"Aku tidak akan menerima kekalahan ini." Akishima memang tidak mau kalah,
Kami berempat hanya menatap Akishima, tidak bisa bicara tentang masalah yang dianggap menyebalkan.
Namun, berbeda dengan Sheeran. Gadis berambut violet itu justru menghasut Akishima agar gadis egois itu menerima kekalahan tersebut.
"Ayolah! Kenapa kamu tidak mengaku kalah saja? Lagipula, kami tidak mempermasalahkan menang kalah. Ini hanya permainan." Tangan Sheeran menggeliat di bahu Akishima, memberikan sebuah persuasif.
Bukannya mendengarkan nasihat itu, Akishima malah termakan dengan respon menantang. Emosi bercampur menjadi satu ketika mendapat kekalahan dari sana.
"Tidak mau! Aku ingin bermain sekali lagi! Aku akan memastikan kamu akan menyesal karena bermesraan dengan pangeran!" Akishima membantah nasihat tersebut, mengepalkan tangannya sebagai nekat yang tak terbendung.
"Baiklah! Kalau itu maumu! Kita akan bertanding sekali lagi! Jika kalah, pemenang wajib memberikan hukuman pada yang kalah." Sheeran menunjuk dahi Akishima, menantang petak umpet ronde kedua.
Pertengkaran melalui mulut terasa membosankan. Aurora dan Evelyn seringkali melihat konflik yang keluar dari mulut mereka.
Rasanya, tidak ada untungnya ketika mengikuti pertengkaran itu. Mereka tidak sudi jika salah satu dari mereka dekat denganku. Aku memutuskan untuk istirahat sejenak dari permainan anak kecil tersebut.
"Anu ... Bolehkah aku pulang? Sepertinya, kalian harus bermain sekali lagi tanpa aku. Aku harus istirahat sekarang!"
Namun, dua gadis yang bertengkar menoleh ke arahku dan mencegahku pergi. Tatapan mereka terlihat memohon dan mengancam agar aku bermain kembali.
"Tidak boleh! Kau tidak boleh pergi kemana pun!"
"Itu benar! Kumohon, Darling! Kita main lagi yuk!"
Permohonan mereka terlihat menjanjikan. Rasanya, mereka tidak mau membiarkanku kabur begitu saja.
"Baiklah! Aku akan mengikuti permainan ini biar kalian puas."
Mereka bersorak gembira atas keberhasilan tersebut. Persuasif kepada pangeran tidak terlalu sulit dilakukan. Sekarang, tinggal menentukan siapa yang menjaga.
"Berdasarkan peraturan petak umpet, pemain yang pertama ditemukan ialah penjaga dan terakhir ditemukan adalah seorang pemenang. Tapi, karena Rivandy menemukan semua pemain, dia yang menang. "
Sheeran terlihat terkejut mengenai peraturan tersebut. Jadi, dia harus mencari semua pemain sampai selesai. Terlihat menyesal karena ingin ditemukan oleh seorang pangeran terlebih dahulu.
"Argh! Kenapa aku harus menjaga lagi?" Sheeran mengeluarkan air matanya, tidak bisa menahan penyesalan tersebut.
"Salah sendiri. Kau justru ingin ditemukan terlebih dahulu." Akishima terlihat menyombongkan dirinya, merasakan keberuntungan yang besar.
Setelah itu, konflik terus bertambah hanya karena pangeran tampan yang selalu bahan persaingan dari mereka sendiri. Itu sebabnya Aurora dan Evelyn tidak mau ikut campur dalam urusan mereka.
"Baiklah! Aku akan menjaga tempat ini dan siapa yang kalah, dia harus menjauh dar pangeran sekarang juga!" Sheeran pasrah dan memutuskan untuk menghitung sambil menutup mata
"Siapa takut?! Aku akan membuktikan bawah aku lebih baik daripada gadis yang hanya memikirkan percintaan saja." Akishima merasa tertantang, ingin membalas dalam permainan anak-anak.
Permainan petak umpet kembali dilanjutkan ketika Sheeran menghitung, dengan lokasi yang tidak bisa ditebak.
Tidak bisa dipungkiri dengan hitungan tersebut memang dipenuhi dengan persaingan ketat. Setelah menghitung, Sheeran berniat untuk melakukan pencarian, sasaran pertamanya adalah Akishima.
" ... 19, 20. Siap atau tidak, aku akan nencarimu!" Sheeran membuka matanya dan berjalan di lorong untuk mencari seseorang.
"Akishima. Dimana kamu? Aku ingin mencarimu! Banyak PR matematika yang harus dikerjakan sebelum dikumpulkan!" Sheeran berseru, berjalan dengan anggun dan penuh ketenangan.
Dua menit setelah pencarian itu, Akishima tidak ditemukan. Dari berbagai sudut pandang, tidak ada petunjuk yang bisa disimpulkan dari situasi tersebut.
Justru, Sheeran harus berpikir lebih cepat dan tepat agar bisa mengendalikan permainan petak umpet yang ada di tangannya.
Sheeran melihat seorang gadis yang bersembunyi di pintu kelas, terlihat rok dan seragam akademi dari pintu kelas tersebut. Sheeran memutuskan untuk menghampiri gadis itu dan rupanya Evelyn dari tinggi badan yang pendek.
Di balik pintu, sudah diketahui dengan pasti, bersedia untuk membuat Evelyn menunjukkan dirinya.
"Evelyn! Apa yang kamu lakukan di sini?"
Evelyn justru menangis keras, ditemukan terlebih dahulu karena cukup payah dalam permainan petak umpet tersebut.
"Kamu payah sekali jika bermain petak umpet. Untung saja, kamu tidak ditemukan Darling karena dia menemukanku lebih awal."
Evelyn tidak nyaman, keluar dari persembunyian dan tidak menatap Sheeran sama sekali. Justru Sheeran menertawakan hal kecil karena memperlakukan Evelyn seperti anak kecil.
"Sepertinya, kamu kesal. Sudahlah!"
Sheeran dan Evelyn berjalan sambil menjaga jarak, tidak ingin membuka perasaan mereka karena Evelyn ditemukan lebih awal. Jadi, mereka
Setelah mencari cukup lama, Sheeran menemukan Saphine di ruang labolatorium, membaca buku tebal
Mereka sudah menduga aktivitas Saphine ketika pelajaran akademi sudah selesai. Mereka sudah memeriksa di perpustakaan. Namun, tidak ditemukan sama sekali.
"Kamu ketahuan. Kamu selalu menyendiri di perpustakaan dan labolatorium. Tapi, aku tidak menemukanmu di perpustakaan. Jadi, aku ke sini."
"Kamu memang hebat Sheeran. Instingmu cukup tajam."
"Oh iya. Ayo keluar dari sini! Kota beri pelajaran kepada gadis menyebalkan itu."
"Bagaimana dengan Evelyn? Aku tidak melihatnya di sini."
"Dia akan mencari persembunyian gadis lain da Rivandy. Kalau sudah bertemu, aku akan menemukan mereka dengan mudah."
"Dasar curang! Aku akan melihat permainanmu."
Saphine dan Sheeran meninggalkan labolatorium dan menyusul Evelyn yang sedang memantau persembunyian pemain lain.
Lambat laut, mereka menemukan dua pemain tersisa dalam cepat atau lambat. Tidak ada yang menyangka mereka bisa ditemukan sebelum waktu habis.
Evelyn telah membeberkan tempat persembunyian kepada Sheeran, mendapatkan alat yang bisa digunakan untuk menyelesaikan permainan lebih cepat. Setelah Evelyn mengetahui dimana mereka bersembunyi, mereka akan melaporkannya kepada Evelyn.
Akishima ditemukan di balik papan pengumuman akademi. Sementara itu, Aurora malah ditemukan di dalam gudang penyimpanan.
Setelah ditemukan, mereka merasa dirugikan, melihat Evelyn memantau keadaan mereka dan menyalurkan amarah mereka kepada Sheeran, gadis yang menggunakan trik curang.
"Tunggu! Bukankah itu terlalu curang?!" Akishima mengoceh, tidak terima kenyataan bahwa mereka ditemukan.
Aurora sepemikiran, merasa dirugikan."Benar. Kamu menggunakan Evelyn sebagai alat untuk mencari kami, kan?"
Sheeran menyangkal, tidak ingin disalahkan karena keteledoran mereka, lagipula itu salah mereka sendiri.
"Salah sendiri! Kalian tidak mencari tempat yang lebih baik."
"Aku tidak terima kecurangan ini. Kau harus menerima hukuman." Tuntutan jari telunjuk Akishima didukung oleh Aurora.
"Enak saja! Aku tidak pernah melanggar aturan." Sheeran melawan balik, membalas tuntutan tersebut.
"Oh iya. Rivandy belum ditemukan. Sebaiknya, kita cari dia secepatnya." Saphine memberitahu, satu pemain belum ditemukan.
Mereka berhenti beradu mulut dan memilih untuk mencarinya. Evelyn belum kunjung datang belakangan ini.
"Benar juga. Sebaiknya, kita harus menemukan dia secepatnya." Akishima mendekati Saphine, segera untuk menemukan pemain terakhir.
"Darling! Aku datang!"
Awalnya, mereka bersemangat untuk menyambutnya, ingin memberikan ucapan selamat padanya. Mereka menari dengan mata dan fokus mereka.
Evelyn juga membantu mereka dari lokasi yang lain. Ingin tahu dimana dia bersembunyi. Terkadang mereka harus berpencar agar pencarian semakin luas dan bisa menemukan siswa pangeran.
Matahari sudah berada di puncak langit, tidak ada penghuni akademi selain mereka. Mereka semakin lelah dan tidak punya
Jadi, mereka memutuskan untuk kembali ke tongkrongan mereka, dengan tenaga yang sudah habis hanya untuk mencariku.
"Dimana dia sekarang? Aku capek mencarinya di seluruh akademi." Akishima kesal, mengacak rambutnya dengan frustasi.
"Darling! Kamu dimana?!"
"Dia sangat sulit ditemukan, desu."
"Dia adalah pemain terbaik." Aurora duduk di kursi, kakinya kram setelah berjalan cukup lama.
Ketika mereka duduk di kursi sambil memikirkan persembunyian terbaik, aku muncul dengan membawa masakan lezat, menghabiskan beberapa saat di dapur untuk memberikan kebutuhan mereka.
"Ah! Kalian. Kebetulan sekali. Aku membawakan sesuatu dari dapur. Aku harap kalian menikmatinya."
Bukannya mereka menerima dengan senang hati, mereka justru mengumbarkan kekesalan padaku.
"Jadi, selama ini kau ada di dapur?"
"Darling! Aku capek mencarimu!"
"Tunggu! Apa maksud kalian? Kenapa kalian marah?!" Sepertinya, aku tidak sadar dengan situassi ini.