Chereads / OUR JOURNEY / Chapter 61 - Bab 60

Chapter 61 - Bab 60

Nayara dan William sudah sampai di sekolah. Mereka lalu turun dari mobil dan berjalan ke kantin. Keadaan kantin sangat sepi karena memang sore itu semua murid sudah pulang. Kecuali murid yang mengikuti ekstra kulikuler di hari itu.

"Nih Nay," kata William sambil menyerahkan burger crispy kepada Nayara.

"Thanks," jawab Nayara pelan.

"Kalau ada apa-apa cari Gue gapapa kok Nay. Gue jadi tempat pelarian Lo juga gapapa," kata William.

"Cih, ngapain sih Lo baik banget ke Gue?" Tanya Nayara.

"Emang Gue harus jadi orang jahat dulu baru bisa temenan sama Lo?"

"Ya gak gitu Will. Ah sudahlah," kata Nayara pasrah.

"Bercanda Nay. Jangan hadap kiri ya Nay," kata William sambil menggeser tubuhnya untuk menutupi arah pandang Nayara.

"Ada apaan Will? Apaan penasaran nih Gue. Minggir gak!" Nayara mendorong tubuh William hingga laki-laki itu jatuh ke lantai.

Pandangan Nayara terpaku pada seorang lelaki dan seorang perempuan tengah berciuman.William menatap Nayara dan dua orang itu bergantian. Nayara hanya tersenyum miring dan menghampiri keduanya.

"Woy Nay jangan kek gini," kata William berusaha menahan Nayara.

"Jesse!"

Plak!

Nayara mendorong tubuh tubuh Jesse dan menampar keras pipi Sandrina.

"Sayang aku bisa jelasin," kata Jesse memohon kepada Nayara.

"Apa? Jelasin cepet!" Teriak Nayara.

"Ini gak seperti yang kamu kira sayang," kata Jesse.

"Yaudah jelasin!" Bentak Nayara lagi. Namun Jesse hanya menatap sendu ke arah Nayara.

"Kenapa diem? Katanya mau jelasin semua," kata Nayara.

"Sialan Lo!" Bugh!

William menghantam pipi Jesse berkali-kali. William sudah tak terkendali sementara Sandrina memohon kepada Nayara untuk menghentikan William.

"Nay ini bukan salah Jesse tolong suruh William berhenti Nay. Please," mohon Nayara sambil memegang tangan Nayara.

"Nay ini salah Gue, Jesse ga tahu apa-apa tentang tadi. Tolong Nay," kata Sandrina.

"Gimana Nay? Lanjutin apa stop disini?" Tanya William sambil terengah-engah dengan Jesse yang sudah terbaring lemas di bawah William.

"Udah Will ayo balik," kata Nayara. Kemudian William pun mengikuti Nayara dan kembali ke mobilnya.

"Ahh maafin Gue Nay. Gue gak tahu si anak setan itu ada di sana," kata William sambil mengelap keringat di dahinya.

"Iya emang semua ini terjadi karena Lo!" Balas Nayara hingga membuat William tidak bisa berkata-kata.

"Jesse Lo gapapa?" Tanya Sandrina panik sambil membantu Jesse duduk.

"Nayara kemana?" Tanya Jesse lemah.

"Sstt! Jangan ngomong dulu. Gue udah telpon kak Jason buat jemput Lo," kata Sandrina.

"Jangan San. Bilang Gue udah gapapa," kata Jesse berusaha berdiri.

"Apanya yang gak apa-apa? Jelas-jelas Lo udah babak belur gini! Mana Gue gak bisa bawa mobil lagi!" Bentak Sandrina.

"Gue gapapa suruh bang Jason jangan temuin Gue!" Pekik Jesse.

Greb.

Jason datang dan menopang tubuh adiknya. Jesse hanya menatap Jason lemah.

"Sok-sokan bilang gausah bilang Bang Jason! Emang Lo bisa pulang sendiri? Atau mau nyeker, ha?" Omel Jason.

"Gue gapapa Lo mending pulang. Jangan sampe kena masalah juga," kata Jesse.

"Sekarang di rumah ada mama lagi PMS. Gue juga takut dirumah. Sekarang Gue anter Lo ke rumah sakit," kata Jason lalu membawa Jesse ke mobilnya.

"Kenapa muka Lo bisa kaya gini?" Tanya Jason sambil memberikan air minum ke arah Jesse. Mereka berdua sekarang berada di depan mobil yang terparkir di sebuah taman.

"Ada masalah," jawab Jesse.

"Hubungan Lo sama Nayara gimana? Gue udah kasih tahu rahasia kalian ke dia," Tanya Jason sekaligus mengungkapkan semua yang telah lama Ia sembunyikan dari Jesse.

"Apa? Lo udah gila?! Gimana, akkhhh!" Kata Jesse lalu mengacak rambutnya.

"Iya Gue emang udah gila lihat Lo deket-deket sama Sandrina di belakang Nayara. Lo ga tahu aja setulus apa Nayara sama Lo. Kalau Gue jadi Nayara nih, udah Gue putusin plus maki-maki Lo! Tapi Nayara nggak bray, dia pingin Lo sendiri yang jelasin ke dia," kata Jason lalu menyesap air mineral yang Ia pegang.

"Gue juga bakal ungkapin tapi gak sekarang Bang. Ngertiin dong," kata Jesse.

"Kalau gak sekarang terus kapan? Sampai kalian mati kah? Ga bisa Jesse," kata Jason sambil tersenyum.

"Nih ya Gue kasih tahu Lo. Entah kenapa Gue punya firasat si Nayara bakal mutusin Lo dengan cara bikin Lo ga bisa lupain dia selamanya," kata Jason.

"Apaan sih ga jelas Lo!"

"Tunggu aja. Biasanya firasat Gue ga pernah meleset nih. Ayo balik Sandrina kasihan nunggu lama," kata Jason.

"Maaf lama San. Kenapa si Jesse bisa bonyok gitu?" Tanya Jason lalu melaju dari parkiran rumah sakit.

"Gue ga sengaja nyium Jesse eh tahu-tahu nya ada Nayara," jawab Sandrina.

"Sandrina!" Pekik Jesse.

"Owh pantesan, Lo dihajar sama si William itu?" Tanya Jason sambil terkekeh.

"Iya sama William!" Kata Jesse dan menatap ke arah jendela mobil.

"Hadeh Jesse Jesse, please lah. Lo suka Nayara atau Sandrina sih? Jangan rakus dong!" Kata Jesse bercanda.

"Ya jelas lah Nayara! Ngapain juga Gue sama anak jalang kaya dia!" Kata Jesse sinis.

"Terus ngapain Lo tadi gak nolak ciuman Gue ha?!' Teriak Sandrina tak terima.

"Gue nyium Lo sambil bayangin Nayara! Gue sama dia udah lama gak ciuman!" Kata Jesse ngegas.

"Dih malah debat! Nanti Jesse sama Sandrina, kalian bakal tidur di hotel malem ini. Mama lagi ruwet nanti mama malah tambah stress ngelihat muka Lo yang hancur lebur gini," kata Jason.

"Berdua kak?" Tanya Sandrina. Jujur saja, saat ini Sandrina sedang berhalusinasi dirinya bersama Jesse berdua di kamar hotel sedang melakukan itu. You know lah hehe.

"Ga mau Gue! Pisahin kamarnya!" Teriak Jesse membuat Sandrina berhenti berhalusinasi.

"Gue juga gak mau kali ngebiarin Lo berdua di kamar hotel berdua. Gue tahu Jesse Lo cuma sayang sama Nayara," kata Jason.

****

"Nay tunggu," kata William sambil memegang tangan Nayara yang hendak turun dari mobilnya.

"Apaan? Cepet!" Kata Nayara lalu kembali duduk.

"Nih selamat ulang tahun," kata William sambil memberikan kotak kecil berisi pita.

"Kok Lo tahu?" Tanya Nayara. Setahunya hanya Gisel dan Bastian saja temannya yang tahu kapan ulang tahu Nayara.

"Ada aja. Dan juga bukan Gisel atau Bastian yang ngasih tahu. Udah buru sana masuk abis itu buka hadiahnya. Gue mau pulang," kata William tersenyum manis.

"Makasih ya Will," kata Nayara lalu turun dari mobilnya.

Drrt....Drrt....Drrt....

"Halo kak? Iya saya bakal dateng ke sana tiga puluh menit lagi. Iya kak," kata William dengan handphone yang berada di telinganya.

Dengan cepat William melajukan mobilnya dan pergi ke kampus Nicholas. Karena ada hal yang mendesak, Nicholas terpaksa menghubungi William untuk membantu timnya membuat sebuah aplikasi.

"Maaf kak nunggu lama," kata William.

"Lo bawa flashdisk yang Gue minta tadi kan? Siniin," kata Hao. Dengan cepat Hao menyambungkan flashdisk dengan komputernya dan mulai mengetik sesuatu dengan sangat cepat.

"William Lo bisa nge check sekali lagi perangkat lunaknya, 'kan?" Tanya Reiga.

"Bisa kak," jawab William dan segera berjalan menuju meja kerjanya. William juga terlihat sangat sibuk dan tangannya bergerak sangat cepat untuk mengecek perangkat lunak yang di sebutkan Reiga tadi.

"Ahh selesai juga! Kerja bagus semuanya," kata Reiga lalu menyenderkan kepalanya di sandaran kursi komputernya.

"Thanks Will Lo mau dateng. Nicholas sama Putra hari ini ada kelas sore jadi gak bisa hadir," jelas Hao kepada William.

"Dan juga kita gak bakal memprediksi kalau hasil akhir aplikasi yang kita rancang harus diserahkan sebelum jam 5 sore," lanjutnya.

"Iya kak gapapa," jawab William.

"Lo tadi dari rumah atau dari mana nih?" Tanya Reiga.

"Tadi habis keluar sama Nayara adik kak Nicholas," jawab William.

"Wah Lo deket sama adiknya Nicholas? Gue aja yang temenan dari orok gak bisa deketin si Nayara asli. Kalau ketemu palingan nanya kabar, nyapa, wawancara sebentar udah deh," kata Reiga sambil menggelengkan kepalanya.

"Emang kapan sih Lo itu di anggep sama orang di sekitar Lo? Termasuk kelompok ini. Bhaks," kata Hao mengejek Reiga.

"Alah bilang aja Lo iri kan! Gue udah punya usaha sendiri sedangkan Lo masih jadi beban ortu hahahaha," kata Reiga sambil tertawa lepas.

"Apa hubungannya usaha Lo sama omongan Gue ha? Jaka sembung bawa golok deh Lo!" Teriak Hao.

"Ngambekan kek cewek PMS! Beli boba dulu Lo sana! Traktir Gue sama William," kata Reiga yang kini pindah posisi menjadi tidur terlentang di atas sofa.

"Dasar Lu! Lo mau yang rasa apa Will? Gue mau beli boba nih," kata Zihao lalu berdiri dari kursi komputernya.

"Gofud aja kak lumayan Gue punya saldonya," kata William.

"Nggak usah tokonya di depan sana kok deket. Yaudah Lo mau apa?" Tanya Hao ke arah Reiga.

"Bebas samain kayak Lo tapi yang limapuluh persen gula," jawab Reiga.

"Lo?"

"Samain aja tapi gulanya seratus persen," jawab William.

"Oke Gue segera balik push!" Kata Hao dan segera berlari menuju toko boba langganan mereka.

"Gimana aplikasinya? Udah di serahin belum?" Tanya Nicholas dan Putra yang baru saja datang.

"Udah dan untungnya," Reiga bangkit dan memegang pundak William.

"Anggota baru kita dateng cepet," lanjutnya dan tersenyum ke arah William.

"Thanks ya Will. Hao mana?" Tanya Putra.

"Lagi beli boba. Baru aja," jawab Reiga.

"Gue mau balik duluan ya ga bisa lama-lama soalnya," kata Putra lalu merapikan barang-barangnya.

"Mau kemana Lo buru-buru?" Tanya Nicholas.

"Mau ketemu pacar Gue. Duluan ya dada," kata Putra lalu meninggalkan ruangan mereka.

"Astaga, Raya! Gue tinggal bentar ya mau jemput pacar Gue astaga," kata Nicholas juga.

"Bucin banget, seandainya Gue punya pacar. Gak kesepian lagi deh Gue," kata Reiga mencoba menenangkan pikirannya.

"Emang kak Reiga gak punya pacar?" Tanya William.

"Terakhir pacaran dua tahun lalu, pas kelas sebelas. Karena menurut Gue itu bukan saatnya Gue mengenal kata cinta dan kesetiaan. Toh juga kalau jodoh bakal ketemu lagi yakan?" Jelas Reiga sambil tersenyum.

"Iya sih, tapi kalo boleh tahu... kakak kenapa putus?" Tanya William membuat Reiga tertawa terbahak-bahak. William mengernyitkan alisnya saat melihat Reiga tertawa lepas akibat pertanyaannya. Apakah pertanyaan William sangat lucu hingga membuat Reiga terpingkal?

"Kenapa kak? Ada yang salah dari pertanyaan saya?" Tanya William.

"Pertanyaan Lo gak salah! Cuma kenangannya aja yang lucu! Hahahaha! Gue putus gara-gara Gue sering pake sandal swallo kalau keluar," kata Reiga dan belum berhenti tertawa.

"Serius kak? Wah parah sih dia masak cuma gara-gara sendal jepit dia rela ngelepas cowok perfect kayak kakak?" Gumam William.

"Dia gak tahu kalau Gue punya bisnis besar. Gue bilang Gue masih berjuang buat bikin dia bahagia. Mungkin dia salah mengartikan menjadi kebahagiaan materil," kata Reiga, namun kini dengan ekspresi menyedihkan.