"Emang kapan lo mau minta maaf sama Dania?" tanya Sahroni terengah.
"Malam ini."
"Hah?" Sontak keempat teman-teman Fayez memekik karena Fayez yang tak memiliki perasaan sedikit pun.
"Itu berarti kita harus beresin semuanya sore ini juga?"
Fayez mengangguk dengan wajah yang masih fokus pada kertas putih ke dua puluh.
"Gila, sih. Kayaknya kita nggak akan bisa bikin balon banyak-banyak pake cara kayak gini" ucap Agus yang wajahnya sudah pucat pasi.
"Bener. Mending kita cari cara lain."
***
"Dania"
Dania membalikan tubuhnya ke belakang. Pak Bani berjalan menghampirinya, membuat Dania sedikit gugup dan gerogi.
"Ada apa ya, Pak?" tanya Dania seramah mungkin.
"Kamu liat Fayez?"
Dania sedikit bingung dan kemudian menggeleng.
"Ka mana ya anak itu? Dari tadi saya cari ke semua sudut sekolah, tapi dia nggak ada"
"Kenapa nggak coba di telepon aja, Pak?"
"Sudah. Tapi nomornya nggak aktif."