Wanita itu menatap sebuah cek yang berada di tangannya membuat David menaikkan satu alisnya.
Ia melihat seseorang yang berada di hadapannya itu masih saja terdiam mematung di tempatnya. Dirinya menghela nafas sejenak sebelum akhirnya kembali berbicara.
"Ada apa? Bukankah sejak awal kedatanganmu ke sini adalah untuk mendapatkan cek itu? Lalu kenapa sekarang kau seperti malah tidak menginginkannya?"
Ucapan dari seorang pria di hadapannya membuat wanita itu tersadar. Ia menipiskan bibirnya sejenak sebelum akhirnya dirinya mendongak memandang David yang sedang berdiri di hadapannya.
"Aku tidak bisa menerimanya," ujar wanita tersebut yang membuat David terbelalak. "Ini ... terlalu banyak bagiku."
Seketika David langsung mengerutkan kening setelah mendengar apa yang baru saja dikatakan oleh wanita di hadapannya itu membuatnya langsung melipat kedua tangannya di dada.
"Hey, bukankah beberapa saat yang lalu kau mengatakan kalau kau tidak memiliki tempat tinggal?" tanyanya menggeleng terheran. "Sekarang aku sudah memberikan cek yang cukup untuk kau membeli tempat tinggal yang kau inginkan!"
"Tidak semudah itu," ujar wanita tersebut. "Kau pikir aku bodoh, hah? Aku tahu kalau kau memiliki sebuah rencana untukku."
Satu alis David langsung terangkat setelah mendengar apa yang baru saja dikatakan oleh seseorang yang berada di hadapannya saat ini.
Pria itu kesal, sepertinya ini memang bukan wanita biasa sehingga kini David bisa melihat bagaimana seseorang yang berada di hadapannya saat ini yang begitu ingin mempertahankan keberadaannya di sini.
"Tetapi kau tidak berhak untuk tinggal di sini!" tegas David dengan kedua matanya yang menatap tajam ke arah seseorang yang berada di hadapannya saat ini. "Berkacalah! Sekarang kau berada di mana, hah?! Jangan kau pikir bisa menguasaiku! Sekarang aku yakin kau berpihak pada siapa!"
Dengan cepat David memanggil bodyguard untuk mengusir paksa seorang wanita yang berada di hadapannya saat ini. Ia sudah muak dan dirinya tidak ingin lagi melihat orang asing berada di Mansion ini!
"Bawa dia keluar dari sini, pastikan wanita ini benar-benar sudah menjauh dari tempat ini. Aku tidak ingin ada orang asing yang menginjakkan kaki di Mansionku lagi!"
"Baik, Tuan muda."
Wanita itu melihat beberapa orang bertubuh besar dan tinggi mulai berdatangan ke arahnya, ia menggelengkan kepalanya tidak percaya dengan apa yang dilakukan oleh seseorang yang berada di hadapan dirinya saat ini.
"Tidak, aku tak ingin pergi dari sini! David, kau pasti akan menyesal setelah ini, aku memiliki alasan untuk datang ke sini. Kau harus tahu itu!"
Tetapi David tidak mendengarkan dan lebih memilih untuk pergi menuju ke kamarnya sendiri yang berada di lantai atas.
"DAVID," teriak wanita itu dengan begitu keras. "KAU PASTI AKAN MENYESAL SETELAH INI, TUNGGU SAJA NANTI!"
Pria itu tidak peduli dan tetap melangkahkan kakinya menuju ke lantai atas hingga akhirnya David sudah benar-benar berada di dalam sana.
***
Ketika sampai ia langsung menghela nafas, lalu memuji pangkal hidungnya sejenak sebelum akhirnya benar-benar berjalan menuju kamar mandi untuk berendam.
"Huh, dasar wanita gila. Aku sangat yakin bahwa Ayah mengirimkanku seorang wanita dengan kejiwaannya yang terganggu."
Dengan perlahan ia mulai membuka jas hitamnya itu, kemudian kancing kemeja sebelum akhirnya benar-benar memperlihatkan tubuhnya yang sixpack.
Setelah semuanya selesai, akhirnya David sudah mulai bisa memasukkan tubuhnya ke dalam bathub dengan air hangat yang membuatnya langsung merasa nyaman.
Kedua matanya langsung ia pejamkan untuk menikmati rasa ini. Dirinya benar-benar merasa nyaman sampai lupa bahwa ponselnya berdering membuat David spontan membuka kedua matanya lalu menoleh ke samping di mana benda tersebut berada.
"Siapa yang menggangguku malam-malam begini? Huh, menyebalkan sekali."
David langsung mengambil ponselnya, ia melihat sebuah nama yang tertera di sana sehingga membuat dirinya yang mengetahui hal tersebut langsung menaikkan kedua alisnya.
"Halo," sahutnya.
"Kenapa kau begitu lama menjawab panggilanku, David?!"
"Hm, maafkan aku. Ada apa kau menghubungiku, hah?"
"Aku baru saja mendarat di Indonesia, bagaimana kalau aku menginap di Mansion mu saja?"
Kedua mata David langsung terbelalak setelah mendengar apa yang baru saja dikatakan oleh sahabatnya itu.
"Tidak, aku tak mau ada berita lain setelah ini. Sudah cukup selama ini, aku benar-benar lelah."
Terdengar suara tawa dari seberang sana yang membuat David langsung mengerutkan kening.
"Sudah ku katakan untuk menikah denganku saja, David. Lagi pula aku sudah lama menyukaimu, tetapi kau tidak pernah membalas perasaanku."
David yang mendengarnya langsung menghela nafas. Pria itu memijit pangkal hidungnya sejenak sebelum akhirnya kembali berbicara.
"Jane, kau jangan membuatku semakin merasa bersalah. Maafkan aku, tetapi ... aku benar-benar tidak bisa menerimanya. Kau adalah sahabatku, dan aku juga tidak ingin kehilangan dirimu, jadi lebih baik tetaplah seperti ini."
***
Di seberang sana seorang wanita bernama Jane langsung tersenyum setelah mendengar apa yang dikatakan oleh David.
Ia mengerti bahwa pria itu sangat takut kehilangan dirinya sampai David tidak bisa merubah status mereka yang lebih dari sekadar sahabat saja.
"Lupakan saja, David. Oh, iya, jadi bagaimana? Bolehkah aku menginap di Mansion mu?"
David yang mendengarnya langsung menghela nafas sebelum akhirnya pria itu pun menganggukkan kepala meskipun Jane tidak akan bisa melihatnya.
"Datanglah, pintu Mansion terbuka lebar hanya untukmu, Jane."
Tentu saja, mendengar itu membuat wanita itu tersenyum begitu lebar. Ia dengan cepat bergegas pergi menuju ke sana karena dirinya yang juga tidak sabar untuk segera bertemu dengan sahabatnya tersebut.
"Baiklah, aku akan segera datang sebentar lagi."
Teringat akan sesuatu, tiba-tiba saja David langsung bertanya.
"Jane, kau akan naik apa ke sini?" tanyanya dengan kedua alis yang terangkat.
Mendengar itu membuat wanita itu menipiskan bibir sejenak sebelum akhirnya menghela nafas.
"Hm ... sepertinya naik taksi saja," jawab Jane. "Tidak apa, kan?"
"Baiklah, hati-hati. Beritahu aku jika terjadi sesuatu kepadamu."
Senyum pun terpatri di wajah seorang Jane ketika mendengar apa yang baru saja dikatakan oleh David.
Terdengar biasa, tetapi bagi Jane, ia sangat tahu bahwa David sedang mengkhawatirkan dirinya saat ini.
"Baiklah, terima kasih David. Oh, iya, kau tidak perlu menungguku jika sudah mengantuk, aku ... pasti baik-baik saja, jadi kau tenang saja."
Kening David langsung berkerut setelah mendengar apa yang baru saja dikatakan oleh seseorang yang berada di hadapannya saat ini.
"Tidak, aku tetap akan menunggumu, Jane. Kau lebih penting dari diriku sendiri, jangan membantah, oke?"
Jane langsung menghela nafas pasrah, wanita itu menganggukkan kepala sebelum akhirnya kembali berbicara.
"Ya, ya, baiklah. Terserah kau saja, David. Kalau begitu aku matikan teleponnya, ya, sampai bertemu di Mansion."
"Hm," sahut David sebelum akhirnya benar-benar mengakhiri panggilan.
Saat ini Jane sedang menunggu taksi pesanannya itu hingga akhirnya yang ditunggu-tunggu pun datang dan wanita itu dengan cepat langsung memasukinya.