Lala mengikuti kemana Adnan pergi, keduanya memasuki lift dan turun di lantai dua puluh tiga.
Selama di perjalanan menuju ruangan sang Direktur dan karywan biasa itu saling diam. Keadaan hening karena tidak ada satu pun dari mereka yang bicara.
Lala melirik ke arah laki-laki itu dengan tatapan ketakutan, ia memikirkan nasib pekerjaannya yang baru saja tergabung di perusahaan ini. Kalau sampai dirinya dipecat, bagaimana bisa ia membayar uang kostan? Dan jika dirinya di pecat, bagaimana bisa ia pulang ke rumah dengan keadaan seperti ini?
Apa yang gue katakana ke Mama dan Papa kalau gue di pecat karena ngeledek Direktur perusahaan? Pikir Lala dalam hati.
Apa nanti gue bakalan dihukum yang berat sebagai balas dendam laki-laki ini?
Atau gue akan benar-benar di pecat dan di blacklist dari perusahaan mana pun?
Yang mana pun semuanya gak akan enak, batin Lala memikirkan apa yang akan terjadi padanya.