"Aku harus pergi sekarang juga! seseorang akan mati karena sebuah besi yang menimpanya!" teriak Ern sambil terisak menahan tangisnya lalu membekap mulutnya.
Justin tak menjawab. Ia menyalahkan diri karena membentak Ern. Penjelasan Ern juga membuat justin kaget.
Kembali Ern berlari menuju lapangan seraya menghapus paksa jejak air matanya.
Smentara Justin berlari membuntutinya.
Saat sampai di pinggir lapangan.
Ern menghentikan langkahnya. Ia melihat pria yang akan berjalan ke lapangan. Beberapa detik Ern merasa sesuatu akan jatuh dari atas sebuah bangunan yang sedang di perbaiki. Ia segera berlari bermaksud menahan pria itu agar tak menimpa besi. Tanpa di sangka olehnya. Sedetik kemudian pria itu sudah tertimpa besi dengan kepala pecah. Seluruh tubuhnya bergetar beberapa saat kemudian mati tergletak.
Ern tak sempat menyelamatkan pria itu. Ern cemas dan takut. Sementara di sekelilinginya menatap pada gadis putih itu. Mereka mengutuk pada Ern bahwa ia benar benar berteman dengan iblis.
Tatapan mereka menghakimi bahwa kematian pria itu, karena Ern telah menyihir semuanya.
Menyadari bahwa mereka melihat Ern dengan tatapan itu. Ern berlari dengan keras. Ern merasa bahwa tak ada yang mengerti apa yang ia rasakan.
Ia benci dengan semua yang ia alami saat ini. Ern terus berlari dengan sesegukan. Kedua mata beningnya tak mampu menahan air mata. Hatinya sudah remuk fikirannya berkecamuk. Mengapa harus dirinya yang merasakan ini semua?
kini ern sampai pada tempat yang sering di singgahi. Lantai paling atas dari gedung sekolahnya membuat dirinya nyaman sekarang. tempat ia meluapkan semua perasaanya. Pundak ern naik turun sementara nafasnya sesak. Ia menangis dengan tersedu sedu. Kini hanya angin yang dengan lembut membuat dirinya hanyut dalam tangisan. Di depan matanya terbentang gedung-gedung dan suasana kota. hati ern berteriak. Mengapa banyak manusia yang tak bisa mengerti keadaannya? Ern kecewa pada takdir tuhan. Ia berharap bahwa ini semua adalah mimpi. Ern tak sanggup melihat berbagai kejadian mengerikan.
"Mengapa harus aku yang pertama melihatnnya? Mengapa harus aku yang menanggungnya? Bila akhirnya aku tak bisa mengontrol semuanya?" bibirnya bergetar menahan tangis.
Sekarang ern hanya bisa memeluk diri. tak ada yang membuat dirinya tersenyum. hanya kesedihan yang terus ada di hidupnya. kesunyian. Kekosongan. Terpenjara dalam kengerian.
"Mengapa harus aku yang pertama melihatnnya? Mengapa harus aku yang menanggungnya? Bila akhirnya aku tak bisa mengontrol semuanya?" bibirnya bergetar menahan tangis.
Sekarang ern hanya bisa memeluk diri. tak ada yang membuat dirinya tersenyum. hanya kesedihan yang terus ada di hidupnya. kesunyian. Kekosongan. Terpenjara dalam kengerian.
"ern?" panggil justin lirih. sejak tadi ia berada di belakang ern.
Ern menengok dengan pelan. Terlihat tak jauh. Sorot mata lembut milik ern menangkap raut muka justin yang nampak tak bercahaya. Namun ia tahu justin tak akan mengerti perasaannya. Maka ia kembali memandang jauh suasaa kota.
Justin mengerti bahwa ern tak mungkin begitu saja menerima keberadaannya. Namun ia memberanikan diri untuk melangkah menghampiri ern. Sepatu miliknya membuat suara diantara angin yang berhembus. Ernpun tahu justin menghampirinya.
"you never know what I fell." Kalimat ern memecah keheningan diantara mereka.
Mendengar suara ern mengucapkan kalimatnya dengan serak. Membuat hati kecil justin tergores. Hatinya berkata, wanita secantik ini seharusnya menikmati hidup dengan senyumnya bukan dengan menangis seperti ini.
Justin membuang nafas kuat-kuat untuk menghilangkan rasa kesalnya terhadap teman temannya.
"mereka hanya tak mau mendengar apa yang kau rasakan." Ujarnya tanpa melihat ern. Kedua telapak tangannya memasukan diri dalam kantong celananya.
Kalimat justin membuat ern menduga bahwa sepertinya justin amat peduli padanya. Tidak mungkin begitu saja justin terus mengikutinya sampai di tempat ini. ern merasa lega dengan tindakan justin. jarinya menyeka sisa air mata yang sejak tadi keluar dan ia meredam tangisnya perlahan.
"jujur saja." justin memandangi ern dari samping.
"aku tak suka melihat wanita menangis." katanya seraya tersenyum tipis.
Di ikuti ern dengan senyum kecilnya. Melihat ini ,batin justin bahagia. Setidaknya ern bisa merasa nyaman di sampingnya.
Mereka berdua memandang kota yang sama. Menatapnya jauh dengan penuh arti. Menikmati desiran angin yang sampai pada jiwa mereka. keduanya terhanyut oleh kekuasaan tuhan dan tak ada yang tahu bahwa kini perasaan keduanya sama. Berharap mereka tak akan berpisah oleh ujian tuhan nantinya.
Jari milik justin keluar dari kantong celananya. Tangannya mendarat pada pundak ern. Kemudian dengan pelan kepala ern menelusup dalam dadanya. Justin mendekapnya dengan satu tangannya. ern bisa merasakan aroma tubuh justin ke hidungnya. ia tak pernah sedekat ini dengan laki-laki sebelumnya. ia ingin mengucapkan terimakasih pada justin. karena telah membuatnya merasa tenang saat ini. ernpun mendongak dan terperanjat . mata coklat caramel milik justin amat dekat dengan dirinya. Ia kaku dalam keheningan. Justinpun mendekatkan wajahnya. Mata ern terpaku oleh tindakan justin. bibir kecilnya telah menempel pada bibir tipis milik justin. justin mengecup bibirnya dan melumat dengan lembut bibir ern. Justin terus melakukan ciumannya kepada ern. Mata ern tertutup begitupun justin. ern terhanyut oleh sentuhan bibir tipis itu. Hinggga akhirnya ern terbawa oleh suasana romantis yang justin ciptakan. Bibir ernpun ikut melumat beberapa kali. bergantian dengan justin kemudian mereka mengganti posisinya tanpa melepas bibirnya. kini kedua tangan ern memegang kedua lengan milik justin. sementara tangan justin memegang kudua pipi halus milik ern.
…
Pagi yang dingin menyelimuti kota. sisa hujan semalam rupanya masih melekat pada atap rumah,jalan, dan pohon. Jam menunjukan pukul 05.00 pagi. Hanya sedikit yang terbangun dan memulai aktifitasnya di komplek perumahan. Hyun ern masih di bawah selimut tebalnya. Sesekali ia menggeliat dan tidur pulas kembali. namun tiba-tiba suara dari jendela di sampingnya membuat ern terbangun.
Brag brag brag brag!!!
Wajah ern terlihat emosi. Ia berfikir bahwa di luar adalah tukang pos.
Brag brag brag!!
"ya tuhan…" gerutu ern membuka selimutnya dengan malas. Jari jari panjangnya mengujek sebelah matanya. kini kedua kaki pucatnya menyentuh lantai. Ia berdiri dan melangkah gontai menuju jendela. Matanya masih belum stabil. Tangannya segera membuka kunci jendelanya.
"hai ern!!" suaranya terdengar bersemangat.
Mendengar suara itu ern panik dan membuka lebar lebar matanya.
"k-kau"
"mengapa kau lama sekali membuka pintu?" tanya justin tanpa melihat ern. Ia sibuk memasuki kamar ern. Sementara ern kewalahan melihat tingkah justin.
"hhee maaf yaa.. di luar dingin sekali."
Ern hanya bisa menggaruk kepalanya.
"Bisa bisanya dia masuk ke kamarku." Kata ern dalam hati.
"bolehkah aku ke ruang tengah? Kurasa disana ada perapian." Pinta justin dengan wajah manisnya. Melihat raut justin ern segera berucap.