"Apa yang membuat Adinda termenung seperti ini, hem?"
Amira tersenyum kecut. Ia baru saja melihat dengan mata kepalanya sendiri bahwa ada seorang yang sengaja mengambil gambar dan bagi Amira itu sangat tidak bisa ditoleransi. Pergerakan rahasia yang sia-sia apabila sampai gambar yang diambil oleh seseorang menyebar ke media sosial atau ke kalangan tertentu yang memiliki kepentingan dengannya.
"Ada yang memotret kegiatan kita, Kakang."
"Siapa?'
Amira menggeleng. ia memang melihat pemotretnya namun tidak mengenal siapa dia karena ia yakin orang yang memotret adalah orang baru di istana.
"Apakah ada wartawan baru di istana?"
Rashid menggeleng, menyadari kebodohannya yang selalu ingin tahu kepentingan adiknya. Ia tahu Amira tidak akan menjawab pertanyaan bodoh seperti yang ia lontarkan tadi karena ada yang lebih penting yang akan ia bahas saat ini. Rashid mendehem. Menetralisir perasaannya dan mencoba bersabar menunggu jawaban Amira.