Mencintaimu adalah kebebasan
Dan menyayangimu adalah keharusan
Namun memilikimu, sebuah ketidakmungkinan.
(Dania Salwa Mahesa)
***
"Lo yakin mau suka terus sama Fayez? Lo nggak mau cari cowok lain, gitu?"
Dania menggeleng diiringi dengan senyuman manis di kedua sudut bibirnya.
"Cinta gue sama Fayez itu udah kayak batu karang di lautan, yang kokoh dan terpercaya," jawab Dania.
"Itu mah bukan batu karang, tapi semen rpda tiga!."
Dania terkekeh di tempatnya. Melihat wajah Siska yang kesal sekaligus gemas itu adalah amunisi penting untuk hati seorang Dania.
"Gue kasian sama lo, Dan"
"Kenapa? Gue nggak sakit, gue juga nggak ngerasa kesusahan. Uang sekolah gue selalu terbayar lunas, alhamdulillah. Jadi, apa yang perlu lo kasianin dalam diri gue?" tanya Dania beruntun.
"Gue kasian. Karena cinta lo sama Fayez, nggak terbalas sedikit pun."
***
Dania Salwa Mahesa. Gadis cantik berusia 17 tahun itu baru saja mengalami masa pubertas.
Di usia 17 itulah ia mulai mencintai seorang lawan jenis. Namun sayang, lelaki yang ia cintai adalah manusia sedingin bongkahan es yang sepertinya tidak pernah tersentuh oleh kehangatan.
Dania baru dua minggu menyukai laki-laki itu. Melihat wajahnya dari jarak sedekat mungkin, itulah kali pertama Dania menjatuhkan cintanya.
Namun sayang, Fayez Ghazali tidak pernah tahu seperti apa perasaan Dania. Jangankan perasaan, orangnya pun ia tak tahu.
Fayez sendiri adalah laki-laki paling tampan di SMA Kencana. Ia memiliki wajah bak aktor Korea yang banyak dipuja-puja oleh penggemarnya.
Laki-laki berdarah asli Melayu itu selain tampan ia juga bersikap dingin. Fayez memang tidak pernah tersentuh oleh kehangatan cinta sebelumnya, bahkan ia tidak ingin mencintai.
Hatinya pernah terluka hanya karena sekedar mencinta. Oleh karena itulah Fayez tidak ingin mengulang kisah masa lalunya yang kelam.
"Gue tau kalo Fayez itu dingin, cuek, judes. Tapi nggak tau kenapa, gue ngerasa kalau dia itu jodoh gue."
Saskia, sahabat Dania itu menoleh. Menatapnya dengan tidak percaya. Bagaimana ada manusia angkuh seperti Dania?
"Emang lo siapa? Bisa nentuin kalo Fayez itu jodoh lo? Lo nggak boleh gitu, Dan. Takdir kita ini udah di atur sama Tuhan, dan lo nggak boleh mendahului takdir Tuhan," terang Siska.
"Lo mikirnya ke mana-mana, sih. Siapa juga yang mau mendahului Tuhan? Gue itu cuma ngerasa, tapi bukan berarti kalo gue tau dan nentuin jodoh gue sendiri," balas Dania tidak mau kalah.
"Kalo gitu, lo harus serahin semuanya sama Tuhan. Tugas lo cuma mencintai, soal jodoh atau enggak, lo kembaliin sama Tuhan."
Dania bungkam kali ini. Apa yang dikatakan Siska benar. Ia tidak boleh berlebihan sampai-sampai menentang takdir yang sudah digariskan.
"Jadi, gue harus gimana?" tanya Dania.
"Cintai Fayez sewajarnya."
"Tapi kan dia nggak tau, kalo gue suka sama dia."
"Makanya, karena lo tau dan ngerasain, lo nggak boleh bersikap berlebihan. Lo diem aja, udah." Siska tak hentinya menasihati sahabat satu-satunya itu, walaupun saat ini mulutnya sudah dipenuhi oleh ketoprak yang ia pesan sepuluh menit yang lalu.
"Maksud lo, mencintai dalam diam?," tembak Dania.
"True! Lo harus belajar gimana rasanya mencintai dalam diam. Lo boleh maju kalo Fayez ternyata sadar dan ngasih respon dengan baik. Tapi, lo juga harus mundur kalo ternyata Fayez gak pernah sadar dan malah jadian sama cewek lain."
"Lo gila?! Lo bilang gue harus mencintai dalam diam, kalo kayak gitu, gimana Fayez tau kalo gue suka sama dia?," Dania terlihat frustasi, ia berkata sebari meninggikan suaranya. Menurutnya, penuturan Siska tidak masuk akal untuk masuk ke dalam otak manusia.
"Justru itu. Kalo emang dia jodoh lo, sedikit demi sedikit dia pasti sadar akan keberadaan lo. Atau mungkin, dia juga bakal cinta sama lo. Itu semua buat ngebuktiin, kalo dia emang jodoh lo atau bukan."
Dania lagi-lagi diam. Ia menatap lurus kedepan dengan tangan yang memangku dagu.
"Berat banget cobaan hidup gue," gumamnya.
"Lo sendiri yang bikin berat,"
"Ish, Siska! Mana ada, gue ini pengen hidup dengan tenang dan mudah," elak Dania.
"Kalo lo mau hidup tenang, lo bisa cari cowok lain. Kayak si Doni tuh, dia kan suka banget sama lo. Kalo lo nggak mau mempersulit hidup, lo tinggal terima aja cinta dia. Beres deh, gak harus pusing kayak sekarang lo suka sama si Fayez manusia balok es itu."
"Gak bisa! Cinta pertama gue itu akan gue persembahkan sama Fayez. Bukan buat cowok lain."
"Terserah lo. Gue mau nambah lagi ketoprak."
***
Saat ini Dania sedang berada di samping lapangan basket. Ia duduk di kursi yang terletak tidak jauh dari sana.
Tempat itu merupakan spot yang paling ia sukai. Karena dari kursi panjang yang terbuat dari kayu itulah Dania bisa melihat Fayez yang sedang bermain basket dengan leluasa.
"Dia cakep banget, ya. Kenapa gue baru sadar sekarang?," monolognya.
"Yez, lempar bolanya!"
Dania semakin terkesima ketika Fayez mengoper bola ke arah teman laki-lakinya. Kedua mata Fayez terlihat tajam namun teliti. Tidak salah kalau ia dinobatkan sebagai maskot tim basket SMA Kencana, hanya saja Fayez tidak ingin menjabat sebagai ketua tim.
DUK
DUK
DUK
Hantaman bola basket di atas lapangan yang terbuat dari aspal cukup membuat kedua telinga Dania seolah dimanjakan. Fayez mendrible dan menggiring bola dengan penuh irama, menurutnya.
Paras tampannya yang mendukung, serta keringat yang bercucuran memenuhi wajahnya membuat Dania meleleh dan tak berkedip.
"Kenapa dia seksi banget?" gumam Dania.
"Dania! Gue cariin, ternyata lo di sini."
Teriakan Saskia mengalihkan pandangan Dania. Ia menoleh ke arah sahabatnya yang sudah berdiri tidak jauh dari tempat ia duduk.
"Ngapain lo cari gue?," tanya Dania yang kembali memfokuskan matanya ke arah lapangan.
"Hmm.. Pantes aja betah di sini. Ternyata ada cowok pujaan hatinya."
"Diem, Sis. Mending lo duduk."
Sesuai perintah, Siska duduk di samping Dania. Ia melipat kedua tangan dan bersandar pada sandaran kursi.
"Apa sih yang bikin lo suka sama Fayez?"
"Lo buta? Dia itu cakep banget. Bibirnya, idungnya, matanya, alisnya. Semua bagian wajah dia itu sukses bikin hati gue jedag jedug."
Siska meringis tidak percaya, "Dan, kayaknya lo harus gue ruqyah deh. Lo udah gak waras!"
"Sis, plis. Lo harus liat baik-baik. Bibir dia itu seksi banget, dan kalo dia senyum, itu bibir ada rasa manisnya."
"Emang lo pernah nyoba?," potong Siska.
"Belom, sih. Tapi pokoknya kalo dia senyum itu manis banget. Fiks, valid no debat!"
"Huft.. Kayaknya gue udah salah, ngobrol sama orang yang matanya udah kebutaan cinta."
"Masih mending gue. Ngerasain yang namanya cinta, dari pada lo. Jomblo akut,"
"Lo gak sadar, Dan? Lo juga jomblo kali. Kan Fayez nggak suka sama lo, dan lo, cuma bisa mencintai dalam diam."