Chereads / SEBATAS ASA / Chapter 18 - Seseorang Di Masa Lalu

Chapter 18 - Seseorang Di Masa Lalu

"Kamu!" pekik Erina.

"Hai sayang! Kenapa? Kaget, ya! Tenang saja, aku tidak akan menggigit lagi kok. Aku datang kemari karena ingin memastikan bahwa kamu baik-baik saja tanpa aku. Oya, sungguh aku sangat merindukanmu. Selama di penjara, aku tidak bisa apa-apa. Semua akses dibekukan, uang pun tak ada. Bagaimana kamu bisa menghukumku selama itu cantik?" ucap seorang pria seumuran dengan almarhum suami Erina yaitu Rasyid Mahaprana.

"Jadi kamu sudah bebas ternyata," sahut Erina sinis.

"Kenapa? Apa kamu menginginkan aku agar tidak keluar dari penjara, begitu?"

"Aku tidak punya urusan dengan mu lagi Kevin, lebih baik kamu pergi dari sini sebelum putraku datang dan menghajarmu!"

Flashback on

Pria itu bernama Kevin Mandala. Dia merupakan sahabat sekaligus cinta yang bertepuk sebelah tangan karena Erina lebih memilih Rasyid dari pada dirinya. Kevin pun merasa frustasi dan terhina atas penolakan dari Erina. Demi menenangkan dirinya, Kevin pergi keluar negeri agar bisa melupakan wanita yang dicintainya. Namun usaha itu tidak membuahkan hasil sama sekali. Semakin dia lari menjauh, semakin pula rasa sakit itu terus menghantui.

Hingga kabar pernikahan antara Erina dengan Rasyid pun terdengar ditelinganya. Luka yang belum sembuh kala itu harus disiram lagi dengan luka baru, membuat dirinya semakin terpuruk. Kejiwaannya pun terguncang, tiada hari tanpa menyebut nama perempuan yang kini bergelar sebagai Mama dari pria tampan bernama Arvin Mahaprana.

Kevin harus dirawat di rumah sakit khusus karena kejiwaannya yang terguncang. Semua pihak keluarga sudah membawanya pergi jauh dari negara yang membuat Kevin terpuruk. Bertujuan agar Kevin bisa melupakan kisah cintanya dan mau membuka hati untuk orang lain.

Namun usaha keluarganya sia-sia, Kevin tetap pada pendiriannya. Dia lebih mempertahankan perasaan cintanya kepada Erina, dan menolak semua wanita yang hendak dijodohkan kepadanya. Bahkan hingga usia pernikahan Erina mencapai sepuluh tahun pun, Kevin masih diliputi rasa kehilangan bercampur dendam. Ya, kesakitan yang dia rasa menumbuhkan luka sekaligus kebencian yang begitu dalam. Dia ingin merebut wanita yang selalu bertahta di hatinya.

Hari itu, secara diam-diam melarikan diri ke Indonesia. Dia harus kembali untuk mengambil apa yang sudah hilang darinya. Erina! Satu orang yang membuatnya menjadi gila dalam kurun waktu cukup lama. Ketika pesawatnya sudah mendarat di salah satu bandara Internasional Indonesia, Kevin langsung menuju rumah Erina.

Di kejauhan pria itu mengatupkan rahangnya dengan tangan mengepal, ternyata pemandangan sebuah keluarga kecil bahagia membuatnya murka. Di sana sepasang suami istri tengah bercanda, tertawa tiada henti. Sesekali suara sang wanita terdengar kala putra mereka berlari dan dikejar oleh suaminya.

"Kamu bisa tertawa dan berbahagia di atas penderitaanku Rasyid. Aku tidak akan membiarkan itu terjadi dalam waktu lama, kamu harus menerima pembalasanku karena sudah merebut wanita yang kucintai. Tunggu saja sayang, kamu pasti akan jatuh kepelukanku." Puas menatap kebahagiaan Erina beserta keluarga bahagianya, Kevin berlalu kerumah lama yang pernah Ia tempati sebelum pergi ke Negeri seberang.

Di kamar gelap, Kevin meneguk beberapa minuman keras dan sudah habis lima botol. Sengaja dia tidak ingin menyalakan lampu karena kegelapan lebih membuatnya tenang, sehingga dia menemukan cara untuk menyingkirkan Rasyid dan bisa memiliki Erina sepenuhnya. Perempuan idamannya sejak lama.

Kini hari yang sudah direncanakan pun tiba. Dengan segala strategi yang sudah di susun matang, Kevin pergi menuju rumah Erina saat Rasyid sudah berada di tempat kerja. Dengan langkah tegap dan penuh percaya diri, Kevin mengetuk pintu rumah Erina saat sudah tiba di depan.

Awalnya Erina tidak curiga sama sekali saat melihat Kevin berkunjung setelah sekian lama, dia berpikir positif jika Kevin mungkin sudah mengikhlaskan segala hal yang sudah terjadi beberapa tahun lalu. Namun kenaifannya memang salah besar kali ini, ada niat terselubung di balik kunjungan pria dimana mati-matian mengungkapkan perasaannya tanpa lelah.

"Kevin! Apa kabar? Lama sekali kamu menghilang? Kamu tahu, aku sangat merindukanmu! Ingin sekali kita pergi bersama lagi bertiga," ungkap Erina bahagia kala melihat sahabatnya yang sudah lama menghilang kini telah kembali. Berbeda dengan Erina, Kevin yang tadinya sudah memasang wajah semanis mungkin langsung terlihat datar kala mendengar kalimat bertiga.

Memang dulu antara Erina, Kevin dan Rasyid merupakan tiga bersahabat. Akan tetapi ungkapan cinta ternyata mampu memutuskan tali persahabatan yang sudah terjalin beberapa tahun terakhir. Singkat cerita Erina mempersilahkan Kevin masuk. "Masuk Vin!" pinta perempuan di depannya.

"Silahkan duduk dulu, aku buatkan minuman untukmu! Kamu mau minum apa Vin?"

"Apa saja." Erina segera berlalu menuju dapur demi membuatkan sesuatu kesukaan Kevin. Kebetulan dia memiliki stok makanan yang sering dimakan oleh pria itu, siapa sangka ternyata Kevin malah datang kerumah.

Erina kembali membawa nampan, di dalamnya berisi jus sirsak dan kentang goreng keju sebagai makanan ringan untuk menemani selama mereka mengobrol. Semua masih berjalan normal, hingga Erina mendengar suara tangisan Arvin di taman belakang. Ia pun segera bangun dan berlari kearah dimana putranya menangis.

"Kesempatan bagus." Kevin bangun dari duduknya dan mengunci pintu utama. Pria itu menyusul ke taman belakang dan membekap mulut wanita itu menggunakan tangan kanan, sedang tangan kirinya digunakan untuk memeluk pinggang Erina erat lalu menyeretnya masuk kamar. Arvin hanya bisa menangis tanpa tahu harus melakukan apa agar bisa membantu sang Mama.

Erina memberontak saat Kevin merobek paksa gamis yang sedang dikenakan. Dia melempari segala benda yang ada di sana, akan tetapi Kevin lebih gesit menghalau segala lemparan. Kini kerudung dan juga tubuh bagian atas sudah terpampang jelas hingga menunjukkan dua benda kenyal yang begitu indah. Tidak mau membuang waktu lagi Kevin menyerang Erina, medorong kasar kekasur lalu menindihnya. Pemberontakan Erina terlihat sia-sia, dia kalah oleh nafsu yang sudah menutup mata Kevin. Erina lemas karena kehabisan tenaga, Kevin merasa menang dan bisa menikmati tubuh bagian atas Erina tanpa hambatan.

Namun Tuhan tidak tinggal diam, beruntung Rasyid pulang untuk mengambil berkas yang tertinggal. Dia curiga karena sedari tadi tidak ada yang membukakan pintu untuknya. Akhirnya Rasyid memilih masuk melalui pintu belakang yang kebetulan tidak dikunci. Di sana dia melihat putra semata wayangnya menangis. Setelah mendekat, Arvin menceritakan bahwa ibunya sedang dalam bahaya. Mendengar penuturan sang putra, Rasyid segera melangkah menuju kamar dimana Erina berada. Bukan Rasyid namanya yang tidak waspada, dia selalu bisa berpikir masak-masak langkah apa yang akan dia tempuh agar semua membaik tanpa ada korban.

Sebelum dirinya mendobrak pintu kamar, lebih dahulu dia menghubungi pihak berwajib. Seorang penjahat memang harus diberi hukuman. Matanya kembali melihat pintu berwarna coklat, Rasyid membuat ancang-ancang sebelum mendobrak pintu itu. Dengan hitungan ketiga, pintu terbuka akibat tendangan Rasyid yang begitu keras. Kevin terkejut atas kedatangan orang yang paling dibencinya.

"Kau!" teriak Rasyid ketika melihat kamar berantakan dan Erina dalam kondisi mengenaskan dengan air mata menganak sungai. Bersyukur Kevin masih belum terlalu jauh dalam menggagahi tubuh Erina. Melihat semuanya, darah Rasyid mendidih seketika. Pukulan telak diterima Kevin berkali-kali hingga tubuhnya tersungkur ke lantai. Saat hendak berdiri dan ingin membalas, Rasyid lebih dahulu menendang pundaknya. Kevin terkulai lemah akibat hantaman terus menerus.

Melihat Kevin yang sudah tidak berdaya, Rasyid beralih pada istrinya. Tubuh setengah telanjangnya segera ia tutup dengan selimut. "Tenang sayang aku sudah datang, sekarang kamu sudah aman beramaku," Ucap Rasyid berusaha menenangkan. Dia sedih karena perkataannya tidak mendapat respon dari Erina.

Wanita itu masih syok dan pandangannya juga kosong, Rasyid tidak menyerah dan memberi kekuatan jika semuanya tidak akan terjadi apa-apa. Kejadian naas ini akan berlalu dan semuanya akan baik-baik saja. Saat Rasyid lengah karena sibuk menyadarkan istrinya, dari arah belakang, Kevin sudah memegang pisau. Berjalan pelan-pelan hingga sudah dalam radius dekat, tanpa ragu Kevin langsung menancapkan pisau itu tepat di pundak Rasyid. Rasyid pun menoleh begitu juga Erina, dirinya semakin histeris kala melihat darah mengucur deras dari pundak sang suami.

Rasyid hendak berdiri dan mengambil pisau yang dipegang oleh Kevin, namun yang terjadi malah semakin memperparah keadaan. Kevin kembali menusukkan pisaunya di bagian perut Rasyid. Akhirnya pria itu tumbang dengan darah berceceran, Kevin tersenyum puas melihatnya. Akhirnya dia bisa menuntaskan dendamnya selama ini. Netranya beralih ke pada wanita yang masih menangis histeris berjalan menuju Rasyid.

"Mulai sekarang kamu milikku! Aku tidak akan melepaskanmu lagi. Sekarang ikut aku!" perintahnya sembari menarik kasar tangan Erina.

"Tidak, aku tidak mau ikut kamu dasar pecundang!" teriak Erina membakar amarah yang sempat mereda pada diri Kevin.

Plakk

Satu tamparan mendarat cantik di pipi mulus Erina, perempuan itu memegang pipinya yang terasa panas akibat tamparan keras yang diterimanya. "Berani kamu membantahku, maka anakmu akan aku bunuh saat ini juga. Apa kamu mau melihat dua mayat sekaligus, hah?" Erina menggelengkan kepala ketakutan.

"Jangan, jangan lakukan itu Kevin aku mohon. Aku akan ikut kamu tapi jangan sakiti suami dan anakku. Aku akan ikut denganmu setelah membawa mas Rasyid kerumah sakit terlebih dahulu. Aku mohon ijinkan aku membawanya kerumah sakit agar bisa cepat ditolong," mohon Erina mencoba bernegosiasi.

"Tidak, aku tidak akan pernah mengijinkanmu menolong pria itu! Dia harus mati agar tidak ada yang menggangu kita lagi." Erina menggeleng kuat, "Aku tidak akan pernah ikut denganmu pria brengsek. Pergilah dan jangan pernah kembali lagi. Sampai kapan pun aku tidak akan pernah memaafkanmu!" teriak Erina lagi.

"Ha…ha…ha… aku tidak butuh maafmu, Erina! Yang aku butuhkan sekarang adalah dirimu. Aku ingin kamu menjadi penghangat ranjangku di rumah. Kau tahu, sudah lama sekali aku menantikan momen seperti ini. Jadi sekarang jangan membantah atau aku akan membuat anakmu menyusul suamimu ke neraka!" seru Kevin lantang.

Gimana-gimana kak, jangan lupa koment ya! biar aku semakin semangat, peluk online dari aku.