"Alasan tidak masuk akal," cibir Christian kejam. "Ini zaman apa Elena? Masih saja percaya hantu!"
Elana mengerucutkan bibir, menyesali tindakannya yang baru saja menjelaskan alasannya takut pada rumah sakit. "Semua orang itu punya ketakutan sendiri-sendiri, Sir. Dan anda tidak berhak bicara seperti itu."
"Ok aku setuju dengan ucapanmu yang mengatakan semua orang punya ketakutannya sendiri-sendiri, tapi takut pada hantu di rumah sakit. Oh My God… itu adalah hal paling terakhir yang akan kupercaya, saat semua orang sudah berlomba-lomba memikirkan cara tinggal di Mars kau masih mengatakan di rumah sakit ada hantu. Come on, Elena."
Bicara dengan orang seperti Christian tentang hal-hal semacam itu memang tidak berguna. Christian selalu mengedepankan rasionalisme bukan hal berbau mistis yang disebut Elena.
"Ok, sudahi cerita tidak masuk akalmu itu. Sekarang kau masuk ke kamar dan beristirahatlah gadis keras kepala, turunlah saat makan malam tiba," ujar Christian dingin.
Meski tujuannya ingin memerintahkan Elena untuk tidur namun pilihan kata yang dipakai Christian benar-benar terlalu menyakitkan untuk didengar oleh seseorang yang masih sakit seperti Elena.
"Anda mau kemana jika saya tidur, Sir?" tanya Elena tanpa sadar, detik setelahnya Elena mengutuk dirinya sendiri yang sudah salah bicara.
Christian memiringkan kepalanya. "Tentu saja kerja, memangnya apa lagi yang bisa aku lakukan? Mencari hantu di rumah sakit begitu?"
"Sir!"
"Sudah jangan membantah, cepat kembali ke kamarmu. Jangan sampai aku berubah pikiran dan memaksamu bekerja sampai kau pingsan lagi," usir Christian kembali.
Elena yang tidak punya pilihan lain pun terpaksa mematuhi perintah Christian, lagipula dia sebenarnya juga sangat membutuhkan waktu untuk tidur. Sakit kepalanya masih belum sepenuhnya pergi ditambah lagi efek obat yang diminum sebelum keluar dari rumah sakit sudah mulai bekerja dan Elena tidak mungkin bisa menahannya.
"Kalau begitu saya permisi, Sir. Sampai bertemu nanti malam saat makan malam," pamit Elena sopan.
Karena Christian tidak kunjung memberikan respon, Elena pun akhirnya memutuskan segera berjalan menuju lift yang baru saja terbuka untuk naik ke kamarnya.
"Dasar Night King yang menyebalkan, sungguh menyesal aku berpamitan baik-baik padanya," ucap Elena dalam hati saat sudah lift sudah membawanya naik ke kamarnya, selama ini Elena menjuluki Christian dengan nama Night King sang tohoh antagonis yang berasal dari salah satu karakter serial favoritnya Game of Thrones. Sikap kasar dan dingin dari lelaki itulah yang membuat Elena menjulukinya sebagai tokoh antagonis dalam serial favoritnya itu.
Begitu lift berhenti di lantai tujuan, Elena segera keluar dari dalam ruang sempit itu dan bergegas menuju kamarnya. Elena tidak mau jika sampai pingsan lagi, Elena benar-benar tidak siap menerima semua cibiran bosnya yang menyebalkan itu jika sampai dirinya kembali pingsan. Setelah perjuangan yang tidak mudah, Elena pun berhasil sampai di depan kamarnya yang berada tepat di depan kamar Christian. Menggunakan key card berwarna hitam, Elena berhasil masuk kedalam kamarnya dengan selamat. Tidak lama setelah pintu kamar Elena ditutup, seorang pria berpakaian hitam putih segera berlari menuju lift dan masuk kedalamnya.
Setelah berhasil mengusir Elena untuk beristirahat, Christian lantas bergegas menuju restoran untuk melanjutkan pekerjaannya yang lain. Christian yang tidak suka diganggu ketika sedang bekerja memutuskan duduk di meja yang berada di paling ujung, tempat paling tidak favorit di restoran itu karena ruang geraknya yang terbatas.
Begitu mendaratkan bokongnya di kursi, Christian langsung membuka tablet pintarnya dan mulai bekerja. Meskipun sedang berada sangat jauh dari Luksemburg, namun Christian tetap bertanggung jawab pada tugasnya sebagai pimpinan. Ada jutaan jiwa yang kesejahteraannya harus dipikirkan. Tidak lama setelah Christian duduk, seorang pelayan datang membawakan pesanan Christian. Ketika meletakkan gelas berisi wine yang dipesan Christian, pelayan pria itu menganggukkan kepala perlahan memberikan kode pada Christian. Christian yang paham dengan kode non verbal yang baru diberikan kepadanya itu lantas merogoh saku bajunya, dia mengeluarkan uang pecahan seratus dolar sebanyak tiga lembar dan langsung memberikannya pada pelayan yang usianya tidak jauh dengannya itu tanpa merubah ekspresi wajahnya.
"I-ini banyak sekali, Tuan."
Bibir Christian menipis. "Anggap saja itu berkat untuk anak dan istrimu dirumah."
Kedua mata pelayan itu berkaca-kaca mendengar perkataan Christian. "Dari mana anda tahu saya sudah berkeluarga, Tuan?" tanya pelayan itu takut-takut.
"Ayahku, dia juga memakai cincin yang sama denganmu," jawab Christian pelan, menyinggung sang ayah yang selama hampir tiga tahun ini tidak pernah berbicara dengannya itu membuat dada Christian sedikit sesak. Menghilangnya Suri benar-benar sudah membawa kehangatan dalam keluarga Clarke.
Pelayan itu menyeka air matanya dengan cepat, baru kali ini ada tamu hotel yang bicara begitu baik seperti itu kepadanya. Karena tidak mau mengganggu, pelayan itu pun segera berpamitan dari hadapan Christian setelah mengucapkan terima kasih untuk yang keempat kalinya.
Christian menghela nafas panjang begitu pelayan yang mengantarkan wine kepadanya pergi. "Sungguh merepotkan," ucap Christian lirih.
Konsentrasi Christian kembali tertuju pada layar tablet digitalnya, pergerakan angka yang ditampilkan di layar digital itu membuat Christian tersenyum. Hasil penjualan perhiasan limited edition dari Clarke House of Jewel yang baru diluncurkan kemarin habis dalam waktu kurang dari enam jam dan ini adalah rekor baru untuk perusahaannya itu setelah pada musim kemarin berhasil menghabiskan seluruh barang yang dipamerkan dalam waktu enam setengah jam.
Perlahan jemari lentik Christian meraba layar digitalnya yang memasang wallpaper foto cantik Suri yang pernah menjadi model dari salah satu koleksi terbaik Clarke House of Jewel lima tahun yang lalu. Meski foto itu tidak pernah dipublikasikan atas perintah Jack secara langsung, Jack yang tidak suka jika Suri menjadi model atau semacamnya merasa risih jika melihat banyak mata yang menatap wajah dan tubuh indah Suri jika dia menjadi model. Karena itulah meski sesi pemotretan itu menghasilkan banyak foto Suri yang luar biasa, foto-foto itu tidak pernah tersebar keluar. Jack menyimpannya sendiri sebagai koleksi berharga.
Suri yang kala itu sudah yakin sekali akan menjadi model salah satu koleksi perhiasan milik keluarganya harus menelan kekecewaan ketika bukan fotonya yang tampil di billboard besar di tengah kota Luksemburg, Suri yang marah pun akhirnya mogok bicara pada sang ayah dan melakukan demo dengan memilih kabur ke Luksemburg menyusul sang kakak secara diam-diam tanpa memberitahukan kepergiannya kepada siapapun termasuk pada sang ibu. Jack dan Anne kala itu hampir gila saat tidak menemukan Suri di Jenewa, mereka nyaris mengerahkan interpol untuk mencari Suri kalau saja Christian saat itu tidak mengabari mereka soal keberadaan Suri di Luksemburg. Bisa dibayangkan betapa hancur dan terlukanya suami istri itu selama tiga tahun ini, kehilangan seorang putri yang dirawat dengan kucuran cinta kasih tiada bertepi.
"Adikku sayang, dimana kau berada sekarang?" ucap Christian serak dengan dada yang terasa sesak. "Pulanglah sayang, kami semua merindukanmu. Sangat merindukanmu… kakak merindukanmu cantikku Suri Mireya Clarke."
Areez yang baru saja tiba di restoran tempat Christian berada langsung menoleh mencari sumber suara yang baru saja menyebut nama lengkap Suri, meski tidak ingat nama belakang Suri namun Areez tahu jika nama Suri adalah Suri Mireya.
"Ada apa?" tanya Aldrich bingung melihat Areez seperti orang gila di restoran.
Nafas Areez naik turun. "Tidak, tidak ada apa-apa. Aku harus menghubungi rumah, aku ingin melihat kondisi Mira."
Bersambung