William, Sherina, dan Nicholas menunggu di luar ruang operasi. Setelah lama menunggu akhirnya Renata keluar dari ruang operasi dengan wajah yang lesu. Sherina langsung menghampiri Renata.
"Ren anak Gue gapapa kan?" Tanya Sherina.
"Nayara berhasil melewati masa kritisnya Sher," kata Renata dengan senyuman.
Sherina lalu memeluk Renata dan menangis di pundak sahabatnya itu. William dan Nicholas juga menyatukan tangannya dan berterima kasih kepada tuhan.
"Kemungkinan tiga puluh menit lagi dia sadar kalo Naya udah sadar segera panggil Gue atau dokter yang lainnya. Gue mau istirahat bentar nanti ada operasi lain soalnya," kata Renata.
"Makasih banyak Ren," kata Sherina masih dengan tangisnya.
"Tante makasih udah bantuin Nayara," kata Nicholas.
"Apa-apaan pada berterima kasih sama Gue? Orang Nayara anaknya kuat kok jagain adik kamu mulai sekarang," kata Renata lalu pergi dari sana.
Sherina dan Nicholas melihat Nayara dari kaca ruang operasi. Nicholas merasa lega karena setelah empat bulan berlalu akhirnya Nayara bisa kembali kepadanya.
William meraba wajah Nayara dari kejauhan. Senang rasanya melihat gadis yang dicintainya telah berhasil melewati masa-masa kritisnya. William lalu menelpon Gisel sesuai janjinya. Waktu yang tepat untuk memberitahu mereka jika Nayara sudah sadar.
"Halo William gimana?" Tanya Gisel ditelpon dengan suara yang gemetar.
"Gisel Nayara udah berhasil ngelewatin masa kritisnya," kata William.
"Apa?!" Teriak Bastian dan Gisel bersamaan.
"Nayara mana dia? Kasih Gue ngomong!" Kata Bastian.
"Dia belum sadar mungkin tiga puluh menit lagi dia bakal sadar," jelas William.
"Terima kasih tuhan," satu kalimat itu tak henti-hentinya keluar dari mulut Gisel, Bastian, dan tentunya William.
"Aku tutup ya telponnya nanti kita telponan lagi," kata William lalu menutup telponnya.
"Siapa Will?" Tanya Sherina.
"Gisel sama Bastian," jawab William.
"Makasih ya William udah bantuin Nayara ngelewatin masa kritisnya," kata Sherina.
"Bukan karena William Nayara sembuh tapi dari doa-doa yang tante lontarkan selama ini. William cuma nungguin doang," kata William.
"Ya itu juga karena kamu banyak berdoa kan? Justin bilang kamu akhir-akhir ini sering berdoa padahal biasanya ga pernah," kata Sherina.
"Tante Nayara gimana?" Tanya Jesse yang datang dengan tergesa-gesa.
"Tadi saya nanya bu Renata katanya Nayara lagi ada di ruang operasi. Mana dia,
saya pingin ketemu," kata Jesse hendak masuk ke ruangan Nayara namun di tahan oleh Sherina.
"Nayara baik-baik aja kamu gak perlu khawatir," kata Sherina dingin.
"Beneran tante? Huh syukur deh," kata Jesse lalu bersender di kaca ruangan Nayara.
"Sayang maafin aku telat dateng," kata Jesse dalam hati.
Sherina tampak tak suka dengan kehadiran Jesse. Terlihat dari wajah Sherina yang awalnya ceria menjadi jutek setelah Jesse datang.
****
"Bastian Nayara udah sembuh hiks," kata Gisel sambil terus mengeluarkan air matanya dipelukan Bastian.
"Iya Sel Nayara sahabat kita bakal bareng-bareng sama kita lagi," kata Bastian.
"Kita bakal dimaafin sama Nayara kan?" Tanya Gisel.
"Iya pasti," jawab Bastian.
"Kita bakal main kaya dulu lagi kan?"
"Iya Gisel."
"Lo mau jadi pacar Gue gak?" Tanya Gisel tiba-tiba.
"Iya Gisel iya ma- apa?" Kata Bastian terkejut.
"Jawab iya apa nggak Bas bukannya apa hiks," kata Gisel.
"Lo serius? Ini bukan karena Lo mencoba ngelupain William kan?" Tanya Bastian tak percaya.
"Jawab dulu baru nanya lagi. Iya apa nggak? Sebelum Gue berubah pikiran," kata Gisel.
"Jadi mau gak Bas?" Tanya Dita.
"Mau lah gila! Gisel I love you!!" Teriak Bastian lalu mencium bibir Gisel dan memeluk erat tubuh gadis itu.
"Ekhem! Ayo sayang kita balik biarkan dua sejoli ini bersenang-senang yang lainnya juga bubar!" Kata Chris. Dita, Andrew, dan Karin akhirnya mengikuti Chris dan membiarkan Gisel beserta Bastian menikmati masa berdua mereka.
"Makasih Bastian Gue bahagia banget hari ini," kata Gisel.
"Gue udah nentuin siapa yang bener-bener Gue sayang. Dan juga Nayara sahabat Gue udah sembuh," lanjutnya.
"Gue yang harusnya bilang makasih dan juga maaf. Maaf karena udah buat Lo nunggu," kata Bastian.
"Eh harusnya pake aku kamu atau panggilan sayang kan?" Lanjutnya.
"Kamu mau dipanggil apa sayang?" Goda Gisel.
"Apa aja asal dipanggil sama kamu," kata Bastian.
Diam-diam Andrew, Dita, Chris, dan Karin mengintip mereka dari jauh. Andrew dan Chris bergidik geli saat melihat kelakuan Bastian. Sementara Karin dan Dita hanya geleng-geleng kepala.
"Untung pacar Gue ga kaya gitu," gumam Karin.
"Makasih banget udah jadiin Andrew pacar Gue," kata Dita.
****
Arya kini memutuskan untuk tinggal bersama di rumah Renata. Kecuali Freya yang akan tinggal dirumah mertuanya, yaitu rumah Nathan. Freya sangat kagum dengan keindahan rumah Renata. Ada banyak sekali tumbuhan-tumbuhan herbal, tanaman hias dan masih banyak lagi di halaman rumahnya.
"Kamu tinggal sendiri, Ren?" Tanya Arya.
"Iyalah sendiri, sama siapa lagi dong? Eh ada pembantu kita mpok Sari," jawab Renata.
"Bastian mana bun?" Tanya Freya.
"Kan ke Jerman," jawab Renata.
"Astaga iya lupa hehe," kata Freya.
Freya masih sedikit canggung dengan bundanya karena setelah sekian lama bertemu untuk kali pertama. Freya malah merasa tidak pantas untuk disebut sebagai putri Renata karena dirinya telah gagal membuat bangga bundanya itu.
"Sebulan lagi Bastian bakal balik baru deh kita perjelas bareng-bareng sama dia. Oh iya Anna, kamu nanti dijemput Nathan jam berapa, nak? Kalo masih lama bunda buatin makanan dulu sedikit," kata Renata.
"Nah tuh dia udah nyampe bun," kata Freya.
"Halo bunda halo papa," sapa Nathan dengan senyum yang cerah.
"Bahagia banget menantu bunda. Ga sabar ya ketemu Anna?" Tanya Renata.
"Ada dua alasan kenapa Nathan bahagia hari ini. Yang pertama betul banget tebakan bunda Nathan gak sabar ketemu Freya. Yang kedua adik Nathan yang tersayang sudah sadar! Makasih bunda karena telah bantuin Nayara," kata Nathan lalu memeluk Renata.
"Nayara udah sadar bun?" Tanya Freya.
"Oh iya bunda lupa ngasih tahu kamu maafin bunda maklum faktor U," kata Renata.
"Bun kapan Naya bisa pulang?" Tanya Nathan.
"Sampe kondisinya bener-bener sembuh total baru bisa pulang. Sekitar seminggu atau paling cepet ya 3 hari lagi," jawab Renata.
"Bastian kapan pulang bun? Papa bakal tinggal disini?" Tanya Nathan terus-menerus.
"Nanya mulu kamu Nath," omel Freya.
"Kan penasaran sayang. Udah jam 3 ayo sayang kita pulang," kata Nathan.
"Bun pa Anna pamit ya," kata Freya lalu menyalimi tangan Renata dan Arya diikuti Nathan.
"Hati-hati ya Nathan bawa mobilnya," kata Renata.
Nathan dan Freya akhirnya meninggalkan rumah. Kini hanya tersisa Renata dan Arya, suasana rumah begitu sepi.
"Ren maafin aku udah ninggalin kamu dan Bastian. Dan juga maafin aku karena memisahkan kamu sama Anna," kata Arya.
"Aku baru bisa maafin mas setelah Bastian pulang dan setelah mas jelasin semuanya ke aku, Bastian, dan Anna," kata Renata.
"Untuk sementara kita bakal tidur terpisah. Kamu boleh tidur dikamar tamu disebelah kamar Bastian," kata Renata lalu masuk ke kamarnya.
Arya hanya memandang kepergian istrinya. Sungguh Arya sangat menyesal telah meninggalkan Renata disaat dirinya sedang susah.
Flashback:
Arya duduk di sofa sambil memandangi Freya yang pada saat itu masih kecil. Berulang kali Arya memikirkan akibat dari keputusannya saat itu. Arya lalu mengambil sepucuk kertas dan sebuah pulpen lalu menulis sebuah surat.
Untuk Anna istriku,
Kamu merupakan satu-satunya wanita yang berhasil mengisi ruang kosong di hatiku. Kamu sudah memberi kebahagiaan yang melimpah untukku. Aku akan hidup menjauh dari kehidupan kamu. Aku tahu aku hanyalah laki-laki yang hanya bisa membuatmu malu. Aku hanyalah benalu yang menempel serta mengandalkan mu untuk hidup.
Aku harap kamu bisa hidup bahagia tanpa aku dan izinkan aku membawa putri kita untuk ikut bersamaku.
Arya lalu meletakkan kertas itu diatas meja tepatnya disebelah kipas angin. Arya lalu menggendong Freya yang saat itu masih berumur satu setengah tahun lalu keluar dari rumah Renata. Kertas itu terbang karena hembusan dari kipas angin yang lupa dimatikan. Mpok Sari memungut kertas itu dan merobek menjadi dua bagian lalu membuangnya di tong sampah.
"Mas, Anna bunda pulang," kata Renata namun tak dapat jawaban apapun. Hanya terlihat mpok Sari yang sedang memasak di dapur.
"Mpok, mas Arya sama Freya pergi kemana ya?" Tanya Renata.
"Maaf bu, saya juga dari tadi belum lihat pak Arya sama non Anna," jawab mpok Sari.
"Mungkin lagi main keluar," kata Renata mencoba berpikir positif.
Renata memutuskan untuk membersihkan badannya dan makan malam. Renata sudah menunggu lama akan kedatangan suaminya dan putrinya namun orang yang ditunggu tak menunjukkan batang hidungnya. Renata tak sengaja melihat potongan kertas lalu mengambilnya.
Renata terkejut bukan main saat melihat isi kertas tersebut. Ia lalu bersimpuh di lantai dan menangis sekencang-kencangnya. Mpok Sari yang saat itu sedang bersiap-siap untuk pulang segera menghampiri majikannya dan menenangkannya.
"Anna Mas Arya! Jangan bawa pergi anakku!" Kata Renata.
Renata terus menangis karena Mpok Sari lumayan lelah. Ia lalu mencampurkan obat tidur kedalam air yang akan diberikan kepada Renata. Mpok Sari lalu memeriksa kertas yang dipegang Renata.
"Aku harap kamu bisa hidup bahagia tanpa aku dan izinkan aku membawa putri kita untuk ikut bersamaku,"
"Dimana pun non Anna dan pak Arya berada, saya berdoa semoga kalian baik-baik saja, amin," kata mpok Sari dan memutuskan untuk menyimpan potongan surat tersebut.