'Tapi mama harap pernikahan akan tetap dilangsungkan. Lebih baik kamu cari saja perempuan lain yang siap untuk dinikahi. Mama akan menunjukkan kepada keluarga Tiara jika kamu bisa mendapatkan perempuan lain yang lebih baik dari putrinya.'
Ucapan ibunya masih terngiang di telinga Bram. Dokter muda itu bingung bagaimana harus memenuhi keinginan ibunya yang memintanya untuk segera mencari calon istri pengganti. Sementara baginya tak akan mudah mencari calon istri batu dalam waktu singkat sementara ia sendiri masih merasa trauma karena di khianati pacar sekaligus tunangannya sendiri. Tiara yang dengan teganya berselingkuh dengan pria lain di saat dirinya dipindah tugaskan kerumah sakit lain.
Dokter muda itu mondar-mandir kesana kemari memikirkan apa yang harus dia lakukan untuk memenuhi keinginan di dunia Sementara batas waktu yang diberikan hanya tinggal sisa berapa bulan lagi.
Ia memandang kearah meja kerjanya di mana terdapat sebuah undangan yang tadi pagi diberikan oleh sepupunya yaitu Arya untuk menghadiri pesta pernikahan dari adik iparnya yaitu adik dari Amanda. Bram pikir Mungkin ia harus mulai mencari perempuan baru untuk diajak ke pesta tersebut ia butuh seorang gandengan agar ibunya percaya Jika ia sudah punya calon yang baru.
"siapa? siapa yang harus aku ajak untuk ke pesta itu..?" gumam bram sambil berpikir.
"Permisi pak Bram ini adalah daftar riwayat penyakit pasian yang akan di operasi." seorang suster datang dan memberikan lembaran kertas berisikan daftar riwayat pasien barunya.
"Baiklah terimakasih."
"Kalau begitu saya pergi dulu."
"Emm tunggu..! Winda, apakah tanggal 7 nanti kau ada acara?" tanya Bram dengan ragu-ragu.
"Tanggal 7? Memangnya ada apa ya pak Bram?" suster itu tak paham.
"Aku ingin mengajakmu untuk menghadiri sebuah acara. Sebenarnya aku tak tau harus mengajak siapa karena aku sendiri tak punya gandengan."
"Saya?" Winda menunjuk pada hidungnya sendiri ia tak menyangka dokter ini akan terang-terangan mencari gandengan dan mengajak seperti ini kepadanya.
"Emm tunggu-tunggu.. Jangan salah paham dulu. Bukan maksudku untuk membuatmu canggung. Sebenarnya aku tak ada maksud lain selain hanya ingin orang melihat bahwa aku tak sendiri. Itu saja. Emm dan jangan salah paham." Bram Jadi merasa canggung sendiri.
Sementara itu Winda justru tersenyum geli melihat ekspresi lucu yang timbul dari dokter didepannya yang tampak sangat gugup dan serba salah.
"Saya mengerti kok pak Bram. Tapi maaf sekali. Sebenarnya di tanggal tersebut saya sudah ada janji lain dengan kekasih saya. Kebetulan kekasih saya sedang ulang tahun jadi tak mungkin jika saya malah jalan dengan orang lain untuk menghadiri sebuah acara."
"Oh jadi kau sudah punya kekasih?" Bram benar-benar gak tau akan hal itu, karena ia sendiri mengira jika Winda masih lajang. "Maaf aku tidak tau."
"Tak masalah pak. Hanya saja saya tak ingin ada kesalahpahaman antara saya dan kekasih saya nantinya. Saya tak mau jika nanti kekasih saya menganggap saya tidak setia." Bram tak menyangka jika Winda adalah tipe orang yang sangat setia meskipun hubungan mereka bahkan tak pernah terekspose. Tak seperti perawat-perawat yang lain yang selalu saja memamerkan kekasih atau suami mereka.
"Ya kau benar. Memang sebaiknya kau tak menerima ajakan dariku. Jika kekasihku cemburu itu bisa bahaya, karena aku sendiri juga tak mau menjadi penyebab kesalahpahaman antara hubungan seseorang." Bram sudah pernah merasakan sakitnya dikhianati maka dari ith ia tak ingin ada orang lain yang merasakan hal yang serupa. "Baiklah sekarang kau boleh pergi. Mungkin aku akan mencari orang lain atau mungkin datang sendiri saja."
"Pak, sekali lagi maafkan saya."
"Kau tak salah Winda. Kau telah melakukan hal yang benar dengan bersikap setia kepada kekasihku." Winda pun mengangguk.
"Kalau begitu saya permisi pak."
"Ya pergilah.." Winda pun pergi menjauh setelah tugasnya selesai. Ia merasa lega karena ternyata dokter berkaca mata itu tak marah kepadanya.
"Hmm ternyata didunia ini masih ada juga orang yang setia. Menurutku ini adalah hal langka yang sepertinya patut untuk dilestarikan." ucap Bram sambil tersenyum miris.
Kini Bram tak lagi mau ambil pusing. ia memilih untuk menyibukkan dirinya dengan mempelajari riwayat penyakit pasien. Ia merogoh saku jas dokter nya yang berwarna putih dan terdapat satu butir coklat disana. Sejak ia bertemu dengan Bintang beberapa waktu lalu dimana gadis itu menyarankannya untuk memakan coklat atau permen untuk mengembalikan moodnya menjadi lebih baik. Bram sudah mencobanya beberapa kali dan memang berhasil. Dengan begitu kini ia sering sedia permen atau coklat dimana pun ia berada terutama sebelum memulai operasi.
"Ah.. Ataukah aku harus mengajak dia?" Bram kini terpikir untuk mengajak Bintang ke acara pernikahan saudara ipar Arya. "Bukankah ia juga kenal baik dengan Amanda. Ia pasti akan setuju untuk datang ke pernikahan adiknya Amanda bersamaku." Bram mengangguk-angguk sendiri merasa jika pemikirannya kali ini masuk akal. Lagi pula Bintang pernah cerita juga ia juga baru saja di hianati jadi sepertinya status Bintang saat ini bukanlah kekasih dari seseorang.
Bram pikir ia akan kerumah Bintang nanti sore. Dan menawarkannya hal tersebut. Dan semoga saja Bintang akan setuju dengan tawarannya tersebut. Kini Bram memilih untuk bersiap pada jadwal Operasi yang sebentar lagi akan ia kerjakan.
Menyibukkan diri dengan bekerja membuat dirinya sejenak bisa mulai melupakan mantan kekasihnya dan juga bisa melupakan sakit hati yang menggerogoti batin dan pikirannya. Lagi pula tak ada gunanya memikirkan Tiara, mantan kekasihnya sementara perempuan itu bahkan sama sekali tak perduli dan tak memikirkannya sama sekali. Ia telah tega berselingkuh dan memutuskan pertunangan diantara mereka. Padahal persiapan pernikahan untuk akhir tahun nanti sudah mulai di persiapkan oleh mamanya.
***
Sore ini saat pulang dari bekerja Bintang tampak malas sekali. Hatinya masih merasa perih mendapatkan undangan pernikahan. Pernikahan dari orang yang pernah mengisi relung hatinya.
Bintang berencana untuk membakar undangan itu ia merasa tak sanggup melihatnya terus menerus. Lagi pula ia juga tak akan datang di acara itu. Bintang yang baru saja memasukkan motornya meletakkan kertas undangan itu di atas kulkas sebelum membakarnya ia ingin ganti baju dulu.
Saat Bintang tengah ganti baju di dalam kamarnya ia mendengar suara benda jatuh yang cukup keras. "Suara apa itu?" Bintang yang merasa penasaran pun keluar dari kamarnya dan mencari dimana letak suara benda jatuh tersebut.
"Ibuk.. Ibuk..? yang jatuh apaan Buk?" teriak Bintang yang juga mencari keberadaan ibunya barangkali ibunya menjatuhkan sesuatu.
Bintang yang mencari kearah kamar ibunya namun tak mendapati apapun. Gadis itu kemudian berpindah menuju dapur namun tak juga melihat ibunya ataupun sesuatu yang jatuh di dapur. Lalu dimanakah ibunya dan suara apa tadi?
Kini samar-samar Bintang mendengar suara gemericik di dalam bilik kamar mandi. Tanda jika ada orang di dalam kamar mandi dan benar saja pintu terkunci dari dalam.
"Ibuk.. Ibukk..!!"
Bersambung..!