Karena efek obat, Elena baru bngun dari tidurnya saat pagi hampir menjelang. Dengan mata yang masih sedikit berkabut Elena meraih ponselnya yang berada di atas nakas, senyumnya mengembang saat melihat puluhan panggilan tak terjawab dari Night King beserta pesan yang jumlahnya nyaris sama.
Elena yang penasaran lantas membuka pesan itu dan tersenyum kecil saat membaca satu persatu pesan yang dikirimkan oleh sang bos.
"Rupanya monster es itu masih punya hati," ucap Elena dalam hati mengomentari pesan terakhir yang dikirimkan Christian.
Karena rasa laparnya tidak bisa ditahan, Elena akhirnya memutuskan untuk bangun dan mencari makanan. Namun baru saja turun dari ranjang, Elena langsung teringat kalau di kamarnya tidak ada makanan apapun. Hanya ada dua botol air mineral diatas meja.
"Jam tiga pagi, dimana aku harus mencari makanan selarut ini?" gumam Elena lirih. "Perutku tidak bisa diajak kompromi."
Setelah berpikir cukup lama, Elena akhirnya memutuskan untuk memesan makanan di salah satu restoran junk food terdekat dari hotel. Meskipun tahu jika junk food tidak bagus untuk dirinya yang masih belum sepenuhnya sembuh dari sakit, Elena tetap memilih membeli makanan itu. Elena tidak mau jika dirinya sampai terkena sakit maag karena hal itu akan lebih menyiksa lagi di masa depan.
Karena kurir dari restoran junk food yang Elena pesan sudah nyaris sampai di hotel, Elena lantas bergegas keluar dari kamar hotelnya dengan memakai scarf yang dia gunakan untuk menutupi tubuhnya. Elena tidak mau membuat sang kurir menunggu terlalu lama di lobby hotel, karena itu Elena menggunakan scarf untuk pengganti jaket.
Tepat ketika Elena keluar dari dalam lift, kurir yang membawakan pesanan Elena sampai di lobby hotel. Dengan setengah berlari Elena segera menghampiri sang kurir yang sedang bercengkrama dengan pihak keamanan.
"Ini makanan pesanan saya, tidak apa-apa," ucap Elena lembut pada dua orang security yang sedang mengintrogasi kurir yang baru saja turun dari sepeda motornya itu.
"Anda…"
"Saya Elena Wilson yang tiga puluh menit lalu memesan dua paket burger dan kentang goreng," jawab Elena cepat memotong perkataan sang kurir.
Sang kurir pun lantas memberikan makanan yang sedang dia bawa pada Elena begitu Elena memberikan uang kepadanya.
"Nona ini terlalu besar, saya tidak memiliki uang kecil untuk…"
"It's ok, ambil saja sisanya untukmu," ucap Elena lembut.
"Tapi ini banyak sekali Nona."
Elena yang sudah tidak sabar menikmati pesanannya tersenyum kecil. "Itu adalah ungkapan terima kasihku karena kau mau mengantarkan makanan selarut ini, jadi diterima saja."
Bukan hanya sang kurir yang tersenyum lebar, kedua security yang berada didekat mereka pun ikut tersenyum mendengar perkataan Elena. Setelah sang kurir pergi, Elena pun masuk kembali kedalam hotel setelah mendapatkan penolakan dari kedua security yang coba dia tawarkan makanan.
Dengan hati riang Elena segera masuk ke dalam lift, karena sudah tidak bisa menahan lapar akhirnya Elena membuka pembungkus burgernya dan mulai memakannya dengan satu gigitan besar. Namun naas sepertinya belum mau menjauh dari Elena, tepat pada saat Elena menancapkan giginya di burger tiga lapis yang luar biasa lezat itu pintu lift terbuka dan tepat di depannya terlihat seorang pria tampan sedang berdiri.
Karena tidak ada jalan mundur, Elena akhirnya tetap mengunyah burger yang sudah digigitnya dengan segera.
Pria yang sebelumnya menghentikan lift hanya menyipitkan matanya melihat tingkah Elena, melihat cara makan Elena yang barbar membuat pria itu sempat berdiri cukup lama di depan lift yang sudah terbuka cukup lama hingga akhirnya pria itu pun memutuskan untuk masuk ke dalam lift karena tidak mau menunggu terlalu lama. Begitu masuk ke dalam lift, dengan segera pria itu membelakangi Elena, mengambil jarak terjauh dari Elena yang sedang mengunyah burgernya.
Setelah satu menit berlalu, sang pria yang sedang membelakangi Elena secara mengejutkan membalik tubuhnya menghadap Elena yang baru saja menelan burgernya.
"Kau…kau gadis kurang ajar itu, bukan!!" pekik pria itu dengan keras sembari menunjukkan satu jarinya ke arah Elena yang terlihat kaget.
Elena mengangkat wajahnya, menatap ke arah pria yang berdiri tepat di hadapannya. Secara tiba-tiba Elena menutup bibirnya dengan satu tangannya saat berhasil mengenali sosok pria yang berada beberapa jengkal dengannya itu.
Areez yang baru saja kembali dari bar langsung menutup hidungnya saat melihat makanan yang dibawa Elena. "Apa bosmu itu tidak menggajimu dengan layak sehingga kau harus makan makanan sampah seperti itu?"
"Makanan sampah? Jaga ucapan anda, Sir!"
"Makanan yang ada di tanganmu itu Junk food, kan? Tidak ada sedikitpun kandungan gizi dalam makanan itu, jadi tidak ada yang salah dengan ucapanku," ucap Areez datar.
Elena yang tidak suka makanannya dicela lantas mengangkat dagunya lebih tinggi. "Kalau makanan ini tidak memiliki kandungan gizi memangnya kenapa? Lagipula yang memakan makanan ini adalah aku bukan anda, jadi anda tidak berhak mencela makanan yang saya makan. Dan satu lagi jangan menjelek-jelekkan bos saya, karena beliau jauh lebih baik dari anda."
Areez terkekeh. "Christian Clarke lebih baik dariku? Oh come on, dia tidak ada apa-apanya denganku. Dia hanyalah anak Daddy tidak sepertiku."
"Oh ya, lalu anda pria seperti apa?"