Pilihan Zwetta tepat, kamar yang baru saja dia dan Suri datangi ternyata penuh dengan makanan. Suri yang sudah sangat kelaparan langsung mengambil satu potong paha ayam berukuran besar dan langsung memakannya dengan lahap.
"Hei..."
"Aku lapar," jawab Suri dengan santainya.
"Iya tapi kau tidak bisa langsung makan begitu saja, kita harus memastikan makanan ini aman untuk dikonsumsi," ucap Zwetta dingin, lebih dari lima tahun bekerja sebagai agen khusus membuat Zwetta selalu melakukan semuanya dengan penuh perhitungan.
Suri menelan makanan yang baru saja dia kunyah dengan cepat. "Makanan ini aman, buktinya aku baik-baik saja dan lagi mana ada makanan berbahaya seenak ini."
"Kau ini..."
"Aku lapar, lapar sekali. Terus menangis sejak kemarin membuatku sangat kelaparan," ucap Suri jujur seraya terus mengunyah daging ayam yang baru saja di gigitnya.
Zwetta menggelengkan kepalanya dengan cepat, mengabaikan Suri yang masih terus menikmati makanannya. Zwetta lebih memilih mengedarkan pandangannya ke sekeliling kamar tempatnya berada saat ini, mencoba membaca situasi di tempatnya berada saat ini. Merasakan ketenangan yang tidak biasa itu membuat Zwetta takut, instingnya mengatakan kalau penyewa kamar president suite yang baru dia terobos itu bukanlah sembarang orang.
Ketika sedang berusaha menormalkan detak jantungnya yang berpacu dengan cepat, tiba-tiba saja dari arah pintu depan terdengar langkah sepatu mendekat. Dengan sigap Zwetta langsung meraih lengan Suri dan menariknya paksa ke ruangan lain untuk bersembunyi, Suri yang masih lapar awalnya berontak karena masih ingin makan langsung diam ketika mendengar suara yang sudah Zwetta dengar sebelumnya.
"Aku takut," ucap Suri lirih.
"Diam dan jangan bersuara," sahut Zwetta cepat dengan suara yang nyaris tidak terdengar.
Ketegangan semakin terasa saat dua orang pria yang baru masuk ke ruangan itu berhenti tepat di samping tempat persembunyian Zwetta dan Suri, beruntung kedua gadis itu mampu menyembunyikan ketakutannya dengan baik hingga akhirnya kedua orang pria itu kembali meninggalkan ruangan itu ke arah pintu keluar.
"Tebakanku benar, yang menyewa kamar ini pasti bukan orang biasa," gumam Zwetta lirih.
"Hmm, kau bicara apa?" tanya Suri setengah berbisik.
Zwetta menggeleng cepat. "Tidak ada, aku tidak bicara apa-apa. Kau sudah kenyang kan? Kita bersiap keluar, ya."
Alih-alih mengiyakan ajakan Zwetta, Suri justru mencekal lengan Zwetta dengan kuat. "Aku masih lapar, paha ayam itu tidak cukup membuat cacing-cacing dalam perutku diam."
"Astaga Tuhan, kau ini. aku benar-benar kehabisan kata-kata menghadapimu, saat ini kita sedang melakukan kejahatan karena sudah menerobos kamar orang lain. Seharusnya kita segera kabur dari tempat ini selagi ada kesempatan, kau lihat sendiri tadi kan ada dua orang pria yang masuk?"
"Tapi aku sangat lapar, aku harus makan untuk mengembalikan energiku. Percuma kita keluar dari tempat ini kalau aku tidak bisa berjalan, aku akan menjadi beban untukmu dan kita akan tertangkap," jawab Suri cepat.
Zwetta menghela nafas panjang. "Kau boleh makan, tapi waktunya tidak boleh kurang dari dua menit. Setelah itu kita keluar dari tempat ini," tegas Zwetta dingin.
Suri tersenyum lebar. "Ok kakak bos, aku akan makan cepat setelah itu kita pergi. Tenang saja, Daddyku akan memberikan bayaran yang besar padamu karena sudah menolongku."
"Daddy," ujar Zwetta pelan mengulang perkataan Suri. "Rupanya kau anak Daddy, ya."
Tanpa rasa bersalah Suri tersenyum lebar. "Yes, im the princess."
Setelah berkata seperti itu Suri segera melangkahkan kakinya kembali ke arah meja yang sudah terisi banyak makanan untuk memuaskan puluhan cacing yang menyiksa perutnya sejak kemarin, namun niat Suri untuk kembali makan dengan tenang terganggu saat secara tiba-tiba seorang pria dengan rambut silver muncul dari balik pintu yang sebelumnya tertutup rapat. Pria itu bahkan juga hanya menggunakan selembar handuk yang menutupi tubuh bawahnya, selain itu dia polos. Tetesan air yang berasal dari rambutnya membuat tubuh lelaki itu terlihat semakin seksi. Oh mama...
"Siapa kau!!" hardik pria tampan itu dengan keras pada Suri yang baru saja meraih sebuah cupcake dari atas piring.
Wajah Suri pucat, dia terlihat panik. Dengan cepat Suri menoleh ke arah Zwetta sang malaikat penolongnya, berusaha meminta bantuan.
Zwetta yang sudah menduga hal semacam ini akan terjadi terlihat mengumpat kecil sebelum akhirnya meraih tangan Suri dan menariknya keluar menuju pintu yang saat ini tertutup rapat, niat Zwetta untuk membawa Suri keluar mendapatkan hambatan ketika sang pemilik kamar secara cepat meraih tangan Suri lainnya sehingga membuat Suri tidak bisa kemana-mana karena ditarik dari kedua sisi.
"Ouuchhh..ouchhh...."
"Penyusup kecil, beraninya kalian masuk ke kamarku. Sudah punya berapa nyawa, huh!" hardik sang pria tampan itu kembali pada Zwetta dan Suri yang saat ini sudah berada dalam genggamannya.
"Sakit, aw," erang Suri kesakitan saat merasakan cengkraman kuat di tangan kirinya.
"Cepat katakan, siapa yang mengirim kalian jika kalian masih mau...argghhh..."
Pria berambut perak itu menjerit keras saat sebuah vas bunga yang dilempar Zwetta mendarat di kepalanya, spontan tangan Suri pun lepas dari cengkramannya yang mana hal itu segera dimanfaatkan Zwetta untuk menarik Suri keluar.
Namun rencana pelarian Zwetta terhambat karena dari arah pintu tiba-tiba muncul enam orang pria berbadan besar yang masing-masing memakai ear piece ditelinganya, menghalangi jalan Zwetta dan Suri.
"Fuck, tangkap dua pelacur itu hidup-hidup."
Mendengar perintah itu dua orang bodyguard itu maju, berusaha meraih tangan Zwetta dan Suri seperti yang diinginkan sang tuan. Tapi Zwetta yang sudah terbiasa berada dalam situasi seperti dengan mudah berhasil menghindari para bodyguard itu, berbeda dengan Suri yang langsung tertangkap tanpa perlawanan.
"Run!"
Zwetta yang sedang berusaha melawan empat orang pria yang tubuhnya jauh lebih besar darinya itu menoleh ke arah Suri yang baru saja memintanya lari.
"Go, cepat pergi dan cari Daddyku. Jackson Clarke, dia pasti akan hmmmppp...." perkataan Suri terhenti saat mulutnya ditutup oleh bodyguard yang menangkapnya.
"Jackson Clarke..."
Suri mengangguk dengan cepat, kedua mata birunya membulat memberikan perintah pada Zwetta untuk segera pergi. Zwetta yang tidak bisa menolong Suri pun akhirnya memutuskan pergi, menyelamatkan dirinya meninggalkan Suri sendiri. Zwetta harus pergi secepatnya dari tempat itu dan mencari seorang pria bernama Jackson Clarke seperti yang diperintahkan Suri sebelumnya.
Bersambung