Chereads / Bertaut Janji / Chapter 4 - Hancur lebur

Chapter 4 - Hancur lebur

"Untuk apa yang telah terjadi dan yang belum terjadi."

Bintang awalnya mengira Aditya datang untuk minta maaf dan ia memiliki sebuah harapan kecil untuk bisa melanjutkan kembali hubungan yang bahkan belum pernah mereka lalui. Hubungan yang pernah mereka mulai namun tak pernah di jalani bersama.

"Memangnya apa yang sudah terjadi dan yang belum terjadi?" tanya Bintang sok polos.

"Maaf karena selama ini aku tak menghubungi mu."

Inilah yang selama ini ditunggu tunggu oleh Bintang dan penjelasan inilah yang ia harapkan selama ini. Ia mendongak kearah Aditya dengan tatapan sayu seolah meminta sebuah penjelasan yang berarti.

"Selama ini aku sibuk mengejar kuliahku yang sebenarnya sedikit terlambat. Aku ingin mengerjarnya agar aku bisa lulus lebih awal. Dan memenuhi janjiku kepada seseorang untuk menjadi seorang pria yang bisa memimpin perusahaan dengan baik." mendengar hal itu ada sebuah perasaan senang di hati Bintang karena ternyata Aditya ingat akan janjinya itu yang berasal dari permintaannya.

"Namun aku juga minta maaf kepadamu karena aku tak bisa melanjutkan hubungan diantara kita lagi. Kau dulu memintaku untuk memberitahumu lebih awal. Namun aku yang salah. Aku terlambat untuk memberi tahumu dan mungkin membuatmu terluka."

Deg

Perasaan Bintang mulai tidak enak, ia sepertinya tau akan kemana arah pembicaraan Aditya.

"Aku tau. Kau punya perempuan lain disana. Yang mungkin saja lebih segala-galanya dari aku. Dan aku bisa mengerti itu." ujar Bintang dengan senyuman miris.

Bintang kini hanya bisa menelan salivanya dengan susah payah. Ia sudah merasa jika hal ini pasti akan terjadi. Ia dan Aditya memang bagaikan bumi Dan langit yang tak akan pernah bisa bersatu. Meskipun ia mencoba untuk bersikap tegar namun ia hanyalah seorang gadis biasa yang tentu saja merasakan perih nya sebuah luka. Terlebih Aditya adalah pria pertama yang sudah berhasil membuatnya jatuh hati. Pria yang ia anggap sebagai malaikat pelindung dan penyelamat nya ketika ia hampir terpaksa menikah dengan seorang pria tua hanya karena masalah perjanjian hutang.

"Aku senang kau masih mengingat janjimu itu. Janji untuk menjadi seorang pria yang lebih baik dan menjadi pemimpin yang baik. Aku harap kau meneruskannya sampai kau mencapai posisi tertinggi."

"Aku juga senang ternyata kau juga Masih mengingat janjimu. Janji untuk tetap menungguku. Tapi sekarang aku ingin kau berhenti dari janji itu. Berhentilah untuk menungguku."

"Tentu. Tentu saja aku akan berhenti."

"Dan satu lagi. Aku ingin minta maaf padamu. Mungkin hal ini akan menyakitkan mu. Emm aku.." Bintang mendongak menunggu kalimat selanjutnya yang Membuatnya penasaran.

Aditya tampak ragu Mengucapkannya namun ia memang harus mengucapkannya. "Bintang, bulan depan aku akan menikah. Aku tak berharap kau datang. Aku hanya ingin kau tau."

Deg

Ucapan Aditya barusan sungguh bagaikan petir yang menyambar hati Bintang. Hati yang ia jaga selama ini kini tak hanya patah. Namun juga sudah hancur lebur bersama dengan tetesan air mata yang kini mulai menetes.

"Menikah?" tanya Bintang setengah tak percaya.

"Ya bulan depan aku akan menikah. Aku kesini hanya untuk mengatakan itu. Sekali lagi maafkan aku." Aditya sendiri seolah tak tahan dengan situasi ini. Ia ingin segera menyudahi pertemuan ini.

Bintang masih termenung seolah masih berasa semua ini mimpi. "Maaf aku harus segera pergi." Aditya beranjak pergi meninggalkan Bintang yang masih sendiri. Aditya berlari menuju mobilnya dan segera pergi dari tepat tersebut. seolah ia bagaikan seorang pencuri yang takut ketahuan.

Bintang masih berdiri dibawah tower. Tentu saja ia menangis. Ia menumpahkan semua air matanya di tempat itu. Ia perlu menata hatinya sebelum pulang kerumah dan menemui ibunya. Dada Bintang terasa sakit hatinya bagaikan teriris mendengar kabar yang di bawa Aditya. Pria itu tak hanya selingkuh tapi juga akan menikah dalam waktu dekat.

Kini Bintang menangis sambil berjongkok. Ia mengusap air matanya berulang ulang. Ia menangis terisak namun tak bersuara. Ia memendam semua ini seorang diri. Tanpa ia sadari ada seseorang yang melihatnya dalam kkndisi yang sangat kacau. Ada ayang Melihatnya menangis seperti ini. DN orang itu bisa merasakan kepedihannya. namun orang itu hanya diam tak berani untuk mendekati Bintang. Ia memilih pergi menjauh.

Tak jauh beda dengan Bintang Aditya yang ada di dalam mobil dalam perjalanan pulang juga menangis. pria itu bahkan memukul stirnya berulang-ulang merutuki kebodohannya sendiri. Ia merasakan sakit yang sama seperti yang Bintang rasakan. Meski ia adalah seorang lelaki namun entah mengapa rasa sakit dalam hatinya terasa begitu pedih, tanpa ia sadari ia telah benar-benar jatuh cinta pada Bintang. Hingga saat cinta mereka terpaksa harus kandas terasa sangat menyakitkan.

'Maafkan aku Bintang, aku memang pria yang tak tau diri. Aku telah meminta mu berjanji namun justru aku yang mengkhianatimu.' Batin Aditya sambil menangis pedih.

Aditya tak menyangka pertemuannya dengan Bintang kali ini akan membuat hatinya goyah. Ia yang sebelumnya sangat yakin akan bisa mengatasi pergolakan batinnya kini justru merasa bagai terpuruk atas keputusannya. Keputusan yang sudah ia buat sendiri. Keputusan untuk menolong Dinar dan menjadi suaminya.

Setelah berbulan bulan terpisah dan tak berjumpa, meski awalnya Aditya begitu senang bisa melihat Bintang dengan tampilan yang berbeda. Namun pertemuan kali ini adalah pertemuan sekaligus perpisahan untuk keduanya. Aditya merasa dirinya bagaikan seorang pecundang karena memutuskan hubungannya Dengan bintang dengan cara seperti ini. Tadi ia bahkan meninggalkan Bintang begitu saja seolah lari dari masalah. Hal itu ia lakukan karena memang tak ingin menangis dihadapan Bintang. Ia tak ingin Bintang melihatnya yang seolah lemah seperti ini.

***

Hari sudah mulai gelap Bintang yang sedari tadi berjongkok di bawah tower kini mulai bangkit air matanya sudah mulai mengering namun ia masih melamun tidak jelas. Bintang yang melihat kesekekiking menyadari jika hari sudah mulai larut dan ia harus segera pulang karena ibunya pasti menunggunya.

Bintang sengaja menambahkan bedak pada wajahnya dan seputaran matanya ia tak ingin terlihat menangis di hadapan ibunya. Setelah memastikan dirinya sudah cukup tenang ia mengambil kembali motornya dan mengendarainya pulang.

"Assalamualaikum ibu.. Bintang pulang." pekik Bintang dengan suara menggelegar berharap ibunya mendengarkannya.

"Kenapa baru pulang? Tadi ibu sudah siapkan nasi goreng sekarang sudah dingin."

"Iya tadi aku sedikit lembur. Jadi pulangnya telat. knapa ibu gak makan duluan kenapa nungguin aku?"

"Ya karena ibu ingin makan bareng sama kamu."

Bintang menatap ibunya dengan tatapan sayang lalu ia mencuci tangannya dan duduk di meja makan. Ia ingin menghargai makanan yang ibunya siapkan walaupun ia sendiri jelas tak lagi nafsu makan perasaannya yang bercampur aduk membuatnya tak bisa lagi menikmati sebuah makanan.

Bersambung..!