Chereads / Hidup Beralaskan Duri / Chapter 15 - Cinta tapi Benci

Chapter 15 - Cinta tapi Benci

Sejak Pricilla putus dengan Riadi, Pricilla pindah kampus. Dia pindah ke Yogyakarta menyusul Anton. Mereka akhirnya bisa bersama lagi sebagai teman. Dua bulan Pricilla pindah, Anton tidak bisa menahan lagi perasaannya terhadap Pricilla.

Rumah Pricilla

Anton memberanikan diri untuk pergi menemui Pricilla di rumahnya. Selama hampir dua bulan Pricilla tinggal di Yogyakarta, Anton belum pernah bertemu orangtua Pricilla.

Tok .... tok .... tok ....

Anton mengetuk pintu rumah Pricilla.

"Hai .... Ton, ayo masuk!"

Anton menunggu di ruang tamu. Kemudian, Pricilla membuat minuman untuk Anton. Ketika Anton menunggu Pricilla, ada suara mobil datang. Pricilla pun datang membawa minuman untuk Anton.

Anton melihat ke luar dari gorden jendela. Samar-samar terlihat seorang laki-laki yang turun dari mobil itu.

"Siapa itu?" tanya Anton.

"Oh .... itu ayahku," Anton terkejut dengan kedatangan ayah Pricilla.

Laki-laki itu masuk dan disambut hangat oleh Pricilla.

"Ayah ....," sapa Pricilla.

Anton seketika langsung berdiri dan merundukkan setengah badannya pada ayah Pricilla.

"Siapa ini, Nak?" tanya Ayah Pricilla.

"Ini Anton Yah, teman kuliahku."

Ayah Pricilla menganggukkan kepala. Anton pun berjabat tangan pada ayah Pricilla.

"Halo, Om. Salam kenal saya Anton."

"Oh ya, Saya Rudy ayah Pricilla. Ya sudah, silahkan kalian ngobrol-ngobrol dulu. Ayah mau istirahat sebentar."

"Iya Yah," sahut Pricilla.

Anton dan Pricilla duduk kembali dan mulai mengobrol.

"Ton, tumben mau main ke sini?" tanya Pricilla.

"Iya nih, aku bosan makanya aku datang ke rumah kamu. Sekalian, ada yang ingin aku bicarakan."

"Oh ya? Apa?" tanya Pricilla.

"Duh .... gimana ya cara ngomongnya."

"Loh? kenapa bingung sih Ton?"

"Aku cuma mau bilang sama kamu, kalo aku ....," Anton terbata-bata.

"Aku apa?"

"Aku, suka sama kamu Pricilla. Aku cinta sejak kita kuliah di Jakarta. Dan, kamu adalah alasan aku pindah ke sini agar aku bisa lupa sama kamu."

"Wow ....wow ....wow .... sabar Ton. Aku masih enggak ngerti sama semua yang kamu bicarakan. Bisa kan pelan-pelan?"

"Pricilla, intinya aku cinta sama kamu," Anton memegang kedua tangan Pricilla.

Pricilla menghela napas dan tersenyum kecil pada Anton.

"Kenapa kamu hanya tersenyum?" tanya Anton.

"Akhirnya ....," Pricilla membalas sentuhan tangan Anton.

"Akhirnya kenapa Cill?" Anton penasaran dengan Pricilla.

"Akhirnya kamu menyatakan perasaan kamu sama aku. Sudah lama aku menunggu kamu bicara seperti itu. Meski akhirnya, aku memilih Riadi untuk jadi pacarku. Itu semua karena aku lelah nunggu kamu. Ya, seperti mau tidak mau."

Anton memejamkan kedua matanya dan sedikit meneteskan air mata.

"Pricilla, kenapa kamu tidak bilang? Maafkan aku ya," Anton mengusap kepala Pricilla.

"Tapi, saat ini aku belum bisa melupakan Riadi. Maaf To," Pricilla merundukkan kepala.

"Pricilla, aku akan bantu kamu melupakan laki-laki itu. Aku akan nunggu kamu agar bisa mencintaiku sepenuhnya."

"Laki-laki itu? kamu benci dengan Riadi? kamu kan teman dekatnya?," tanya Pricilla.

'Aduh .... keceplosan. Pricilla tidak boleh tahu kalau aku memang membenci Riadi sejak lama,' Anton bergumam dalam hatinya.

"Tidak Pricilla. Maksudku, Riadi kan sudah melukai kamu. Jadi aku kesal dengan dia."

"Terima kasih, Ton."

Pricilla memeluk Anton.

~~~

"Buka pintu! ....,"

Saat Anton pulang dari rumah Pricilla, dia melihat ada dua orang pemuda berbadan besar yang menggedor-gedor pintu rumahnya.

"Rasyid! .... keluar kamu!"

Laki-laki itu memanggil-manggil nama ayah Anton yang sedang tidak ada di rumah.

"Bang .... ada apa ini?" tanya Anton.

"Nah, ini dia. Kamu pasti anaknya Rasyid kan?" tanya laki-laki berkepala plontos.

"Iya, memangnya kenapa?" tanya Anton.

"Sekarang juga kamu harus kosongkan rumah ini. Karena, bapak kamu Rasyid punya hutang dengan bos kami sebesar lima ratus juta."

"Apa?" Anton sangat terkejut dengan semua perkataan laki-laki itu.

"Ayo cepat kosongkan rumah ini!"

Dua laki-laki itu mendorong Anton hingga terjatuh.

"Pak tolong, apa tidak bisa dibicarakan dengan baik-baik tentang masalah ini?"

"Heh, ayah kamu itu sudah sering bicara seperti yang kamu bicarakan ini. Sekarang tidak ada ampun. Cepat kosongkan rumah ini."

Anton pun masuk ke dalam rumah untuk mengambil baju-bajunya. Ia pergi dari rumah orangtua nya dengan hati yang gelisah. Anton pun menghubungi kedua orangtua nya yang sedang berada di Bandung.

"Halo Mah," rengek Anton yang duduk di halte bus.

"Anton? kamu kenapa?" tanya ibu Rani.

"Mah, aku diusir oleh dua orang laki-laki yang mengaku sebagai orang suruhan bos nya yang meminjami ayah uang."

"Astaga Anton."

"Aku ke Bandung ya Mah?" tanya Anton.

"Jangan, Nak. Kamu harus tetap kuliah di sana. Sekarang, kamu pergi ke kost yang disewakan teman Mamah ya Nak. Kamu tahu kan rumah Tante Rina? Nanti Mamah hubungi Tante Rina."

"Tapi Mah, aku nggak mau ada di Yogyakarta sendiri."

"Sudah lah Anton, kalau semua sudah selesai, Mamah sama ayah pasti akan pulang ke Yogyakarta."

Anton terpaksa pergi ke kost milik Tante Rina, teman Mama nya. Ia sangat sedih dengan keadaan yang menimpa dirinya dan keluarganya.

Saat sedang menunggu bus, Pricilla menghubungi Anton. Dia menanyakan

keberadaan Anton karena Anton tidak membalas pesan dari Pricilla.

"Halo, Anton kamu ke mana saja?" tanya Pricilla.

"Halo ....," suara Anton berbeda dari biasa nya.

"Kamu kenapa Ton?" tanya Pricilla.

"Tidak apa-apa Pricilla," Anton menutup telepon dari sehingga membuat Pricilla penasaran.

~~~

Keesokan harinya, Anton pergi mengunjungi rumah Pricilla dan meminta maaf karena kemarin menutup telepon secara tiba-tiba.

Raut wajah Pricilla sedikit kesal dengan Anton. Bagaimana tidak kesal, baru saja menjalin kasih, sudah hilang kabar.

"Aku minta maaf. Sungguh, kemarin aku benar-benar sedang pusing Pricilla."

"Memangnya ada masalah apa sih sampai kamu tutup telepon ku?" tanya Pricilla sembari menyilangkan tangan nya.

"Aku kena musibah. Aku mohon kamu mengerti ya," Anton memohon pada Pricilla untuk tidak berpikir macam-macam.

"Ya sudah, ada masalah apa?" tanya Pricilla.

Anton tidak mungkin menceritakan semua masalah yang sedang dihadapi keluarganya itu.

"Tidak apa-apa, sudah ya kamu jangan marah lagi."

Ketika Anton dan Pricilla duduk di ruang tamu. Ayah Pricilla keluar sembari menelepon. Anton hanya menganggukkan kepala pada ayah Pricilla. Ayah Pricilla pun keluar dan berbicara dengan seseorang di telepon itu.

(Gimana? Apa kamu sudah mengusir Rasyid dari rumahnya?) Ayah Pricilla menanyakan soal ayah Anton dalam telepon. Hal itu sontak membuat Anton terkejut karena mendengar nama ayahnya yang di sebut-sebut oleh Pak Rudy ayah Pricilla.

'Rasyid? usir?' gumam Anton dalam hati.

'Rasyid siapa yang dimaksud oleh Pak Rudy? apa jangan-jangan, Pak Rudy adalah bos dari dua laki-laki yang mengusirku kemarin?'

Anton semakin penasaran dengan Pak Rudy. Siapa sebenarnya ayah Pricilla.

~~~

Anton pulang dari rumah Pricilla, lalu ia menelepon ayah nya yang berada di Bandung.

"Halo Yah ....," sapa Anton dalam telepon.

"Iya Anton, ada apa Nak?"

"Yah, sebelumnya aku minta maaf karena lnacang bertanya soal ini pada ayah. Tapi aku rasa, aku butuh jawaban dari ayah."

"Katakan saja Nak."

"Begini Yah, apa ayah kenal dengan orang yang bernama Rudy?" tanya Anton.

"Pak Rudy? kamu tahu tengang Pak Rudy dari mana? tanya ayah Anton.

"Ayah jawab saja Yah."

"Anton, kamu jangan main-main dengan orang itu. Dia adalah orang yang meminjami uang pada ayah."

"Berarti, yang mengusir aku kemarin itu juga orang suruhan Pak Rudy?"

"Iya Nak," jawab ayah Anton.

'Ya Tuhan~' Anton menghela napas panjang.

Kenapa harus Pricilla yang menjadi anak dari seorang Rudy Hendarso!?