Pelajaran akademi berakhir, murid akademi merayakan diri mereka setelah mendapatkan tugas yang akan dikerjakan nanti. Sementara itu, para guru harus mengurus beberapa berkas sebelum meninggalkan akademi.
Sebelum masuk kelas, Aurora dan Evelyn mengecek keadaanku yang pingsan mendadak. Mereka tidak bisa berbuat banyak karena Bu Magenta yang mengurus semuanya. Jadi, mereka bisa menjenguk ketika pelajaran kedua selesai.
Saat pelajaran kewarganegaraan selesai, aku keluar dari ruang kesehatan bersama mereka berdua, memastikan tidak ada kecelakaan yang terjadi di labolatorium.
Kini, kami bertiga berada di tongkrongan, bertemu dengan Saphine yang membaca buku lalu Sheeran sudah di tongkrongan sejak pelajaran akademi berakhir.
Aku hanya duduk dengan santai sambil melihat apa yang mereka lakukan saat ini, memandang seorang gadis membaca buku dan bergosip ria.
Akishima datang kepada kami dengan ajakan kepada gadis yang lain untuk melakukan aktivitas yang lebih menarik daripada hanya diam duduk tenang.
"Yahoo! Aku datang! Aku punya sesuatu yang menarik untuk kalian." Akishima menyapa, ingin mengajak gadis lain bermain.
Semua gadis termasuk aku menoleh ke arah Akishima, tertarik dengan apa yang dibicarakan gadis itu.
"Heh?! Apa itu? Aku ingin tahu." Keingintahuan Aurora aktif, mengabaikan kabar burung yang terus berlangsung.
"Apakah kita perlu menebak, desu?"
"Aku harap bukan sesuatu yang aneh." Kepalaku masih menyatu dengan meja tongkrongan, kehilangan tenaga
Akishima mendekati keempat gadis itu dan mengutarakan kesenangannya. Permainan adalah hal yang disukai oleh Akishima.
"Kita bermain petak umpet!" Mendengar itu, kami terdiam sejenak, tidak mengenal permainan itu.
"Sebelum bermain, aku akan memberikan penjelasan mengenai permainan ini. Yang pertama, kota harus mengundi siapa yang menjaga dan bersembunyi."
"Yang menjaga harus menutup mata dan menghadap ke tembok sambil menghitung angka dari 1 sampai 20. Setelah itu, dia harus mencari orang bersembunyi sampai ketemu."
"Jika tidak bisa menemukan pemain, maka dia akan kalah dan mendapatkan hukuman yang ditentukan. Ada pertanyaan?"
Setelah menjelaskan, semua gadis termasuk aku hanya terdiam, tidak terlalu mengetahui permainan itu.
"Akishima. Pemain yang menjaga ada berapa? Jadi, kita harus bersembunyi dari pemain yang menjaga itu agar kita bisa menghukumnya sesuka hati kita?"
"Tentu saja. Penjaganya ada satu. Jadi, kita harus bersembunyi agar bisa menang dengan mudah."
Setelah pertanyaan itu, Aurora mejadi bersemangat, ingin tahu lebih lanjut tentang permainan itu. Jadi, dia ikut bersama Akishima.
Tidak perlu waktu yang lama, Evelyn dan Saphine memutuskan untuk bergabung setelah reaksi Aurora tentang permainan tersebut.
"Aku juga ingin bermain, desu."
"Sepertinya, menarik. Setidaknya, aku ingin bermain sebentar."
Mau tidak mau, Sheeran harus mengikuti sebagai gadis itu. Meskipun tidak mengetahui permainan petak umpet itu, dia akan memainkannya.
Berbeda dengan mereka, aku tidak memiliki niat untuk mengikuti permainan anak perempuan. Aku beranjak dari kursi dan berniat meninggalkan mereka.
"Tidak. Terima kasih. Aku ingin pulang sekarang. Lagipula, aku harus pulang dan istirahat."
Akishima terlihat cekatan, menoleh ke belakang dan mencegahku kabur dari permainan anak-anak. Seharusnya, aku mengikuti permainan itu untuk memeriahkan suasana.
"Kamu tidak boleh kabur! Kamu harus bermain juga!" Akishima langsung memegang tubuhku dan mengangkat dan menggendongku dengan Fireman's Carry.
"Aku tidak mau bermain! Lepaskan aku!" Aku menjerit, gendongan tersebut membuatku tidak nyaman.
"Jangan kabur kamu! Aku akan menghukum pangeran sepertimu."
Terpaksa aku mengikuti permainan tersebut, tidak salahnya aku mengikuti permainan tersebut untuk bersenang-senang meskipun dipaksa pada akhirnya.
Terdapat 5 pensil yang dipegang Akishima. Mereka berkumpul untuk menentukan siapa yang mencari dan bersembunyi.
"Yosh! Sekarang, aku akan menentukan siapa yang jaga. Siapa yang mendapatkannya pensil pendek, maka dia mencari. Jika mendapatkan pensil panjang, kalian harus bersembunyi."
Semuanya memahami konsep tersebut. Namun, tangan kiri Akishima mengambil pensil juga agar terlihat adil dibandingkan yang lain dengan tangan kanannya.
Setelah mengambil pensil secara bersamaan, hanya aku yang mendapatkan pensil pendek. Semetara semua gadis mendapatkan pensil panjang.
"Tunggu! Kenapa aku mendapatkan pensil pendek?" Aku terlihat malang, mendapatkan pensil pendek.yang artinya menjaga.
"Tidak ada pilihan lain. Kau harus menghitung dulu lalu mencari kami."
Dengan keputusan itu, aku berjalan menuju tembok dan menutup mataku, mengisyaratkan agar mereka harus bersembunyi secepat mungkin.
"Aku hitung yah! Satu, dua, tiga, empat ...."
Hitungan tersebut terasa lambat, memotivasi mereka untuk bersembunyi lebih cepat. Semuanya berpisah untuk menemukan tempat yang lebih baik.
Setelah hitungan terakhir, aku membuka mataku dan meninggalkan sisi tembok untuk mencari mereka.
" ... 18, 19, ... 20. Siap atau tidak, aku datang!"
Aku berjalan dengan lancar, melihat sekitar dengan penglihatan tajam itu. Sepertinya, permainan ini cukup menarik dengan melatih otak dan mata.
[***]
Sementara itu, Sheeran masih bersembunyi dengan aman, dia terlihat nyaman dengan koridor yang jarang dilewati murid akademi. Tangannya menyatu dan terlihat berdoa dengan kepercayaannya.
"Oh! Bunda Maria! Aku ingin pangeran tampan menemukanku yang sesat nan bersalah ini! Tolong pertemukan aku dengan dia!"
"Amin!"
Dengan niat dan dia tersebut, Sheeran menunjukkan dirinya dengan memakai parfum yang dibeli di pasar setiap akhir pekan.
Hasilnya, bau wangi tersebar ke beberapa ratus meter. Hampir terlihat ingin ditemukan dengan cepat.
Aku sudah tahu dengan bau parfum itu, langsung menemukan jejak parfum yang tidak asing bagiku. Ketika sudah sampai di koridor itu, aku menemukan gadis dengan parfum di tangannya.
"Sheeran! Aku menemukanmu!"
"Darling!" Ketiak Sheeran ditemukan, dia mendatangiku dan memelukku dari samping, memegang tangan kananku dan menempatkan di dadanya."Akhirnya, kamu menemukanku!"
"...." Aku menghela nafas panjang, melanjutkan pencarianku dengan pelukan tersebut.
Anehnya, setelah beberapa menit ke depan, rasanya lebih mudah untuk mencari gadis yang bersembunyi.
Entah kenapa sejak Sheeran memelukku, keberuntungan ada di pihakku. Rasanya, menemukan satu gadis tidak lebih dari mencari garam di dapur.
Sebuah buku ditemukan di tengah jalan, rasanya tidak jauh dari sini. Degan itu, aku memanggilnya untuk mengambil buku yang tergeletak di jalan.
"Saphine! Bukumu ketinggalan di sini!"
"Eh?! Kenapa bisa?!" Saphine terkejut, menunjukkan dirinya dengan kepanikan tersebut.
"Sudah kubilang! Jangan bermain sambil membawa bukumu!"
Dua gadis ditemukan. Tinggal tiga gadis yang harus ditemukan. Kami bertiga berjalan sambil melihat kanan kiri.
Lagi-lagi, terlihat sehelai rambut di belakang vas bunga tersebut. Sepertinya, dia sedang duduk di belakang vas bunga besar itu. Badan Aurora tidak sampai 120 cm. Jadi, aku bisa menemukan dia dengan mudah.
"Aurora. Rambutmu terlihat! Sebaiknya kamu harus menyembunyikan rambutmu."
"Kyaa! Kenapa kamu bisa menemukanku?" Aurora terlihat menangis, menunjukkan dirinya di baik bas bunga besar itu.
"Makanya, jangan biarkan rambutmu terlihat! Aku bisa melihat rambutmu dengan jarak 300 meter dari sini." Aku menegurnya, memberikan saran.
"Jahat!"
"Aurora menang payah dalam bersembunyi." Sheeran mengejek Aurora, sangat disayangkan gadis cantik itu tidak bisa bermain petak umpet.
Setelah beberapa menit menemukan Evelyn, kami tinggal berjalan santai untuk menemukan Akishima. Evelyn terlihat kesal karena dikatai anak kecil ketika ketahuan.
Aku berjanji akan membelikan permen untuknya setelah permainan ini berakhir.
Di sisa waktu tersebut, mulut Sheeran berada di telingaku, membisikkan sesuatu yang penting. Ini adalah sebuah trik agar Akishima menunjukkan dirinya.
Sepertinya, Sheeran sudah tahu dimana Akishima. Dia ingin merencanakan sesuatu agar Akishima menunjukkan dirinya sementara yang lain masih memantau.
"Darling! Ayo kita pulang! Aku ingin berduaan di apartemen bersamamu." Sheeran berteriak dengan suara lembut, membuat sebuah provokasi.
"Jangan lupa untuk memberikan kecupan manis ketika sudah di sana!"
Setelah provokasi itu, Akishima menunjukkan dirinya, termakan dengan provokasi tersebut. Amarahnya tidak bisa dibendung karena tidak tahan dengan aksi mesra tersebut.
"Sialan! Kenapa kamu malah bermesraan dengan Rivandy?" Akishima mendekati kami dan semuanya tertawa karena mendapatkan hiburan gratis.
"Justru sebaliknya, kau malah mudah terpancing dengan
"Hah?! Rivandy! Jangan sampai kamu bermesraan dengan dia! Dia licik seperti iblis!"
"Enak saja? Aku ke Gereja Saint Peter setiap Minggu, kau tahu!"
Setidaknya, perkelahian ini mengakhiri ronde pertama.