Chereads / HE ISN'T MYBROTHER / Chapter 10 - Tawaran Pertunangan (Delon)

Chapter 10 - Tawaran Pertunangan (Delon)

Setelah pergulatan panas yang telah mereka lakukan. Delon dan Rachel sama-sama merutuki diri mereka masing-masing.

Jika Rachel tidak mendengar langkah kaki yang mulai berjalan mendekati mereka mungkin saja Delon masih terbawa hasratnya untuk merasakan sentuhan Rachel.

Untung mama Martha datang di waktu yang tepat sehingga Rachel dapat melepaskan kungkungan dari Delon dan berlari cepat kekamar sebelum mamanya datang.

"Astaga... apa yang tadi gue lakuin?" Rachel menyentuh bibirnya yang masih basah karena sisa saliva Delon.

"Gue pasti udah gila." Rachel masih bisa membayangkan bibir Delon menyentuh bibirnya.

Sedangkan Delon juga sudah berada di kamarnya menatap dirinya di depan cermin kamar mandinya.

Delon menggeleng seraya tersenyum geli saat hasratnya sudah tidak bisa dikendalikan tadi. Delon juga masih bisa merasakan betapa lembutnya bibir Rachel hingga detik ini.

"Aku benar-benar sudah gila karena Rachel." Delon menggoreskan senyum tampannya setiap mengingat aksinya tadi.

Waktu makan malam sudah tiba. Jeno dan Martha telah berada di ruang makan untuk menikmati makan malam bersama.

Jeno menatap kedua kursi anak-anaknya yang masih kosong. Biasanya putrinya selalu tepat waktu datang. Tapi, malam ini Jeno malah mencari putrinya yang entah di mana.

"Ma, Rachel di mana?" tanya Jeno pada istrinya yang sedang menata menu makanan di meja makan.

Martha mengendikkan bahunya menjawab suaminya. "Mungkin masih di kamarnya, Pa."

"Tadi Jenny ke sini ...," tambah Martha.

"Lalu?" balas Jeno santai.

Martha menghela napasnya sejenak lalu menananggapi kembali pertanyaan Jeno.

"Seperti biasa. Rachel membuat Jenny pulang. Aku tidak habis pikir dengan putrimu itu," desah kesal Martha sembari mendudukan dirinya di samping suaminya.

"Pantas saja kakak memintaku untuk mempertimbangkan pertunangan Delon dengan Jenny," tambah Jeno.

"Benarkah?" tanya Martha terkejut dan diangguki Jeno.

"Huh... sudahlah, Pa. Bahas itu nanti."

"Bi Rina tolong panggilkan Rachel dan Delon ya," ucap Martha. "Baik Nyonya," jawab Bi Rina dengan sopan.

Bi Rina mulai berjalan kearah kamar Delon terlebih dulu lalu kearah kamar Rachel. Karena jarak yang lebih terdekat memang kamar Delon.

"Tuan muda Delon dipanggil nyonya besar untuk makan malam," ucap Bi Rina sedikit berteriak.

"Iya, aku kesana sebentar lagi."

"Baik Tuan muda."

Bi Rina mulai mengayunkan langkahnya kearah kamar Rachel. Kamar yang tidak pernah dikunci oleh pemiliknya.

Dengan mengetuk terlebih dulu bi Rina memanggil Rachel dan menerima jawabannya sama dengan Delon.

Namun dengan langkah cepat Rachel membuka pintunya hanya menyisakan seperempat jarak antara dirinya.

"Bi Rina ... sini," Rachel memajukan jemarinya menyuruh bi Rina mengampiri dirinya kembali di ambang pintu.

"Ada apa, Non?" tanya bi Rina sopan.

Rachel menoleh kekanan lalu kekiri dengan mata waspada searah pada pintu kamar Delon yang masih tertutup. Rachel menghela napas leganya saat melihat pintu Delon masih tertutup rapat.

"Ada apa sih, Non. Bikin bibi penasaran aja," ungkap bibi Rina mulai ingin tahu.

"Ka... kakak, di ... mana?" tanya Rachel sembari berbisik pelan.

Bi Rina mengangkat satu alisnya saat Rachel membisikkan pertanyaan itu.

Tidak biasanya nonanya menyakan keberadaan kakaknya. Bibi Rina pikir Rachel memang sedang menyesuaikan keadaannya kembali dengan Delon setelah bertahun-tahun lamanya.

"Bibi tadi memanggil tuan muda tapi sebentar lagi katanya mau turun Non," jelas Bi Rina yang diangguki paham Rachel.

"Non, ganti baju dulu. Ih... malu, masak masih andukan kayak gitu," kata Bi Rina memperingatkan keadaan tubuh ramping Rachel yang hanya tebalut lilitan handuk saja.

Rachel membalas dengan senyum malunya sembari membenarkan lilitan kain di atas kepalanya.

"Ini mau ganti. Bibi sih cepet-cepet kesini, jadi lupa kan," ngeles Rachel dan dijawab dengan senyum khas bi Rina.

"Alasan aja. Ayo cepetan Non, sudah ditunggu nyonya dan tuan." Rachel mengangguk sebagai jawabannya lagi.

Bi Rina akhirnya pergi dengan membawa jawaban dari para majikannya dengan puas.

Kini tinggal membereskan dapur dan segera pulang karena bi Rina sudah meminta ijin kepada Martha untuk mengurus putrinya yang sakit demam selama seminggu.

"Untung kakak belum keluar. Gue harus lebih dulu dari dia. Pokoknya jangan sampai ketemu!" gumam Rachel di balik pintunya yang sudah tertutup.

Rachel benar-benar malu dengan perbuatannya yang telah memprovasi Delon untuk merebut ciuman pertamanya.

Padahal hatinya sudah bertekad menghilangkan perasaannya kepada Delon. Namun karena ciuman itu, hati Rachel semakin dibuat bingung.

Intinya sangat malu. Bahkan setelah kejadian itu Rachel selalu menghindari bertatap muka dengan Delon.

Tapi, tidak untuk Delon. Pria itu seakan tidak menunjukkan ekpresi berlebihan seperti Rachel.

Ekpresi Delon seperti tidak pernah menunjukkan pernah terjadi apapun di antara mereka. Dan itu membuat Rachel sangat kesal namun saat ini dia juga tidak bisa melakukan apapun.

Rachel sudah bersiap dengan piayama tidurnya. Lalu mengintip terlebih dahulu di lubang angin (kunci) melirik kekanan-kekiri dan Aman.

Rachel langsung keluar tanpa menunggu apapun. Dengan langkah terburu-buru Rachel akhirnya sampai di meja makan.

"Malam, Pa--Ma ...," sapa Rachel dengan napas naik-turun.

"Malam, Sayang. Mana kakakmu?" tanya Jeno sembari mengedarkan pandangannya mencari Delon.

Rachel menggerakkan bola matanya kesembarang arah untuk menanggapi pertanyaan Jeno. "Entah. Rachel kan baru sampai, Pa."

"Yasudah... yasudah duduklah," suruh Jeno dan Rachel pun menuruti.

Tidak berapa lama Delon turun dengan wajah seperti biasa selalu tampan dan segar.

Rachel yang mendengar langkah kaki Delon pun langsung meringsuk malu.

Jangan sampai terlihat Delon. Rachel pasti akan sangat malu. Ini adalah pertama kalinya mereka bertemu kembali setelah kejadian itu.

"Boy! Cepetlah kesini," panggil Martha antusias. Delon hanya membalas panggilan mamanya dengan tatapan indah Delon sembari langkah kakinya mengayun semakin dekat dengan meja makan.

"Selamat malam Pa... Ma,"

"Selamat malam, Adikku," tambah Delon sembari mengusap pucuk kepala Rachel.

Seketika membuat Rachel bulshing wajahnya terakat sedikit karena terkejut dengan usapan lembut dari Delon padanya.

"Selamat malam. Ayo makan bersama," ajak Jeno. Martha, Rachel dan Jeno mengangguk secara bersamaan.

"Sayang kamu harus banyak makan sayuran ini. Tugasmu harus bertambah lagi. Maafkan Mama, ya?" Martha menambahkan sayur di piring Delon.

Martha merasa sangat bersalah terhadap Delon telah membiarkan Delon menanggung semua permasalahan keluarga. Termasuk Jenny.

Keluarga Jeno sedang berada di dalam masa-masa sulit. Perusahaan dalam Negeri Jeno telah mengalami kebocoran data. Hingga membuat seluruh data penting hilang dan mengutungkan pihak lawannya.

Seluruh pemegang saham hampir menyabut saham mereka di perusahaan Jeno. Jika Tio tidak menopang sementara perusahaan Jeno sudah dipastikan perusahaan itu telah bangkrut.

Tapi, Tio hanya meminta putrinya Jenny untuk lebih dekat dengan Delon jika bisa hingga menikah.

"Tidak masalah, Ma. Aku juga sangat suka."

Martha mengguratkan garis senyum bahagianya mendengar jawaban dari Delon.

Martha tidak pernah menyesali kehadiran Delon di tengah-tengah pernikahan mereka. Meskipun Delon bukanlah anak kandungnya. Cinta dan kasih Martha pada Delon seperti ibu dan anak kandungnya.

"Bagaimana hubunganmu dengan Jenny, Boy?" tanya Jeno tiba-tiba. Bukan Delon yang terkejut. Tapi, malah Rachel yang tiba-tiba tersedak mendengar pertanyaan Jeno.

"Uhuk ...," Rachel tersedak.

"Yaampun ceroboh sekali kamu, Rachel. Nih, minum dulu." Martha memberikan air minum kepada putrinya. Rachel langsung menerima dan meminum

"Maksud Papa, apa ada perkembangan kearah hubungan serius?" tambah Jeno dan semakin membuat Rachel membulatkan matanya kearah Jeno.

Apa-apaan sih Papa! Kenapa bahas perempuan ular itu.

Delon menghentikan sejenak aktivitas makannya. Lalu mengarahkan matanya kearah Jeno.

"Hubungan serius?" Jeno mengangguk berharap jawaban Delon sesuai dengan apa yang ia harapkan.