Rachel benar-benar dibuat kesal dengan keberadaan Jenny di rumahnya.
Jenny adalah salah satu sosok perempuan ular yang ditakdirkan Tuhan untuk membuat hidupnya selalu terkena kesialan.
Jenny masih terduduk di ruang tamu dengan gayanya yang selalu ia buat selemah mungkin agar kebusukannya tidak tercium oleh siapapun termasuk paman dan tante Rachel.
Rachel tidak memperdulikan keberadaan Jenny di rumahnya.
Saat Jenny, Delon dan Rachel berjalan bersama untuk masuk kedalam rumah. Rachel hanya menjawab pertanyaan dari Delon singkat. Mungkin Delon tahu perubahan sikap yang kini dirasakan Rachel.
Rachel membuang tubuhnya di atas kasur besarnya. Matanya memejam menikmati rasa lelahnya hari ini.
"Bodo amat lo mau kesini atau nggak. Dasar perempuan ular," gumam Rachel yang masih dengan keadaan semula.
"Gue heran, sebegitu banyaknya manusia. Kenapa gue diberi Tuhan saudara kayak Jenny."
Rachel terdiam sembari mengingat kembali kenangan buruknya saat bersama Jenny waktu kecil. Kenangan yang tidak mungkin dapat Rachel lupakan.
Gue nggak akan maafin lo seumur hidup gue.
Sedangkan Delon lebih memilih untuk menenangkan hati dan pikirannya di bawah guyuran air shower.
"Kapan aku bisa mengakhiri semua ini," kata Delon sembari memegang kepalanya di bawah guyuran air shower.
"Eh, Jenny kapan kesini? Kok nggak telpon tante dulu?" ucap Martha sembari memeluk tubuh Jenny dengan lembut.
Jenny membalas pelukan Martha dengan senyum sebaik mungkin, seperti biasa. "Baru saja, tan. Rachel menyuruhku menunggu di sini katanya dia akan memanggil Tante ...,"
"Tapi, Rachel belum juga turun," tambah Jenny dengan raut wajah sedihnya agar aktingnya semakin natural.
Martha menaikkan satu alisnya mendengar ucapan dari Jenny. Pasalnya putrinya tidak menemui dirinya atau mengatakan jika ada Jenny di lantai bawah.
"Anak itu memang nakal. Maafkan Rachel, ya. Rachel mungkin lupa memberitahu Tante," balas Martha dengan tersenyum bersalah.
"Tidak apa-apa kok, Tan. Aku bisa memaklumi kalau umur kami memang terpaut jauh."
Tidak menunggu lama akhirnya Rachel memutuskan untuk turun menemui Jenny dan Rachel pikir mamanya pasti sudah turun. Dan benar, mamanya telah berada di sana.
Rachel mendengar semua perkataan bohong yang telah Jenny buat untuk membuat Rachel dimarahi Martha.
"Maksud lo tuh, lo tua dan gue masih muda gitu?" sahut Rachel dengan sedikit tertawa ringan sembari menuruni anak tangga.
"Rachel...," panggil Martha lirih mengingatkan putrinya.
Sedangkan Jenny langsung menatap kedatangan Rachel tajam. "Kan memang seperti itu. Kau bahkan jauh lebih muda dariku. Jadi, mungkin jiwa kekanak-kanakanmu belum hilang," balas Jenny dengan menekan di setiap katanya.
"Oh, ya? Mau lihat jiwa kekanak-kanakan gue?" Rachel sudah mendudukkan dirinya di depan Jenny dengan seringai di bibirnya.
"Sudah terlihat bukan?"
Martha hanya bisa melihat perdebatan yang biasa dilakukan oleh putrinya dan Jenny. Martha tidak pernah tega jika memihak dari salah-satu dari mereka.
"Lo lihat di sana. Dia akan memilih duduk di mana. Gue bakal nunjukin jiwa kekanak-kanakan gue." Rachel menunjuk keberadaan Delon yang telah berubah menjadi lebih tampan dengan style baju rumahan berjalan menuruni anak tangga.
"Lon, sini. Kamu urus dua adikmu ini. Mama pusing." Martha langsung berhambur kearah dapur. Martha selalu dibuat pusing jika Jenny dan Rachel dipertemukan.
Delon mengangguk. Lalu mengikis jaraknya lebih dekat. "Ada apa?" tanya dingin Delon yang telah memilih duduk di samping Rachel.
Hahaha.. sukurin. Kepanasan deh lo di sini. Liat nih aksi gue, perempuan ular. Beraninya lo ngefitnah gue ke mama.
Jenny yang melihat Delon lebih memilih duduk dengan Rachel langsung menampilkan semburat amarah dan kesalnya.
Padahal Jenny sudah mengatakan isi hatinya kepada Delon. Tapi, Delon malah memilih Rachel.
Namun perjuangan Jenny tidak akan berakhir di sini.
Rachel... Rachel. Lihat saja nanti, apa yang akan kamu lakukan jika kamu mengetahui kebenaran Delon siapa.
Rachel tersenyum menang. Delon tanpa sadar memilihnya dalam duel maut antara saudara itu.
Rachel mulai melancarkan aksi-aksi yang akan membuat Jenny melangkah pergi dengan sendirinya.
"Kak, kenapa rambutmu masih basah sih? Di sini juga basah...," Rachel mengulas wajah Delon yang sedikit terhiasi dengan tepian air dari rambut basahnya.
Delon terkejut dengan perlakuan manis Rachel. Karena sedari tadi Rachel hanya membalas pertanyaannya dengan 2 kalimat saja, antara ya dan tidak.
Rachel meleparkan tatapan seringai kearah Jenny. Jemari Rachel masih bermain di area wajah Delon, tanpa larangan dari pemiliknya.
Ada apa dengan Rachel? Kenapa bisa berubah dengan begitu cepat?
"Hm.. memang basah," jawab Delon bingung. Delon tidak tahu harus menjawab pertanyaan Rachel apa. Karena nada suara pertanyaan Rachel sangat membuat Delon tegang.
Rachel mendekatkan tubuhnya lebih dekat dengan Delon. Lalu berpura-pura menyakan parfum apa yang Delon pakai dengan meniup napas halusnya di sekitar leher kekar Delon tanpa Rachel sadari.
Benar adanya Delon langsung dibuat panik dengan serangan-serangan kecil dari Rachel namun selalu bisa membuat hasratnya membuncah tinggi.
"Kakak ganti parfume? Kenapa baunya seperti berbeda dari kemarin?" tungkas Rachel sembari mencium aroma parfume yang melekat pada tubuh Delon.
Hingga tanpa sadar Rachel melihat keberadaan jakun Delon yang bergerak naik-turun hingga membuat Rachel susah untuk menelan salivanya.
Lalu pandangan Rachel semakin merambat hingga Rachel dapat melihat bibir tipis milik Delon sampai kedua mata mereka bertemu.
Dipersekian detik Delon tidak dapat mengalihkan pandangannya kepada Rachel, hingga suara Jenny membuyarkan pandangan mereka.
Sialan Rachel... beraninya dia menatangku!
"Aku pulang. Tolong titip ini untuk tante." Jenny pergi tanpa berpamit kepada Martha. Jenny pulang dengan keadaan kesal melihat adegan yang menjijikan baginya.
Dasar perempuan ular. Lo 'kan yang panas? rasain.
Jenny di sepanjang jalan selalu meremas tangannya. Tatapannya panas memburu. Rachel sudah berani bermain dengannya. Jenny akan membuat hari ini sebagai hari pembalasan yang lebih sakit bagi Rachel.
"Maaf, Kak." Rachel mendorong tubuh kekar Delon hingga mengenai punggung sofa.
Rachel segera bersanjak dari duduknya. Rachel ingin meninggalkan Delon dan kembali kekamar karena tugasnya juga sudah selesai.
"Mau kemana?" Delon dengan cepat menahan tangan Rachel.
"Kamar," jawab singkat Rachel.
Delon yang mendengar itupun langsung menarik tangan Rachel hingga tubuh Rachel mau tidak mau harus terduduk kembali.
"Ada apa lagi sih?" dengus kesal Rachel. Rachel masih kesal dengan Delon karena telah membawa Jenny kerumah mereka.
"Kamu harus bertanggung jawab karena telah menggodaku." Delon semakin mendekatkan wajahnya menatap lekat mata indah Rachel.
"Menggoda? Aku tidak pernah menggodamu... itu hanya emmph," ucap Rachel yang terpotong karena Delon sudah menciumnya.
Rachel membulatkan matanya saat Delon mulai menekan tengkuk Rachel agar ciuman Delon lebih dalam.
"Euhh... Kak," lenguh Rachel.