Chereads / Rivandy Lex : Classical Academy. / Chapter 34 - Pelajaran Saintek : Aurora - Biologi

Chapter 34 - Pelajaran Saintek : Aurora - Biologi

Keesokan harinya, hari terakhir penduduk Roshan bekerja karena mereka bisa istirahat di akhir pekan pada keesokan harinya. Mereka mengerahkan tenaga yang terakhir agar bisa istirahat dengan tenang.

Pelajaran biologi di hari Jumat adalah pelajaran yang ditunggu oleh siswa kelas I Saintek A karena Bu Misha memiliki ketertarikan tersendiri. Selain pembelajaran biologi yang baik, Bu Misha bisa bergaul dengan siswa dan siswi di sekitar, tak terkecuali Aurora.

Padahal, baru 2 pertemuan biologi. Namun, Bu Misha bisa menarik perhatian dengan magnet.

Suasana kelas I Saintek A cukup ramai, tidak ada yang terlambat sama sekali karena mereka akan dihukum oleh Bu Rivera, Guru Sejarah Roshan sekaligus Dewan Disiplin Akademi?  Hukumannya tidak main-main.

Kami bertiga, aku, Aurora, dan Evelyn kembali duduk di bangku, berdekatan denganku, kiri dan kanan. Kami bisa berkomunikasi sebelum belajar berlangsung.

"Hei, Rivandy! Kamu mau pergi jalan-jalan setelah pulang sekolah, desu? Aku punya sesuatu untuk menghabiskan waktu hari ini, desu."

"Sepertinya, tidak. Aku harus tidur setelah pelajaran biologi. Tidak etis jika aku tidur di dalam kelas. Aku akan dihukum berat jika itu terjadi."

"Kamu tidak boleh begitu, desu! Kamu cepat sekali lelah, desu."

Aurora mencoba memberanikan diri, mengungkapkan sesuatu yang penting. Evelyn terus menggoyang tubuhku dan merengek seperti anak kecil.

"Rivandy. Bolehkah aku menginap di apartemenmu? Sepertinya, buku biologi banyak tersedia di lemarimu. Ini untuk tugas nantinya."

"Iya benar. Aku juga berpikiran untuk menginap di apartemenmu. Itu sangat rapi, desu." 

Aku berusaha menghindar agar aku bisa istirahat dengan tenang. Tidak masalah setiap gadis memasuki apartemen lelaki. Namun, lebih bermasalah jika mereka bisa merusak rutinitas lelaki secara penuh.

"Itu ... Aku tidak tahu. Soalnya, aku membersihkan apartemen karena tidak ada pekerjaan yang lain." Aku menyahut, berusaha berpikir agar mendapatkan jawaban terbaik untuk mereka.

Tanpa disengaja, Evelyn memberikan respon yang tidak diharapkan, memaksakan diri untuk pergi ke apartemenku. Tujuannya tidak terlalu penting bagi mereka.

"Baiklah. Setelah pelajaran kedua selesai, kita langsung pergi ke apartemenmu, desu."

"Hei! Jangan memutuskan seenaknya! Habisnya, aku tidak ingin kalian berulah seperti Akishima." Aku membuang mukaku, tidak ingin menerima Evelyn dengan semena-mena.

"..." Aurora menggembungkan pipinya, kecewa dengan perkataan yang barusan.

Menciut, tidak bisa mengatakan dengan seenaknya. Itu bisa menurunkan motivasi gadis berambut kuncir kembar hanya menolak Evelyn.

"Ti-Tidak ada pilihan lain! Kalian boleh ke apartemenku. Tapi, kalian tidak boleh mengintipku mandi dan tidur denganku. Habisnya, itu bisa merendahkan harga diriku."

Mereka semuanya setuju, menerima perkataan dengan mudah. Dua gadis yang baik, tidak mudah protes ketika mendengarkan beberapa aturan sederhana.

Setelah perayaan kecil, lonceng akademi berbunyi dan pelajaran biologi dimulai. Semua murid akademi kembali duduk dan memulai pelajaran dengan menyambut Bu Misha.

"Baiklah, anak-anak! Sekarang, pelajaran biologi akan segera dimulai. Siapkan buku kalian! Jangan sampai kalian bolos pada pelajaran ini!"

Pelajaran Biologi dimulai, para murid langsung membuka buku akademi dan langsung menuju ke halaman yang ditujukan.

Kali ini, Bu Misha mengajarkan pelajaran tentang pelajaran Plantae, materinya masih berada di tengah jalan. Butuh 2-3 pertemuan lagi agar pelajaran Plantae itu berakhir dan kembali kepada penugasan.

Mereka memperhatikan gambar secara seksama. Terkadang gambar itu bergerak karena efek sihir di dalam buku itu. Tidak jarang, materi yang disampaikan bisa menggunakan sihir.

Setelah beberapa jam berlalu, pelajaran biologi selesai dan diperbolehkan untuk istirahat sejenak untuk mendapatkan ilmu di pelajaran yang lain.  Mereka juga membereskan peralatan sekolah mereka sebelum istirahat. Ini juga merupakan kerapian untuk diri mereka sendiri.

"Baik, anak-anak! Jika kalian tidak paham, kalian boleh mengakses perpustakaan yang disediakan di sana. Disarankan kalian juga meminjam buku itu jika waktunya tidak cukup."

"Baik, Bu." Para murid menyahut, mendengarkan saran dari guru biologi.

"Saya undur diri. Terima kasih atas waktunya. Sampai jumpa di lain pertemuan."

Mereka mengucapkan selamat tinggal kepadanya guru yang bisa diandalkan. Bu Misha sudah meninggalkan diri di kelas, berjalan kaki menuju ke ruang guru untuk mempersiapkan diri untuk mengajar di kelas lain, sebelum akhirnya memuji akhir pekan.

[***]

Tidak ada pelajaran sekolah lagi.  Pelajaran terakhir memulai akhir pekan yang ditunggu penduduk Roshan dan siswa siswi akademi. Waktu yang tepat untuk menghabiskan waktu kami sebelum akhir pekan dimulai.

Kami sudah tiba di apartemenku untuk bisa menjalankan aktivitas seperti biasanya. Seperti biasa, kami membuka sepatu dan menyimpannya di rak sepatu. Setelah itu, langsung beralih ke ruangan apartemen.

Pujian yang mereka lontarkan cukup membakar semangat. Namun, itu cukup memalukan karena dipuji oleh dua gadis itu.

"Bersihnya! Kamu yang membersihkan semua ini?"

"Tentu saja. Akishima seenaknya menyuruhku menggunakan pakaian maid perempuan. Selain itu, dia juga menyuruhku untuk membersihkan apartemennya juga." Aku merespon pujian Aurora, terlihat mengesankan.

"Kenapa kamu tidak mengenakan seragam maid itu lagi, desu? Itu sangat lucu, desu."

"Itu karena aku tidak mau merusak harga diriku. Kalau dia datang ke apartemenku,  tamatlah riwayatku!"

"Oh iya. Aku ingin mandi dulu. Jangan sentuh barang yang mudah pecah. Ini akan merepotkan jika membersihkannya." Aku berjalan untuk mengambil handuk sebelum mandi.

"Baik, desu."

"Baik."

Aurora dan Evelyn langsung berkeliling di apartemen itu. Cukup rapi dan tidak ada debu. Sama seperti seorang gadis yang merapikan ruangan setiap minggu.

Sementara Evelyn mengeksplorasi kamarku, Aurora justru memeriksa rak buku tebal yang tersusun rapi. Tangan Aurora langsung mencapai buku tebal itu dan memegang dengan erat agar tidak jatuh.

"Buku Ensiklopedia Biologi Edisi Spesial? Kenapa ada disini?" Aurora membaca dari judulnya, bertanya kepada dirinya sendiri tentang buku tebal itu.

Aurora langsung membaca sejenak. Buku tebal itu tidak menghalangi Aurora untuk membaca, rasa ingin tahu membuatnya membaca lembaran lebih banyak lagi.

Waktu terbuang hanya untuk membaca buku ensiklopedia biologi yang tebal minta ampun. 

Di halaman tertentu, Aurora menelusuri halaman itu. Wajahnya memerah dan tangannya terdiam. Tidak jelas isi dari lembaran yang dibaca. Aurora tidak ingin membaca lembaran yang terkutuk itu.

"Aurora. Kemarilah!"

"Iya. Aku datang." Aurora langsung menyahut panggilan itu sekaligus membawa buku berat itu.

Setiba di ruang tamu, aku dan Evelyn sudah berkumpul, tercium bau harum dari seorang lelaki di dekat seorang Lolita.

"Kamu memang wangi, desu. Pantas saja para gadis selalu ingin mendekatimu, desu."

"Tidak juga. Aku mandi dua kali sehari agar meningkatkan kualitasku saja." Aku menjawab enteng, mandi dua kali sehari itu penting.

Aurora mendadak mendatangiku, bertanya sesuatu yang penting mengenai buku yang dipegangnya.

"Rivandy. Kenapa buku ini ada padamu? Bukankah ini tidak boleh dibawa pulang?" Aurora bertanya, dengan nada bicara penasaran.

"Buku itu sudah dimiliki oleh paman dari lama. Jadi, aku bisa membacanya. Kepala sekolah juga mengizinkanku untuk memiliki buku ini dari setahun yang lalu."

"Curang! Pantas kamu sangat pintar hanya karena buku tebal ini." Aurora kesal, sudah mengetahui dibalik kecerdasanku yang membuat Bu Misha sakit kepala.

Perasaan seorang gadis memang menyebalkan. Kadang naik, kadang turun. Sulit diprediksi.

"Lagipula, kenapa ada lembaran seperti ini di buku tebal ini? Ini sangat memalukan, tahu!"

"..." Aku tidak bisa bicara setelah membaca lembaran itu, mematung seketika.

"Mengerikan, desu. Kamu memang penjahat, desu." Evelyn menjauhiku secara perlahan.

"Mana kutahu! Aku tidak pernah melihat lembaran itu di ensiklopedia. Aku bersumpah!" Lembaran itu menjadi mimpi burukku, entah kenapa lembaran itu merusak segalanya.

Aurora terdiam sejenak. Begitu juga dengan Evelyn. Mereka berdiskusi untuk membuat keputusan karena insiden lembaran itu. Mereka tidak akan mentolerir karena lembaran itu sudah mencoreng privasi mereka.

"Kalau begitu, kamu akan dihukum untuk mentraktir kami di kantin selama seminggu."

"Iya, desu. Kamu juga harus menerima ajakan kami selama seminggu, desu."

Terpaksa, aku menerima hukuman mereka. Hukumannya cukup ringan bagi siswa berprestasi sepertiku. Namun, setidaknya tanyakan terlebih dahulu kepadaku! Jangan buka lembaran seenaknya!