"Eh? Ternyata kamu toh orang yang saya tunggu," kata Raka menatap Lala lekat.
Tiba-tiba saja pipi Lala memerah mendengar apa yang dikatakan laki-laki itu.
Eh? Kok gue jadi malu gini sih? Tanya Lala pada dirinya sendiri.
Raka bangkit dari tempat duduknya dan menyimpan ponselnya ke dalam kantung celana. "Yasudah kalau begitu antar saya ke studionya."
Berdiri berhadapan dengan laki-laki itu membuat Lala tersadar bahwa Raka memang tampan dan berbakat. Ia tidak menyangka di awal pertemuan gadis itu merasa biasa saja padanya. Sepertinya benar yang dikatakan oleh Sasya, laki-laki itu memang berkharisma.
Melihat Lala tidak bergerak dan diam memandanginya, Raka melambai-lambaikan tangannya di hadapan gdis itu. gadis itu pun tersadar dari lamunannya. "Kamu kenapa tiba-tiba bengong begitu? Kamu benar dari project itu? kenapa tidak mengantar saya ke studio?" tanya laki-laki itu bertubi-tubi. Lala pun meminta maaf padanya.