Christian melemparkan botol whisky terakhirnya ke aspal dengan penuh kekuatan, seketika pecahan kaca dari botol itu berhamburan ke udara sebelum akhirnya berjatuhan di aspal kembali. Tiga hari sudah berlalu sejak Suri di culik dan sampai detik ini belum ada satupun kabar baik yang sampai ke telinganya.
Sudah semua anak buah terbaiknya bekerja dan belum ada satupun yang berhasil membawa kabar baik tentang Suri, begitu pun dengan anak buah sang ayah. Keberadaan Suri benar-benar sulit dicari, gadis itu seolah memang tidak pernah ada. Jejaknya bersih, tidak ada satupun petunjuk yang tersisa. Christian memijat keningnya yang terasa sakit.
Mengingat Suri membuatnya teringat akan kondisi sang ibu yang saat ini nyaris kehilangan kesadarannya. Senyum di wajah cantiknya yang lembut menghilang, berganti dengan kesedihan. Mendung kelabu benar-benar meliputi keluarganya saat ini dan sialnya Christian tidak tahu harus berbuat apa lagi disaat semua cara sudah dia lakukan, mulai dari mempekerjakan polisi, menyewa detektif swasta dan merekrut preman jalanan untuk membantu pekerjaan anak buahnya.
"Kemana aku harus mencarimu Suri? Berikan aku sedikit saja petunjuk, berikan kami sedikit tanda tentang keberadaanmu Suri...Pulanglah sayang, Mommy sangat merindukanmu....Mommy benar-benar merindukanmu."Suara Christian terdengar semakin lirih, terlalu banyak minum alkohol selama tiga hari terakhir ini membuat tenggorokannya sakit.
Suara deru mobil yang datang membuat Christian mengangkat wajahnya, perlahan Christian menyipitkan kedua mata ketika lampu mobil menyorot tajam kearah wajahnya. Setelah berhasil mengenali sosok pengemudi mobil yang kini berjalan mendekat ke arahnya, Christian kembali menundukkan kepalanya.
"Tuan muda," panggil Kainer khawatir. "Apa yang anda lakukan di tempat ini?"
Dari tempatnya duduk Christian tersenyum kecut. "Dermaga ini adalah salah satu tempat favorit Suri untuk bermain sepatu roda tiap akhir minggu, Kainer."
Kainer menjatuhkan tubuhnya didepan Christian yang sedang duduk bersandar pada body mobil kesayangannya. "Anda tidak boleh begini, Tuan. Jangan buat Nyonya besar bertambah sedih."
"Aku tidak berguna, Kainer. Aku gagal menjadi kakak yang baik untuk Suri, seandainya saja saat itu aku tidak memaksa Suri datang ke Luksemburg mungkin saja saat ini Suri..."
"Jangan salahkan diri anda, Tuan. Ini bukan kesalahan anda." Kainer memotong perkataan Christian dengan berani. "Kejadian ini juga bukan kesalahan Asher seperti yang anda tuduhkan padanya, Asher sama seperti anda, Tuan. Dia sudah melakukan tugasnya dengan baik. Kasihan anak itu, Tuan. Sejak anda menolak berbicara dengannya Asher tidak berani menginjakkan kakinya di hadapan Tuan dan Nyonya besar, anak itu benar-benar terpukul dan hancur."
Christian mengangkat kepalanya dan menyandarkannya ke body mobilnya, menatap ke arah Kainer. "Suri tidak pernah pergi sendirian, Kainer. Anak itu bahkan tidak bisa menyisir rambutnya sendiri."
Kainer mengepalkan kedua tangannya mendengar perkataan Christian. "Tuan..."
"Aku harus bagaimana, Kainer? Aku kakaknya dan aku tidak tahu dimana dia berada saat ini, aku benar-benar tidak berguna."
Dengan berani Kainer mencengkram kedua pundak Christian. "Jangan bicara seperti ini, Tuan. Anda adalah Christian Clarke, anda dibesarkan dan dididik oleh Luis sang polisi khusus terbaik Luksemburg yang melegenda. Apa hanya sampai disini saja kemampuan anda? Apa yang akan dikatakan oleh Luis di surga sana ketika melihat cucu kesayangannya ternyata mudah putus asa dan gampang menyerah seperti ini?"
Air muka Christian berubah mendengar perkataan Kainer, sorot matanya terlihat kembali hidup saat nama sang kakek disebut oleh Kainer. Sejak Luis meninggal empat bulan yang lalu emosi Christian belum stabil, kehilangan sosok orang paling penting di hidupnya membuat Christian kehilangan pijakan.
"Anda pasti bisa menemukan Nona Suri, Tuan. Saat ini hanya anda satu-satunya harapan menemukannya, Tuan besar tidak akan mungkin bisa fokus mencari Nona Suri jika kondisi Nyonya seperti ini. Karena itu anda harus bangkit dan jangan menyalahkan diri sendiri, Nona Suri membutuhkan anda, Tuan," ucap Kainer kembali mencoba menyadarkan Christian dari keterpurukannya. "Anda adalah Christian Cyrillo Clarke, Tuan. Jangan lupa itu, anda punya kekuasaan besar di daratan Eropa."
Secara perlahan bibir Christian bergerak. "K-kita kembali ke Luksemburg sore ini, Kainer. Aku akan melakukan pencarian Suri dari Luksemburg."
Kainer berdiri tegak sembari memberikan pose hormat ke arah Christian yang masih duduk di atas aspal. "Siap Tuan, saya akan mempersiapkan semuanya."
****
Satu hari pasca Suri di culik.
"Hmmmpp...Hmppp..."
"Diam! Jangan berisik, sebentar lagi orang yang sudah membayarmu akan masuk. kau harus bersikap baik padanya dan jangan kecewakan aku anak manis," ucap Osbert pelan pada Suri yang saat ini sudah berada diatas ranjang besar dengan mulut yang sudah disumpal kain di sebuah hotel bintang tujuh di Zurich. Kedua kaki dan tangan Suri sudah diikat dengan tali yang langsung terhubung pada keempat sisi ranjang.
Osbert melakukan rencana B dengan membawa pergi Suri ke kota Zurich setelah hampir gagal karena kecerobohan anak buahnya, karena sudah menerima bayaran Osbert pun terpaksa meminta orang yang sudah membeli Suri datang ke Swiss. Setelah tahu siapa tanzanite yang sudah dia jual pada pengusaha asal Jepang, Osbert menjadi panik. Karena itu dia memaksa sang klien segera datang ke Jenewa bagaimanapun caranya untuk mengambil barang yang sudah dibelinya.
"Setelah Mr Yamada datang maka aku akan bebas dan kau gadis manis kau akan menjadi budak seks untuk lelaki itu," ucap Osbert kembali sembari tersenyum menatap ponselnya yang menampilkan pesan dari Mr Yamada. "Menangislah jika masih mampu, ayah dan kakakmu yang sombong itu tidak akan bisa menolongmu."
Air mata Suri mengalir dengan deras, seluruh tubuhnya bergetar hebat. Perkataan lelaki paruh baya yang berdiri di hadapannya membuat Suri ketakutan luar biasa. Melihat air mata Suri mengalir deras senyum Osbert semakin tersungging lebar, kalau saja bayaran yang dia terima atas Suri tidak fantastis mungkin saja Osbert sudah mencicipi tubuh Suri terlebih dahulu sejak kemarin.
Suara bel yang berbunyi dua kali membuat Osbert yang sedang duduk di kursinya langsung bangun, tidak membuang waktu dengan segara Osbert berlari menuju pintu untuk menyambut Mr Yamada.
"Apa-apaan ini?" tanya Osbert tergagap saat menerima todongan pistol tepat di lehernya.
"Masuk dan jangan berteriak jika masih ingin hidup."
Osbert menelan ludahnya, merasakan dinginnya ujung pistol di lehernya membuat lelaki itu akhirnya melakukan perintah dari sang tamu tak diundang. Detik selanjutnya semuanya berjalan cepat, Osbert jatuh pingsan dan ambruk ke lantai. Melihat penculiknya pingsan tangis Suri terhenti, kedua mata birunya bergerak-gerak menatap sosok berpakaian serba hitam di hadapannya.
"Shhh...jangan berisik Nona, aku harus menangkap mangsaku satu lagi."
Bersambung