherina.
Dengan terpaksa keduanya berpelukan dan saling melontarkan kata maaf yang sepertinya tidak ikhlas dari dalam hati.
"Maaf," kata keduanya.
Akhirnya setelah sekian menit pertengkaran di antara kedua kakak beradik itu selesai juga. William dan Justin hanya bengong melihat Nayara. Nayara yang biasanya pendiam bisa banyak omong seperti ini juga ternyata.
"Maaf ya William, Justin mereka emang rada-rada," kata Sherina.
"Gapapa tante," kata keduanya sambil menggoyangkan kedua tangannya.
"Tumben akur kalian," kata Rivanno yang baru saja pulang dari kantornya.
"Soalnya hampir aja jadi tukang sapu rumah dadakan," kata Sherina sambil tersenyum manis ke arah suaminya.
"Loh ada William sama Justin juga. Gimana kabar orang tua kalian?" Sapa Rivanno.
"Baik Om. Om sendiri gimana?" Tanya William.
"Baik kok. Om mau mandi dulu ya bau nih badan Om. Kalian tunggu disini aja dulu santai," kata Rivanno lalu berjalan ke arah kamarnya.
"Oh iya Nay, inget gak kamu sama tetangga sebelah yang anaknya bilang mau studi ke Jerman itu? Tadi papa ketemu dia lagi jogging," kata Rivanno.
"Serius pa?" Tanya Nayara sambil berdiri.
"Iya noh kayaknya belum jauh," jawab Rivanno.
Nayara segera berlari keluar dari rumahnya. Nathan hanya menggelengkan kepala saat melihat tingkah adiknya itu.
****
"San, Lo masih marah sama Gue?" Tanya Jesse kepada Sandrina yang sibuk mengupas kulit mentimun.
"Diem Jesse jangan ganggu!" Bentak Sandrina.
"Maafin Gue, Gue ga bermaksud serius," mohon Jesse.
"Udah mending Lo ke sana jangan sampe Nyonya Dewi ngelihat kita kaya gini. Bisa di cambuk Gue nanti," kata Sandrina.
"Yaudah kalau udah selesai telfon Gue ya San. Gue mau ngomong sesuatu sama Lo," kata Jesse lalu kembali ke kamarnya.
"Sandrina kamu deket ya sama Jesse?" Tanya Rika yang diam-diam menguping pembicaraannya dengan Jesse barusan.
"Nggak," ketus Sandrina.
"Aukh! Kenapa sih? Ngapain mukul-mukul?" Omel Sandrina saat lengannya di beri pukulan oleh Rika.
"Kamu suka kan sama dia? Bagus deketin terus," kata Rika.
"Kalau aku pacaran sama Jesse nanti mama ga bisa nikah sama Om Gandi lagi," kata Sandrina.
"Kalau kamu berhasil dapetin hati Jesse, mama bisa kok cari cowok lain yang lebih kaya dari Mas Gandi. Gapapa sayang," kata Rika dengan senyum lebarnya.
"Emang ya di otak mama itu cuma ada uang uang dan uang! Dasar perempuan murahan!" Pekik Sandrina.
"Kamu! Jangan macem-macem ya kamu! Gue bisa ngelakuin apa aja supaya bisa ngehabisin Lo! Jaga mulut Lo!" Kata Rika sambil mencengkram kuat pipi Sandrina.
Sandrina hanya bisa pasrah saat Rika melakukan itu padanya. Percuma dirinya melawan namun pada akhirnya akan tetap kalah. Sandrina segera menghapus air matanya dan melanjutkan kegiatan mengupas kulit timun yang sudah di tugaskan kepadanya.
"Jason Jesse ayo makan malam," teriak Dewi di depan kamar putra-putranya.
"Mama yang masak makanan kali ini?" Tanya Jason saat keluar dari kamarnya beserta Jesse yang menyusul keduanya dari belakang.
"Bukan tapi Sandrina. Mama ga sempet," jawab Dewi.
"Wah pinter juga ya Sandrina masak. Semoga Lo nanti bisa jadi koki profesional ya," kata Jason sambil mencicipi beberapa makanan yang di buat Sandrina.
"Makasih kak," kata Sandrina yang duduk di sebelah Rika.
"Gimana sekolah kamu Sandrina? Aman kan?" Tanya Gandi.
"Aman Om semuanya berkat Om dan Nyonya," kata Sandrina.
"Iya lah aman orang semua biaya saya yang nanggung," gumam Dewi.
Sandrina menundukkan kepalanya saat mendengar Dewi berkata demikian. Namun Sandrina harus bertahan agar dirinya bisa menempuh pendidikan tinggi untuk menggapai cita-citanya. Setelah itu Ia akan bebas dan tak lagi memikirkan masalah ekonomi keluarga.
"Maka dari itu saya sangat bersyukur saat Nyonya Dewi dan Om Gandi mau menerima mama saya dan saya si keluarga ini," jelas Sandrina.
"Anak mama bijak banget. Jelas lah kan anak terpinter," kata Rika sambil mengelus kepala Sandrina.
"Kalian denger kan tadi Rika ngomong apa? Terutama kamu Jesse!" Teriak Dewi dari dalam ruang kerjanya.
"Sandrina anak jalang yang hampir ga punya masa depan bisa jadi anak dengan nilai tertinggi. Kalian kapan? Mama masih bisa menolerir sikap Jason tapi kamu Jesse! Belajar aja gak pernah kerjaan cuma balap motor, tarung, abis itu tidur!" Omel Dewi.
"Terus Jesse mesti apa ma? Biarin lah dia nikmatin masa muda toh belum ada skandal apa-apa kan," kata Jason berusaha menenangkan mamanya.
"Bukan masalah itu Jason. Mama cuma ngingetin biar dia bisa masuk di universitas bagus di Indonesia. Jadi ga perlu mama jauh-jauhin Jesse," jelas Dewi.
"Mama bilang sendiri kan sama aku bisa lakukan apa aja yang aku mau. Tapi kenapa setiap hari mama ngungkit masalah yang sama terus?" Tanya Jesse.
"Itu karena kamu ga mau berubah! Lihat anak temen-temen mama! Semuanya udah pada bisa ngasilin uang! Ada yang bisnis, jadi dokter, punya usaha! Kalian? Udah ga ngasilin apa-apa buat masalah melulu lagi! Percuma mama punya anak kaya kalian!" Teriak Dewi kepada Jason dan Jesse.
Kedua lelaki itu hanya menunduk menahan amarah mereka. Andai saja mereka berdua mengikuti kata hati mereka untuk tidak melanjutkan sekolah di SMA. Maka mereka bisa bekerja sekarang.
"Kita juga mau kali ma ngasilin uang sendiri ga minta sama mama. Tapi kita masih berusaha ma, tolong jangan jatuhkan mental aku sama Jesse," kata Jason sambil berlutut.
"Terserah mama ga peduli! Jason kalau kamu belum bisa ngendaliin perusahaan yang mama kasih jangan harap kamu bisa ketemu sama pacar kamu! Dan kamu Jesse! Kalau nilai kamu ga naik semester ini, mama pastiin bahwa Sandrina bakal menderita di depan kamu! Ngerti?!" Teriak Dewi.
"Udah balik ke kamar kalian masing-masing!" Setelah Dewi mengatakan kalimat itu, kedua kakak beradik itu lalu masuk ke dalan kamar mereka yang berada diatas ruang kerja Dewi.
"Habis di marahin ya?" Tanya Sandrina yang sudah duduk di meja belajar Jesse sambil membaca buku.
"Eh ada Elo nggak kok," bohong Jesse.
"Mulut bisa bohong tapi perasaan ga bisa Jesse. Sini cerita sama Gue," kata Sandrina sambil menepuk pinggiran kasur di depannya.
"Mama Gue nyuruh Gue naikin nilai Gue di ulangan kali ini," curhat Jesse..
"Gara-gara perkataan mama Gue tadi? Percaya emang mama Lo?" Tanya Sandrina sambil sedikit tertawa.
"Itu juga mama Lo ngapain pake ngomong kaya gitu sih? Kena semprot obat nyamuk pahit kan Gue dari mama," kata Jesse.
"Ya Gue juga ga nyangka kalau mama Gue bakalan ngomong gitu. Yaudah Lo belajar aja Gue temenin," kata Sandrina.
"Minggir!" Perintah Jesse.
"Iya ini Gue minggir. Gue tiduran di kasur Lo gapapa kan?" Tanya Sandrina dan diangguki Jesse.
****
"Kamu emang seriusan mau ke Jepang sayang?" Tanya Raya sambil memeluk lengan Nicholas erat.
"Iya lah masak bohongan. Aku mau belajar tentang mesin-mesin," jawab Nicholas.
"Terus kamu tega ninggalin aku gitu?" Kata Raya sambil memajukan bibirnya.
Raya menunda kepergiannya ke Jepang. Ia masih memikirkan hal itu lagi.
"Ga tega tapi masak cuma gara-gara kamu aku ga jadi pergi sih," kata Nicholas.
"Owh jadi kalau aku bilang kaya gitu kamu ga pergi dan nanti malah nyalahin aku gitu?" Bentak Raya.
"Nggak gitu sayang dengerin dulu," Raya yang kesal segera bangkit dari duduknya dan meninggalkan Nicholas sendirian duduk di bangku taman.
Tak mau ambil pusing Nicholas akhirnya memutuskan untuk menuju ke rumahnya.
"Loh? Elo?" Sapa Nicholas kepada seorang pria yang sedang joging santai.
"Kak Nicholas lama ga ketemu," balas pria itu.
"Wah gimana keadaan Lo setelah lama di Jerman?" Tanya Nicholas lalu duduk disalah satu bangku yang ada di kompleks mereka.
"Ya biasa aja sih. Kalo kak Niko sendiri gimana? Masih ada keinginan untuk belajar ke Jepang gak? Gue ada lowongan nih," kata lelaki itu.
"Tanya satu-satu dong bingung nih Gue, pertama Gue baik-baik aja, kedua masih, ketiga seriusan Lo?" Kata Nicholas.
"Iya lah. Gue sama temen Gue punya misi buat nyari temen untuk diajak ke Jepang," jelas lelaki itu.
"Gue boleh tuh, kapan?"
"Bulan depan. Btw Gue mau nanya sesuatu boleh?" Tanya laki-laki itu.
"Nanya apaan?"
"Nayara baik-baik aja kan?"