Chereads / OUR JOURNEY / Chapter 43 - Bab 42

Chapter 43 - Bab 42

Raya saat ini sedang berada dikamar Nicholas. Akhir-akhir ini Raya sering datang mengunjungi Freya dan juga Nicholas. Gadis itu juga sudah lebih akrab dengan Sherina.

"Ayy, boleh lihat album foto kamu yang ini gak?" Tanya Raya kepada Nicholas yang sedang mengerjakan tugas kuliahnya.

"Yang mana? Oh boleh," jawab Nicholas lalu kembali fokus ke layar laptopnya.

"Ini kamu Ayy? Ucul banget sih. Astaga tante Sherina cantik banget pantesan penerusnya pada gudluking semua," kata Raya heboh.

"Dulu papa juga ganteng makanya aku jadi ikutan ganteng," sombong Nicholas.

"Coba aja Om Rivanno ga beda jauh umurnya sama aku, mending pacaran sama Om Rivanno dari pada kamu," kata Raya menggoda Nicholas.

"Apa coba bilang lagi," kata Nicholas lalu menyerbu Raya dan menggelitik gadis itu sampi memohon ampun. Keduanya lalu berpelukan sambil tertawa bersama.

"Pensil, cat, notebook, pulpen, apa lagi ya?" Kata Nayara sambil mengecek kembali list alat-alat tulis yang akan Ia beli.

"Kayaknya udah itu aja deh. Oke sekarang tinggal minta kak Nathan anterin," kata Nayara lalu keluar dari kamarnya.

"Mau kemana Nay?" Tanya Rivanno yang sedang membaca koran dengan Sherina disebelahnya.

"Mau beli alat-alat tulis," jawab Nayara sambil berjalan kearah kamar Nathan.

"Kak Nathan anterin Naya beli alat-alat tulis," kata Nayara yang langsung membuka pintu Nathan.

"Sana deh Nay jangan ganggu!" Bentak Nathan yang sedang membantu Freya.

Nayara lupa jika Nathan telah menikah. Nayara akhirnya keluar dari kamar Nathan dengan wajah sedih. Lalu Ia memutuskan untuk kekamar Nicholas.

"Kak Niko anter-," kata-kata Nayara terjeda karena Ia melihat Nicholas sedang berciuman dengan Raya.

Raya buru-buru menjauhkan tubuh Nicholas.

"Kenapa Nay?" Tanya Nicholas.

"Gajadi," kata Nayara pelan lalu keluar dari kamar Nicholas.

"Huh Gue lupa kalo mereka udah punya dunia masing-masing," kata Nayara lalu kembali kekamarnya.

"Loh Nay gajadi?" Tanya Sherina kepada Nayara.

Nayara hanya berlalu tanpa menjawab pertanyaan dari Sherina. Nayara mengambil laptopnya dan mencari film untuk ditonton agar Ia bisa sedikit lebih tenang dan tidak emosi. Gadis itu lalu duduk menghadap jendela kamarnya.

"Mah Naya kemana?" Tanya Nicholas.

"Barusan abis dari kamar kamu langsung naik kekamarnya. Katanya mau beli alat tulis tapi gajadi," jawab Sherina.

Nicholas dan Raya lalu segera menghampiri Nayara dikamarnya. Nicholas membuka pintu Nayara lalu mendekat kearah adiknya. Nicholas membelai lembut kepala Nayara.

"Astaga kak Nicholas! Kalau masuk kamar Naya itu ketuk dulu!" Teriak Nayara.

"Ya maaf gajadi beli alat tulisnya?" Tanya Nicholas.

"Gajadi udah beli online tadi," jawab Nayara.

"Mau ikut keluar gak sama kak Niko sama kak Raya? Kita mau ke mall nih," kata Nicholas.

"Yaudah sih sana berdua jangan ngajak Naya nanti malah dikacangin lagi," kata Nayara.

"Gak kok Nay ikut ya?" Kata Raya ikut membujuk.

"Ayo dong Nay," kata Nicholas.

"Kak Niko please deh keluar jangan ganggu Naya. Nanti Naya juga mau ke mall sama temen udah sana sana," kata Nayara sambil mendorong Nicholas untuk keluar dari kamarnya. Nayara langsung mengunci kamarnya dan melanjutkan kegiatan menontonnya.

****

"Bunda!! Anak kesayangan bunda udah nyampe nih," teriak Bastian saat sudah sampai dirumahnya.

"Bastian bunda kangen," kata Renata dan memeluk Bastian sangat erat hingga membuat putranya susah bernafas.

"Bun bun ga bisa nafas nih," kata Bastian.

"Maaf maaf habisnya kamu lama banget jauh dari bunda," kata Renata.

"Loh pak Arya? Ngapain pak?" Tanya Bastian.

"Ng anu,"

"Bastian makan dulu nak sini," kata Renata mengalihkan pembicaraan Bastian.

"Wah bunda yang masak? Kangen banget nih," kata Bastian semangat.

"Abis ini Bastian dateng ke ruangan bunda ya," kata Renata lalu meninggalkan Bastian dan diikuti Arya.

"Ngapain bun Bastian disuruh kesini?" Tanya Bastian.

"Masuk nak," kata Renata.

"Kak Freya?" Kaget Bastian saat melihat gadis yang begitu familiar dimatanya duduk dengan perut buncit.

"Hai Bastian," sapa Freya ramah.

"Bun ini bukan Bastian yang ngelakuin serius Bastian gatahu apa-apa," kata Bastian heboh.

"Yang bilang Lo siapa? Dia bayi Nathan," kata Freya.

"Terus ngapain kak Freya kesini?" Tanya Bastian.

"Duduk dulu Bastian bunda jelasin," kata Renata. Bastian lalu segera duduk sesuai perintah Renata.

"Dia papa kamu Arya dan dia kakak kandung kamu Anna," jelas Renata.

"Apa?! Bentar-bentar ga ngerti loh Bastian bun," kata Bastian mencoba mencerna setiap perkataan Renata.

"Bunda bener Bas, Gue Freya Keisya Anastasiya kakak kandung Lo. Nama Gue diambil dari nama belakang bunda sedangkan Lo dari nama papa," jelas Freya.

"Bun tolong ini maksudnya apa yah? Baru dateng udah dikasih tts gini," kata Bastian masih bingung.

"Maafin papa Bastian udah ninggalin kamu sama bunda," kata Arya.

Renata yang tak kuasa menahan tangisnya akhirnya memeluk Bastian dan menangis dipelukan anaknya.

"Maafin bunda Bastian," kata Renata.

"Nggak bun bunda ga salah gapapa ya," kata Bastian menenangkan bundanya.

"Pak Arya beneran papa saya?" Tanya Bastian lalu mendekat kearah Arya.

"Iya Bas maafin papa," kata Arya lalu memeluk Bastian erat.

"Ini gimana ceritanya bisa gini?" Tanya Bastian kepada Freya.

Adik kakak itu kini berada di rooftop rumah Bastian. Freya menunduk mengusap perutnya dan tersenyum ke arah Bastian.

"Ya seperti yang Lo lihat gatahu bisa jadi gini," kata Freya.

"Sekarang Lo tinggal dimana?" Tanya Bastian.

"Dijalan! Ya dirumah Nathan lah gila!" Teriak Freya.

"Baik gak mertua Lo?" Tanya Bastian lagi.

"Tenang aja. Mama baik banget ke Gue apalagi suami Gue," jawab Freya.

"Lo udah nikah dong berarti? Terus soal keinginan Lo belajar ke Jerman?"

"Udah hilang dari dulu gapapa kali," jawab Freya.

"Kalo Lo butuh apa-apa dan butuh banget pertolongan kasih tahu adik Lo ini. Mulai sekarang Gue bakal jagain Lo," kata Bastian.

"Idih Gue bisa jaga diri ya!" Teriak Freya.

"Jangan teriak-teriak lah kak budek anak Lo nanti," kata Bastian.

"Bastian ikut kesini ternyata, duduk-duduk," kata Sherina menyambut kedatangan Renata, Arya, Bastian dan juga Freya.

"Nayara mana tante?" Tanya Bastian.

"Tuh ada dikamarnya bentar tante panggilin," kata Sherina.

"Gausah tante gapapa," cegah Bastian.

"Kamu ada masalah ya sama Nayara?" Tanya Sherina.

"Apaan nggak kok," bohong Bastian.

"Yaudah nanti buruan selesaiin," kata Sherina.

"Nay Lo gausah ngambek-ngambek gitu dong!" Terdengar suara Nathan menggelegar dari arah kamar Nayara.

"Dibilangin Gue ga ngambek. Lagian Gue udah mesen online kok," kata Nayara.

"Terus ngapain Lo ngunci pintu mulu?" Tanya Nathan.

"Nath jangan teriak-teriak," kata Nicholas yang mencegah Nathan.

"Kenapa emangnya kalo Gue ngunci pintu? Kamar kamar Gue juga!" Teriak Nayara tak kalah keras.

"Tunggu ya bentar," kata Sherina.

"Jangan kaya anak kecilah Lo udah gede!" Teriakan Nathan masih berlanjut.

"Yang bilang Gue masih bayi siapa? Gue tahu kok Gue udah gede!" Kata Nayara.

"Ada apaan sih? Kok teriak-teriak? Ada tamu malu loh!" Kata Sherina memisahkan kedua anaknya.

"Naya ada apa lagi sayang? Ngambek kenapa?" Tanya Sherina kearah Nayara. 

"Udah Naya bilang Naya ga ngambek!" Kata Nayara lalu memilih untuk keluar rumahnya.

"Halo Om tante," sapa Nayara saat melewati Renata dan Arya.

"Mau kemana Naya?" Tanya Renata namun telat karena Nayara sudah menutup pintu depan.

"Nicholas mau nyari Nayara dulu," kata Nicholas lalu mengejar Nayara.

"Halo Om Tante," kata Nicholas juga saat melewati Renata dan Arya.

"Mau kema-," lagi-lagi pertanyaan Renata tidak dijawab karena Nicholas sudah keluar dari rumahnya.

"Maaf ya Ren anak-anak Gue lagi kumat," kata Sherina.

"Santai aja kali Sher biasa anak-anak," kata Renata.

Nathan ikut bergabung dan sebelum itu Ia menyalimi tangan kedua mertuanya lalu duduk disebelah Freya.

"Ngapain Lo disini Bas?" Tanya Nathan.

"Bastian adik aku Nath," jawab Freya.

"Oh ya? Kita iparan bas!" Kata Nathan lalu bertos dengan Bastian.

"Bun Bastian kayanya ga bisa lama-lama deh disini. Bastian harus kesekolah buat laporan," kata Bastian.

"Oh iya sana hati-hati ya," kata Renata.

"Permisi tante," kata Bastian lalu meninggalkan rumah keluarga Kalendra.