Chereads / I Want You to be My Love / Chapter 19 - Gadis yang menggalkan rencananya

Chapter 19 - Gadis yang menggalkan rencananya

Lala tidak menyangka bahwa Raka adalah orang yang akan menjadi bintang iklan dalam projectnya. Padahal ia dan pria itu bertemu beberapa waktu yang lalu.

Jadi, Raka adalah laki-laki yang dibicarakan oleh Sasya itu. Seorang penyanyi yang baru saja naik daun dan terkenal. Laki-laki yang Sasya sangat ingin bertemu dengannya. Lala tidak menyangka orang itu adalah laki-laki yang mengajarinya cara menggunakan lift itu.

""M—maaf, Pak Raka. Saya tim dari project itu. saya ditugaskan untuk menjemput Pak Raka," ucap Syifa tiba-tiba saja bicara formal.

"Eh? Ternyata kamu toh orang yang saya tunggu," kata Raka menatap Lala lekat.

Tiba-tiba saja pipi Lala memerah mendengar apa yang dikatakan laki-laki itu.

Eh? Kok gue jadi malu gini sih? Tanya Lala pada dirinya sendiri.

Raka bangkit dari tempat duduknya dan menyimpan ponselnya ke dalam kantung celana. "Yasudah kalau begitu antar saya ke studionya."

Berdiri berhadapan dengan laki-laki itu membuat Lala tersadar bahwa Raka memang tampan dan berbakat. Ia tidak menyangka di awal pertemuan gadis itu merasa biasa saja padanya. Sepertinya benar yang dikatakan oleh Sasya, laki-laki itu memang berkharisma.

Melihat Lala tidak bergerak dan diam memandanginya, Raka melambai-lambaikan tangannya di hadapan gdis itu. gadis itu pun tersadar dari lamunannya. "Kamu kenapa tiba-tiba bengong begitu? Kamu benar dari project itu? kenapa tidak mengantar saya ke studio?" tanya laki-laki itu bertubi-tubi. Lala pun meminta maaf padanya.

"Ah, ma—maaf, Pak Raka. kalau begitu Bapak ikut saya," kata Lala mempersilakan Raka.

Gadis itu berjalan duluan dan memberi kode pada Raka untuk mengikutinya.

Raka tersenyum kecil melihat kelakuan gadis itu. ternyata dia lucu juga, kata Raka dalam hati.

Laki-laki itu berjalan mengikuti kemana Lala pergi. Ia berjalan dibelakang gadis itu, ketika Lala berbelok dirinya ikut berbelok, ketika Lala memilih jalan lurus dirinya ikut lurus.

Dan sekarang keduanya masuk ke dalam lift. Lala memencet tombol pada lift tersebut kemudian pintu pun tertutup dan mereka naik ke lantai tujuan. Raka tersenyum bangga dan berkata, "wah, kayaknya kamu sudah mahir memakai lift ini."

"Ah, hehehe … itu hal yang biasa kok, Pak Raka. justru akan dikatakan udik kalau tidak bisa menggunakan lift," kata Lala yang malu Raka memujinya sudah mahir menggunakan lift padahal laki-laki itu yang telah mengajarinya.

"Tapi yaaa … tetap saja saya merasa bangga. Karena ajaran say masuk ke otak kamu. Buktinya setelah saya ajari kamu cara memakai lift, kamu langsung bisa menggunakannya," Raka menggeleng-geleng kepalanya menatap Lala senang. Diperlakukan seperti itu, Lala pun malu. Pipinya memerah akibat pujian Raka.

"Hehehe … iya, ini juga karena Pak Raka yang mengajari saya," kata Lala dengan sopannya. Gadis itu membungkuk dan mengucapkan berbagai kalimat terimakasih pada laki-laki di hadapannya, kini gentian Raka yang malu. Ia seperti diperlakukan sebagai seseorang yang telah mengajarkannya sesuatu, padahal itu hanyalah cara menggunakan lift.

Raka menggaruk kepalanya yang tak gatal, ia benar-benar malu. Padahal dirinya hanya bercanda, tapi sepertinya Lala menganggap itu adalah hal yang serius.

"Ahahaha … iya, sama-sama," kata Raka menggaruk kepalanya yang tak gatal.

Kemudian suasan hening, keduanya tidak ada yang saling bicara.

"Hm … Lala," panggil Raka. Lala pun menoleh ke arahnya.

"Iya, ada apa Pak Raka?" tanya Lala pada laki-laki tersbeut. Raka sedikit tidak nyaman dengan panggilan 'Pak' yang diucapkan oleh Lala berulang kali.

"Hm … saya boleh meminta tolong?" tanya Raka pada gadis itu. Lala pun bertanya apa yang bisa ia bantu untuk laki-laki itu, Raka pun kembali berkata, "bisa gak kalau kamu jangan panggil saya dengan sebutan 'Pak'?"

Mendengar itu Lala menutup mulunya dengan kedua tangan. Gadis itu merasa bersalah karena Raka tidak nyaman dnegan panggilan yang ia pakai untuk laki-laki itu. ia pun segera meminta maaf pada Raka, gadis itu membungkuk dan berkata, "Ma—maaf, Pak Raka. Eh, maksudnya …"

Lala menggantung kalimatnya. Ia bingung memanggil laki-laki itu dengan sebutan apa?

"Panggil saja saya dengan sebutan 'Kak'. Panggil saya 'Kak Raka'."

"Oh iya, maaf Kak Raka, saya salah," kata Lala meminta maaf kembali.

"Iya, gak apa-apa," kata Raka dengan senyum manisnya.

Detik kemudian, lift berbunyi tanda keduanya sudah sampai di lantai tujuan. Pintu lift pun terbuka lebar.

"Kalau begitu, silakan Kak Raka. studionya ada di sebelah saya, Kak Raka ikuti saya saja," ucap Lala meminta laki-laki itu untuk mengikutinya. Raka mengangguk mengiyakan apa yang dikatakan oleh gadis itu.

Keduanya berjalan keluar dari lift, Adnan berjalan mengikuti kemana Lala pergi hingga akhirnya keduanya sampai di studio tempat dirinya akan mempromosikan sebuah iklan produk.

****