Chapter 3 - 3 FIRASAT BURUK

"Hei tunggu! Kenapa kau terkihat buru-buru?" Justin berlari kecil mengejar Ern. Wajah justin tampak tak suka dengan tindakan gadis itu yang pergi begitu saja.

Ern tak menggubris Justin. ia masih tetap berjalan dengan cepat.

"Apa tindakanmu tadi adalah salah satu kelebihanmu?" tanya Justin dengan antusias.

Langkah Ern masih tetap sama. Berjalan seakan ingin segera menjauh dari pria yang baru di kenalnya di sekolah.

"Maksudku kau benar-benar bisa meramalkan sesuatu hal buruk?"

Ern berhenti saat pertanyaan justin mengganggunya. Menurutnya justin tak usah membicarakan soal itu.

"Maaf, itu bukan urusanmu," jawab Ern singkat. Ia tak ingin membicarakan dirinya. Baginya itu adalah suatu tindakan membuang waktu saja. Ia bahkan sangat benci dengan kelebihannya meramalkan hal buruk. Sekali lagi. Ia sangat benci.

"Hei bisakah kau berhenti berjalan?" tanya justin dengan kesal. Kakinya berhenti sementara Ern masih tenang berjalan.

"Dasar orang jepang yang sombong!" teriak Justin hingga membuat Ern membelalak mendengarnya. Justin tersenyum bangga ketika Ern mulai menghampirinya.

"Apa yang kamu bicarakan? Orang jepang yang sombong?" tanya Ern dengan berani melihat wajah milik Justin.

"Ya! kau orang jepang yang sombong."

"Sebenarnya apa maumu?" tanya Ern kesal. Ia mengalihkan pandangan ke jalan yang ramai. sementara Justin terus melihat wajah Ern. Justin menyadari Ern sangat manis.

"Em, mauku adalah kau menjawab pertanyaan yang akan aku ajukan kepadamu."

"Apa yang ingin kau tanyakan?" tanya Ern dengan malas tanpa melihat ke arah justin. Ia membenarkan ranselnya untuk mengontrol rasa canggungnya.

"Banyak sekali pertanyaan yang akan aku ajukan," kata Justin seraya menggerakan kedua tangannya. Kedua alisnyapun hampir bertemu.

"Maukah kau meluangkan waktu di rumahku?"

Hati Ern sangat sebenarnya sangat bahagia mendengar ucapan justin. Ia tak menyangka akan meluangkan waktunya bersama pria tampan bermata hazel.

"Kapan?" tanya Ern kini berani melihat Justin.

"Besok sepulang sekolah," jawab justin dengan santai. Dirinya berhasil menaklukan wanita yang saat ini sudah mencuri hatinya.

"Ok, sampai jumpa besok di rumahmu," ucap Ern tanpa melihat justin. Ia pergi berjalan meninggalkan justin yang masih berdiri mematung melihat Ern di ujung sana.

"Aku berjanji akan menjagamu," kalimat itu terlontar saja pada bibir Justin. Seiring Ern berjalan disinari oleh senja orange. Tubuhnya langsing, kecil, dan tingginya di bawah dada Justin.

Rambutnya hanya mencapai tepat di bawah telinganya dan di biarkan begitu saja dengan sangat lurus.

Sementara pahatan wajahnya sangat manis dengan bibir merah kecil hidung mancung dan mata beningnya yang indah.

Justin yakin bahwa Ern adalah orang yang baik. Tidak seharusnya teman temannya menghindar padanya hanya karena ia bisa melihat sesuatu buruk yang akan terjadi.

...

Lorong sekolah nampak ramai mengingat bel istirahat berbunyi. Ern berjalan sendiri seperti biasa. Ia seperti orang asing. Tak ada satupun yang menyapanya. Ia juga tak punya teman. Sebenarnya ia merasa sangat kesepian. Bahkan ia benci dirinya sendiri. Akibat dirinya yang bisa mengetahui hal buruk akan terjadi ia tak bisa berteman dengan siapapun.

Ern juga benci karena tak bisa mengontrol dirinya sendiri. Kadang Ern menangis sendiri ketika melihat kejadian buruk, seperti kecelakaan yang akan terjadi di depan sekolahnya.

Becky yang saat itu berlari menghindar dari teman pria yang mengejarnya. Becky berlari cepat tanpa ia sadari bus sekolah melintas di sampingnya. Ia tewas seketika dengan bersimbah darah pada kepalanya.

Saat itu Ern menangis sendiri. Ia sangat ingin berbicara pada Becky. Namun ia pasti akan mendapat perlakuan buruk lagi oleh teman temannya, membullynya dengan alasan ia gila atau pembawa sial. Namun akhirnya dengan menghapus rasa takutnya ia berbicara pada Becky dengan lembut. Malangnya ia malah di bentak oleh Becky habis habisan.

"Hei Ern! Berhentilah menjadi Tuhan! Kau ingin menantang Tuhan heh!"

Semua teman Becky tertawa puas melihat Ern yang ketakutan di bentak oleh seorang Becky yang mempunyai tubuh gendut.

"Nyawaku bukan urusanmu Ern! Dasar cucu nenek sihir!"

Ern masih tetap bersih keras menjelaskan hal yang akan menimpa pada Becky. Ern menangis dan bersusah payah dengan nafasnya yang tersendat sendat karena tangisannya sangat mengharukan.Hal itu malah membuat becky dan temannya merasa terganggu.

Mereka pergi meninggalkan Ern. Rasanya Ern ingin sekali menjerit. Menanyakan pada tuhan. Mengapa ia harus mengetahuinya dan tak ada seorangpun yang percaya. Apa gunanya? sendiri dengan beban yang tak seorangpun tahu.

Tibanya bel pulang. Dugaan terjadi. Becky meninggal. Sejak saat itu Ern dianggap pembunuh Becky. Mereka beranggapan Ern mempunyai iblis yang akan membunuh siapapun.

Itulah beberapa hal yang terjadi saat dirinya terjebak di sebuah waktu yang berbeda dari biasanya.

Ern tak bisa mengendalikan semuanya. kadang satu bulan ia tak mengalaminya dan terkadang hampir setiap hari ia mengalaminya.

Hal buruk apapun bisa ia lihat. pohon yang tumbang menimpa gurunya hingga cedera parah, teman kelasnya di bunuh oleh pacarnya, perampokan sadis di mini market, dan masih banyak lagi.

Ia juga pernah menangis seharian karena ia terus melihat beberapa teman sekolahnya kehabisan nafas di dalam air saat kapal yang mereka tumpangi tiba-tiba tenggelam. Liburan murid-murid kala itu menjadi hitam kelam.

Ern sudah pernah pergi mencari orang pintar agar ia tak mengalami hal hal aneh seperti itu lagi. Namun hasilnya nihil.

"Hei apa yang sedang kau lakukan?" suara Justin mengagetkan lamunnya. Justin dengan cepat duduk di depannya.

"Aku sedang makan." jawab Ern dengan segera mengambil gargu dan sendoknya.

"Jangan bohong! aku lihat sendiri kau sedang melamun," kata Justin dengan percya diri.

"Bukan rusanmu," Ern langsung memakan makanannya.

"Apakah ada sesuatu yang membuatmu sedih?"

"Bukan urusanmu,"

"dasar!" Justin kesal dengan mengalihkan matanya ke antrian makanan. Beberapa detik justin sadar bahwa dirinya belum mengenalkan diri. ia segera melihat Ern.

"Oh ya namaku Justin," ucapnya sambil mengulurkan tangannya di depan hidung Ern.

"Aku sudah tau namamu," jawab Ern singkat. Sebenarnya ia ingin menyambut tangan Justin. Namun ia malu.

"what?"

"iya, aku dengar beberapa memanggilmu dengan nama Justin," ucap Ern kemudian menyantap lagi makananya.

"Hem baiklah," seru Justin pasrah. Ia masih duduk di depan ern namun tak melihat Ern lagi.

Tiba-tiba Ern merasakan matanya gelap dan seseorang di lapangan tertimpa besi kemudian nyawanya hilang di tempat.

Tak lama Ern kembali melihat seperti biasa. Di kantin itu ern segera berdiri dari duduknya dan berjalan cepat berniat akan menyelamatkan seseorang yang berada di lapangan.

"Kau mau kemana?" tanya justin dengan terburu-buru mengikuti ern.

"Ern kau tidak menjawabku."

Ern tetap berjalan dan sekarang ia menuruni tangga. Sementara justin berhasil berjalan di sampingnya. Justin melihat wajah manis dengan kulit yang sangat putih itu menitikan air mata.