Chereads / OUR JOURNEY / Chapter 5 - Bab 4

Chapter 5 - Bab 4

"Eh eh Nathan tuh Nathan," kata seorang siswi.

Mobil sport mewah terparkir di parkiran sekolah membuat semua siswi berkumpul, hanya untuk sekedar melihat Nathan. Nathan dan tas gendongnya turun dari mobil dengan tatapan tajam khas bad boy. Teriakan siswi seakan-akan bertemu dengan bintang papan atas dunia.

"Nathan!!" Pekik seorang gadis berambut panjang terurai bernama Bella.

Bella berhasil mencapai tujuannya untuk menjadi pusat perhatian karena bisa mendapatkan hati Nathan. Berbeda dengan Nathan yang memang benar-benar menyukai Bella.

Nathan langsung menghampirinya dan mencium bibir mungil gadis itu, membuat semua siswi merasa iri.

"Enak ya jadi Bella, udah cantik dapetin Nathan lagi. Apalah daya ku yang kentang ini."

"Eh katanya Bella macarin Nathan biar famous doang," kata salah satu siswi.

"Iya, banyak temen sekelas gue yang gosipin dia," sambung yang lainnya.

Nathan yang mendengar ocehan para siswi itu langsung menghampiri mereka dengan tangan yang mengepal.

"Heh! Jangan ngomongin cewek Gue dibelakang Gue! Gue gasuka!" Teriak Nathan. Seketika semua siswi yang tadinya berkumpul langsung kembali ke kelas mereka masing-masing.

"Dengerin tuh!" Kata Bella lalu menggandeng tangan Nathan. Nathan hanya tersenyum dan membalas gandengan tangan Bella.

"Heh Nathan tunggu!" Kata seorang gadis dengan rambut yang diikat style ponytail sambil menarik tas Nathan.

"Ih Freya! Jangan narik-narik tas pacar Gue! Ini mahal, Lo belum tentu bisa beli," kata Bella penuh emosi.

"Apa Fey?" Jawab Nathan lembut.

"Lo belum ngumpulin laporannya, cuma Lo doang yang belum," Freya sahabat Nathan yang berjabat sebagai sekretaris kelas. Satu-satunya wanita yang berani membentak bahkan berani meninju Nathan. Bella pun tidak berani menyentuh Nathan tanpa izin.

"Oh iya, maaf nanti Gue kumpulin," kata Nathan.

"Gue kasih waktu sampe jam 10 nanti, kalo Lo belum ngumpul liat aja apa yang bisa gue lakuin. Bye!" Kata Freya lalu meninggalkan kedua pasangan itu.

Pagi itu ruangan OSIS dipenuhi oleh anggota OSIS yang tengah sibuk mempersiapkan diri untuk menyambut siswa angkatan baru.

"Raya! Nicholas belum dateng?" Tanya Putra kepada Raya.

"Udah nyampe katanya, masih jalan kesini," jawab Raya.

Raya, ketua OSIS yang bijaksana dan juga tegas. Menjadi andalan rekan-rekan sesama OSIS. Sahabat Nicholas.

"Maaf Gue telat," kata Nicholas lalu segera memakai seragam OSIS miliknya.

"Tumben banget lu, biasanya dari subuh udah nyiapin ini itu," sambung Putra.

"Sorry orang tua gue hari ini bakal berangkat ke Afrika. Jadinya nungguin mereka berangkat dulu baru bisa kesekolah," Putra hanya menganggukan kepalanya lalu melanjutkan aktifitasnya.

"Ray Gue mau kelapangan dulu ya, mau ngecek sound system," kata Nicholas kepada Raya.

"Oh ya Nik, sekalian umumin siswa angkatan baru suruh kumpul di lapangan. Pak kepsek mau ngasih pidato," kata Raya, dengan cepat Nicholas menganggukan kepalanya.

"Nay, kakak-kakak lo sekolah disini juga kan?" Tanya William kepada Nayara.

"Iya, kenapa?"

"Nggak cuma nanya doang hehe," kata William. Sejujurnya suasana diantara mereka berdua sangatlah canggung. Berbeda dengan Bastian dan Gisel yang dari tadi bercanda dengan akrab.

"Bas Lu liat deh kesana," kata Gisel menunjuk kearah matahari.

"Mana? Eh sialan Gisel! Roti gue," kata Bastian saat Gisel mencomot rotinya.

"Thanks ya Babas, wkwkkw," kata Gisel sambil tertawa.

"Udah bel tuh, ayo masuk kelas," kata Gisel.

Gisel dan Bastian mendahului Nayara dan William masuk ke kelas.

"Sel, Lo duduk sama Gue ya?" Kata Bastian saat sampai di kelas mereka.

"Gak mau! Gue mau duduk sama cewek," kata Gisel lalu duduk di salah satu bangku kosong.

"Selamat pagi anak-anak," sapa guru yang mengajar di kelas Gisel.

"Hari ini hari pertama kita bertemu, dan tentunya juga pertama kalinya kalian bertemu, benar kan?"

"Nah, untuk tugas hari ini, karena belum ada jadwal pelajaran. Ibu minta kalian membentuk kelompok beranggotakan 4 orang," kata guru itu.

Gisel, Indah, Andre, dan Bastian memutuskan untuk membuat kelompok bersama.

"Nah tugas kalian yaitu, menceritakan pengalaman berharga kalian kepada kelompok kalian. Dengan kata lain, tugas kali ini untuk mendekatkan diri kepada teman sekelas kalian," guru itupun keluar dari kelas dan membiarkan siswa saling mengenal.

"Kenalin nama Gue Gisel," kata Gisel memperkenalkan dirinya terlebih dahulu.

"Gue Indah."

"Gue Andre."

"Gue Bastian, sahabat Gisel."

"Kalian juga sahabatan? Gue sama Indah juga kan?" Kata Andre heboh.

"Bisa gitu ya? Gimana nanti pas istirahat kita makan siang bareng? Gue mau kenalin sahabat gue ke kalian," tanya Gisel.

"Bagus tuh, Gue kira Gue bakalan ga punya temen setelah sekolah disini. Tapi ternyata ketemu kalian dong," jawab Indah.

"Kenapa Lo bisa berpikir kaya gitu?" Tanya Gisel.

"Kita masuk sini lewat jalur bea siswa, siapa juga sih yang mau temenan sama anak-anak dari desa dan miskin kaya kita?" Kata Andre. Terlihat raut wajah Andre yang sedih.

"Is mana ada kaya gitu. Kita ga milih-milih kok asalkan kalian berdua baik juga sama kita," jawab Gisel.

krringg....kringg....kring....

"Udah bel tuh, ayo buruan ke kantin."

Mereka berempat pun berjalan menuju ke kantin.

"Nay, ga ke kantin?" Tanya William kepada Nayara.

"Bentar Gue rapihin buku Gue dulu," jawab Nayara sambil memasukan barang-barang ke dalam tasnya.

William dengan setia menunggu sambil memerhatikan setiap jengkal wajah Nayara membuat Nayara sedikit risih. Dari awal bertemu entah kenapa Nayara rasa William terus saja memperhatikannya.

"William, kenapa Lo liatin Gue mulu?" Tanya Nayara sambil berjalan disebelah William.

"Gak kok," jawab William menahan senyumnya.

"Bisa kan Lo jangan liatin muka Gue kaya gitu lagi? Gue ngerasa ga nyaman," kata Nayara membuat William tertegun.

"Oh maaf," hanya kata-kata itu yang keluar dari mulutnya. Selebihnya William merasa sesak di dadanya.

"Nayara, William!" Panggil Gisel sambil melambaikan tangannya ke arah William dan Nayara.

Nayara langsung duduk disebelah Bastian dan William duduk disebelah Gisel.

"Kenalin, temen sekelas Gue," kata Gisel sambil menunjuk teman sekelas barunya.

"Hai, gue Indah," sapa Indah.

"Gue Andre, salam kenal."

"Gue William, temen masa kecilnya Gisel. Yakan?" Kata William sambil menaik turunkan alisnya membuat Gisel salting.

"Apaan sih kamu," kata Gisel sambil memukul pelan dada William.

"Heh Nay! Kenalan dong," kata Bastian karena Nayara diam saja sambil sibuk melahap makan siangnya.

"Gue Nayara," jawab Nayara singkat.

"Ih Nayara! Maaf ya, sahabat gue yang satu ini emang agak... ya gitu deh hehe. Tapi dia orangnya baik banget," jelas Gisel agar Indah dan Andre tidak salah paham.

"Pelan-pelan makanannya Nayara, kayak orang ga makan sebulan aja Lu!" Kata Bastian lalu mengelap ujung bibir Nayara.

Serasa aliran listrik mengalir ditubuh Nayara. Jantungnya tiba-tiba berdetak dengan kencang, rasa yang pertama kali ia rasakan. Saat Bastian menyentuh bibirnya.

"Heh Nay! Bengong mulu, ada apa sih?" Tanya Gisel saat menyadari sahabatnya bengong.

"Gapapa," jawab Nayara singkat lalu melanjutkan memakan makanannya.

"Maaf ya, Nayara emang gitu," bisik Gisel kepada dua teman barunya itu.

"Gisel i can hear you," teriak Nayara.

"Hehe sorry Nay," kata Gisel bergidik ngeri.

Sudah 30 menit Gisel menunggu jemputan supirnya. Gisel merasa sedikit khawatir karena cuaca hari itu mendung. Tiba-tiba ada seorang lelaki dengan motor ninjanya berhenti didepan Gisel.

"Sel belum pulang?" Tanya lelaki itu lalu membuka helmnya dan menampakan wajah yang sangat Gisel kenali.

"William ternyata. Belum nih, supir aku belum bisa jemput," kata Gisel.

"Pulang sama aku aja gimana? Lagian rumah kita searah kan?"

"Gak ngerepotin emang?" Gisel merasa senang karena diantar oleh William. Sebenarnya Gisel menyukai William sejak dulu.

"Ngerepotin sih," seketika raut wajah Gisel menjadi murung, William yang melihatnya hanya bisa gemas sendiri.

"Bercanda, ayo naik," kata William.

Gisel pun segera naik ke motor William. William tiba-tiba membuka jaketnya lalu menutupi paha Gisel.

"Biar gak diliatin orang," kata William membuat Gisel sedikit menaikan kedua ujung bibirnya.

"Gisel, pegangan yang erat ya," kata William. Gisel langsung memeluk William dan menyandarkan kepalanya di punggung pria tampan yang sudah lama bersinggah di hatinya.

Gisel seakan merasa seperti orang yang paling bahagia. Bisa memeluk orang yang disukainya merupakan hal yang 99 persen mustahil. Gisel berpikir bahwa William juga menaruh hati pada dirinya.

"Gisel, udah nyampe nih," kata William membuyarkan lamunan Gisel.

"Makasih ya. Nih jaketnya," kata Gisel saat turun.

"Kamu masuk dulu, aku pergi setelah kamu masuk," Gisel menganggukan kepalanya lalu segera masuk kerumahnya. Ia melihat William masih tinggal didepan gerbang rumahnya, membuat Gisel sangat yakin jika William menyukainya.

"Hayo anak Ayah senyum-senyum," kata lelaki paruh baya itu.

Devian Geovanno, ayah Gisel pemilik perusahaan teknologi terbesar se Asia, Geovanno Company. Ia dan istrinya sudah cerai sejak Gisel berusia 12 tahun, dan hak asuh Gisel dipegang olehnya

"Apaan sih Ayah," kata Gisel lalu segera masuk kekamarnya.

"Dasar anak perawan," kata Devian sambil geleng-geleng.