"Ma--Maaf, maaf! Aku kira tadi kalian itu mau menyusup atau semacamnya karena bertingkah aneh. Jadi, makanya, aku bertindak waspada seperti itu. Maaf ya?"
Kakak itu membungkukkan badannya sedikit sembari menempelkan kedua telapak tangannya untuk meminta maaf.
"Ah, tidak, tidak apa-apa kok. Kami juga salah karena langsung masuk saja tanpa seijinnya."
"Ehe He He, sekali lagi, aku minta maaf. Maaf-maaf, kupikir tadi itu kalian orang jahat."
Sepertinya, dia mengira jika kami ingin merampok atau semacamnya karena tingkah kami yang mencurigakan. Tetapi..., memangnya wajahku tampak semencurigakan itu ya sampai-sampai dia dapat berpikir seperti itu...?
Yang muncul dari balik pintu tersebut adalah seorang wanita cantik yang mengenakan pakaian seperti seorang Artist.
Ia memakai kemeja putih polos berlengan pendek dan sebuah apron belang-belang berwarna hijau yang diikat dengan tali pada pinggangnya sebagai atasannya.
Di kepalanya, ia memakai aksesoris berupa baret berwarna hijau.
Rambutnya yang tumbuh panjang sampai ke atas pantatnya itu berwarna hijau, sama dengan kedua matanya.
Serba hijau.
Bagaimana bisa dia memiliki rambut berwarna hijau begitu...?
Kalau kuperhatikan lebih baik lagi, sepertinya aku bahkan belum pernah berpapasan dengan seseorang yang memiliki rambut berwarna hitam sejak aku tiba di dunia ini...
Padahal itu merupakan warna rambut yang paling umum... sangat berwarna.
Kakak itu memiliki warna kulit kuning langsat serta bentuk tubuh feminim yang dapat kulihat dengan jelas karena lekukan yang terlihat dari pakaiannya.
Dia sedikit lebih tinggi daripadaku, dan mengeluarkan aura seorang nee-san dari dalam dirinya. Hal itu pun membuat diriku yang ada di dalam bergetar karena kecantikan dan senyumannya yang anggun.
Ekspresi yang ia tunjukkan di wajahnya terkesan hangat dengan lebih memperjelasnya dengan senyuman yang berasal dari hatinya.
"Jadi, ada urusan apa kalian kemari?"
... Menghadapi seorang wanita cantik yang usianya lebih tua daripadaku membuat diriku gugup sekaligus bergemetar, dan itu pun membuat pikiranku tidak dapat bekerja dengan baik.
"Hey, apa kau mendengarkanku?"
"A--Ah, iya. Aku mendengarkan kok!"
Ini tidak bagus, aku rasa diriku sudah terpesona akan kecantikannya.
"... Hmm... kalau begitu, apa kau bisa mengulangi perkataanku yang sebelumnya...?"
Kakak itu menatap kedua mataku dengan tujuan menggoda diriku yang polos ini, sedangkan diriku hanya bisa meliriknya sedikit demi sedikit.
Senyumannya terlihat anggun daripada menawan, terlihat pada ekspresi wajahnya sesaat setelah mengatakannya.
"... Hey."
...!
Kakak itu mendekatkan dirinya padaku dan sedikit membungkukkan badannya ke depan.
Melihatnya dalam posisi seperti itu, membuatku semakin bisa melihat postur tubuhnya yang feminim.
Sepertinya, ukuran dada kakak ini adalah D Cup, kira-kira sekitar 4 inci, tetapi, tidak menutup kemungkinan bisa akan lebih besar jika melihatnya secara langsung.
Rasanya, seperti ada sesuatu yang sedang bergejolak di dalam diriku, dan membuatku ingin meledakkannya.
Mengalihkan pandanganku ke tempat lain, tapi mataku tetap mencoba untuk meliriknya sekali-kali.
"Namaku adalah Schmied. Kau ini, Lort kan?"
"A--Ah, iya benar."
"Dan yang sedang bersamamu itu adalah, Rord." Schmied menunjuk Rord yang sedang melihat-lihati senjata yang dipajang di dinding.
"Be--Benar."
"Ha Ha, tidak usah gugup begitu kok, jangan khawatir, aku bukanlah orang yang jahat."
Bukan itu masalahnya...!
Schmied menjauh dariku dan kembali melanjutkan pembicaraan, ia pun bertanya: "Jadi, ada urusan apa kalian ingin kemari?"
"Eh? Apa Barten belum memberitahumu, Schmied?"
Itu membuatku sedikit gugup saat ingin mengucapkan namanya...
Aku pun mencoba untuk mengalihkan pandanganku untuk menutupinya.
Tetapi, karena mencoba untuk berbicara dengan normal dengannya, aku mulai mencoba untuk menatap matanya secara langsung.
Gawat. Jantungku rasanya seperti ingin copot saja.
Memegang dadaku sendiri untuk merasakannya, Schmied lalu menjawab pertanyaanku.
"... Memberitahu, apa? Aku tidak ingat dia pernah memberitahuku sesuatu selain kedatangan kalian kemari..."
Si Barten itu...
"Ah, sebenarnya.... Schmied, kami datang ke sini untuk meng-upgrade peralatan."
"Ah, jadi kau ingin meng-enhance senjatamu."
"Ya, kira-kira begitu."
"Jika persoalannya seperti itu, maka ini akan sangat mudah. Rord, kemarilah. Ngomong-ngomong, kalian ini baru menjadi petualang kan?"
"Ah, iya benar."
Rord menghampiri kami dan bergabung ke dalam obrolan.
"Kalau begitu, apa kalian sudah menentukan senjata kalian...?"
"Senjata?"
Yah, tujuan kami ke sini untuk meng-upgrade senjata sih.
"Ya, senjata utama."
Senjata utama?
Apa yang dia maksud adalah senjata yang paling sering digunakan pada saat bertarung...?
"Erm... untuk sekarang aku masih belum menentukannya, karena alasan tersendiri."
"Alasan tersendiri? Yah, aku tidak akan memaksakanmu untuk mengatakannya sih."
... Yah, sebenarnya karena masalah uang sih. Uang yang kami miliki sekarang tidak cukup untuk membeli peralatan baru.
Tapi karena kudengar jika meng-enhance item akan lebih hemat jika dibandingkan dengan membeli yang baru, makanya aku memilih metode ini.
"Bagaimana denganmu, dik Rord?"
"Aku? Emm... aku juga belum menentukannya sih..."
"He He, aku sudah menduganya. Untuk kamu, Rord. Aku punya sesuatu yang bagus untukmu."
Eh? Untuk Rord?
Schmied pergi ke sudut ruangan dimana terdapat sebuah peti di dekatnya, ia membuka peti itu dan terlihat membawa sebuah tongkat dari dalamnya setelah itu.
Hanya dengan melihatnya saja, aku bisa langsung tahu. Jika benda yang ia bawa tersebut adalah 'tongkat sihir'.
Tongkat sihir atau staff adalah alat yang digunakan untuk oleh penyihir untuk menyalurkan kekuatan magis, maksudnya adalah, kekuatanmu bisa dilipat gandakan dengan menggunakan benda tersebut.
Staff, memiliki tinggi yang sama dengan penggunanya, terbuat dari sepotong kayu, dan ditutup dengan sebuah permata.
Berbeda dengan wands, meskipun sama-sama dibuat dengan sepotong kayu, wands berukuran jauh lebih pendek sehingga sampai ke titik dimana mereka dapat digenggam hanya dengan tangan kosong dan disimpan ke dalam saku yang ada pada jubah atau jaket.
"Ini dibuat dengan khusus."
Dibuat dengan khusus?
"Ini untukmu, dik Rord."
Schmied memberikan tongkat tersebut kepada Rord.
"Wo--Woaah...!"
Rord lalu memegang tongkat tersebut layaknya seorang penyihir yang sedang berada dalam posisi siaga.
Seperti yang lainnya, tongkat sihir tersebut juga terbuat dengan sepotong kayu, dan semacam gem yang selalu mengeluarkan cahaya di dalamnya.
Terlihat mewah, itu pasti mahal.
Aku tidak ingin mengatakannya secara langsung, tetapi, dia terlihat sangat keren dengan tongkat itu. Bagaikan seorang petualang tingkat atas sedang memamerkan kehebatannya di hadapanku.
"Bagaimana, Lort? Apa aku terlihat cocok dengannya...?"
"Ya--Ya, sangat cocok."
Dia kembali melakukan pose-pose lainnya.
... Bukankah ini seharusnya terjadi padaku...?
"Sudah kuduga, jika ini akan terlihat sangat cocok dengannya. Apa kau juga berpikir begitu, Lort?"
"Ya--Ya, begitulah."
"Dengan begini, usahaku yang keras itu bisa terbayarkan."
"Apa kau yakin memberikan tongkat sihir sebagus itu kepadanya, kak Schmied?"
"Ya, tentu saja."
"... Ngomong-ngomong... ini hanya memastikan saja sih... benda itu... kau memberikannya secara gratis kan?"
"Yah, soal itu bisa kita bicarakan lain kali."
... Strategi bisnis ya...?
Tapi tak apalah, yang paling penting kini Rord sudah memiliki senjata. Dengan begini, setidaknya kekuatan party kami akan meningkat meskipun hanya sedikit.
"Te--Terima kasih ya, kak Schmied! Akan kujaga dengan baik!"
"Ya, sama-sama. Kapanpun itu."
Kelihatannya dia juga menyukainya...
... Rasanya seperti ada sesuatu yang terlupakan...
"... Senjata utama itu penting lo, kalian harus memutuskannya karena itu akan digunakan untuk jangka waktu yang sangat panjang, tidak menutup kemungkinan juga jika itu juga akan menjadi tipe senjata yang pertama dan terakhirmu."
Sudah kubilang, dimana senjata untukku...?
Tetapi, kalau dipikir-pikir lagi, benar juga. Tidak selamanya juga aku akan terus menerus menggunakan pisau ini, suatu saat nanti bisa saja aku akan menggantinya entah itu karena rusak atau pada saat aku sudah menemukan senjata yang cocok untuk gaya bertarungku.
Memperhatikan diriku yang sedang melihat ke arah tangan dan mengepalkan tanganku sendiri, Schmied pun mencoba untuk menenangkanku dengan berkata: "Yah, terlalu terburu-buru juga akan menjadi masalah, sebaiknya kalian pikirkan saja dulu dengan baik sebelum memutuskannya."
Schmied pergi ke meja kosong yang ada di ruangan dan meletakkan pipinya pada telapak tangannya di atas meja.
"Kalian berdua, kemarilah."
Aku dan Rord menurutinya dan pergi menghampirinya.
Setelah itu, Schmied pun menjelaskan pengetahuan basic mengenai enhancement, bahan yang digunakan, dan resiko dalam melakukannya.
Aku baru mengetahuinya juga, jika beberapa peraturan atau sistem yang ada di dunia ini sepertinya tidak terlalu jauh berbeda dengan yang ada di game.
"Setidaknya, itulah basicnya. Apa kalian paham?"
"Ya, setidaknya sedikit."
"Tetapi, aku masih belum terlalu paham dengan 'refine' yang kau jelaskan itu, kak Schmied."
"Ah, soal itu mungkin bisa kita bahas lain kali juga."
Refine, aku juga belum terlalu paham mengenainya juga, tetapi, refine itu tidak terlalu jauh berbeda dengan enhancements ataupun enchantments. Hanya saja, perbedaannya terletak pada bonus yang didapatkan, bonus yang didapat dari refine bergantung dari apa yang kita pakai.
Sebagai contoh, jika kau meng-refine weapon, maka weapon tersebut akan mendapatkan bonus serangan. Tingkat kesulitannya juga bergantung dari bahan yang kau pakai. Hasilnya juga tidak akan selalu sama, singkatnya, random. Jadi, mungkin kau bisa melakukan refine jika kau sedang punya uang lebih.
"Jadi, mana? Senjata macam apa yang ingin kau enhance?"
"Ah, ini."
Tanpa ragu, aku memperlihatkan Scott pada Schmied.
Setelah melihatnya, wajah Schmied berubah menjadi kecewa seketika, meskipun beberapa detik kemudian dia merubah kembali ekspresinya.
Melihat ekspresinya tersebut, diriku menjadi semakin tidak yakin.
Sepertinya ini tidak akan berhasil...
Sepertinya, cara satu-satunya memanglah hanya dengan membeli peralatan yang baru.
Diambang perasaan kecewa, aku hendak memasukkan pisau kecil itu kembali ke kantungku, namun, Schmied menghentikanku dan mengambilnya dari tanganku.
"Yah, kita coba saja dulu. Senjata macam apapun itu, jika kemampuan aslinya dikeluarkan, pasti akan menjadi luar biasa."
Perkataannya yang barusan itu membuatku berubah pikiran, dan aku pun kembali tersenyum setelahnya saat mengetahuinya.
Schmied meletakkan pisau kecil yang baru saja dia ambil dariku ke atas meja dan memeriksanya.
Aku pun menghampirinya dan ikut memperhatikan.
"Hmm..."
Melihat pisau kecil tersebut untuk memeriksanya, ia melakukannya dalam waktu yang lama.
A--Apa? Kenapa dia melihatnya terlalu lama seperti itu...? Padahal semangatku baru saja kembali, tapi tatapannya itu kembali membuatku menjadi pesimis.
"Dengan bahan biasa, sepertinya pisau ini tidak dapat ditempa."
"Eh? Kenapa bisa begitu?"
"Pisau ini memiliki struktur yang sangat berbeda daripada dengan pisau yang lainnya. Mungkin... apa benda ini dibuat dengan bahan khusus?"
Bahan khusus?
"Emm... sebenarnya, aku juga tidak terlalu tahu."
"Kau tidak tahu? Bukankah kau adalah pemiliknya?"
"A--Ah, sebenarnya, aku menerimanya dari seseorang."
"Heeh, jika benar begitu. Mungkin pisau ini memang dibuat dengan bahan khusus. Tapi maaf ya, aku tidak bisa meng-enhancenya begitu saja."
"Eh? Kenapa? Apa biayanya terlalu mahal?"
"Tidak, bukan begitu. Barang yang dibuat dengan bahan khusus memerlukan bahan khusus juga, kau paham kan? Jika kita melakukannya tanpa memperhatikan bahannya, kemungkinan paling buruknya, pisau ini akan rusak seketika."
Sembari mengatakannya, Schmied mengembalikan pisau itu kepadaku.
Setelah mendengar penjelasannya, aku melihat ke arah pisau kecil yang kuletakkan di telapak tanganku itu.
"Dibuat dengan khusus, maka memerlukan bahan khusus pula, ya. Apa itu yang kau maksud, Schmied?"
"Yah, singkatnya seperti itu. Untuk sekarang, mungkin kau bisa mencari tahunya lebih dulu, dan jika kau sudah mengetahui sesuatu mengenainya, mungkin kau bisa kembali lagi padaku."
"Ba--Baik."
Pisau kecil ini dibuat dengan bahan khusus.
Itu tidak terlalu mengejutkan, karena aku menerimanya secara langsung dari salah seorang prajurit raja iblis itu sendiri.
Tetapi, kira-kira dari bahan macam apa pisau ini terbuat ya...?