Aku bersandar pada jembatan dan meletakkan kedua siku tanganku di atasnya sebagai tumpuan.
Menghadapkan diri ke tempat dimana aku bisa melihat sisi lain dari jembatan ini, aku mulai berpikir, namun aku secara tidak sengaja telah mengeluarkan isi pikiranku itu.
"Dilihat sampai kapanpun juga, tetap saja ini bukanlah rekayasa ataupun efek-efek yang dibuat dari komputer."
Aku melihat ke sekitarku dan mengamati apa yang kulihat.
"Hmm...? Apa yang kau maksud, Lort?"
Träger memasang ekspresi bingung setelah mendengar apa yang kukatakan. Mungkin dia sedikit penasaran dengan arti dari kata-kata yang baru ia dengar.
"Ti--Tidak. Meskipun kujelaskan juga, kau pasti tidak akan paham. Jadi, lupakan saja apa perkataanku tadi."
"Apa...? Jadi maksudmu kau pikir aku ini tidak akan dapat memahami apa yang kau katakan?"
"Yah, kira-kira begitu."
Aku mencoba untuk menghindari pengetahuan yang tidak perlu diketahui. Meskipun aku sebenarnya tahu, jika ilmu baru itu bisa saja dikembangkan oleh mereka nantinya.
Aku bisa saja memberitahunya. Tapi, aku berpikir jika makhluk yang ada di dunia ini harus berkembang dengan sendirinya, tanpa bantuan dari orang luar sepertiku.
Apalagi, ini adalah dunia lain.
Beberapa peraturan pastinya berbeda dengan yang ada pada dunia asalku, entah itu hukum fisika atau semacamnya.
Benar, mereka harus 'beradaptasi' dengan sendirinya. Sama sepertiku yang sedang 'beradaptasi' dengan dunia ini.
"Apa kau lupa? Begini-begini, aku ini adalah seorang veteran lo!"
Veteran...?
Aku diam sejenak, tidak membalas argumen yang dilontarkan oleh Träger untuk membuktikan dirinya yang sejati itu.
"Seorang veteran itu sangat hebat lo! Bisa dibilang sebagai jenius! Yah, meskipun semua itu berkat latihan yang kera---"
--Jika benar begitu. Terus mengapa seorang veteran sepertimu bisa tidak sadarkan diri di gang-gang sempit begitu...? Lagi pula, sebenarnya kau ini veteran dalam bidang apa?
"Daripada itu, Träger. Apa-apaan ini? Apa pemandangan yang seperti itu sudah lumrah untuk dilihat di sini? Aku belum pernah dengar soal ini sebelumnya lo."
"Jika kau bertanya begitu, sebenarnya aku juga tidak tahu. Di kota tempatku tinggal, aku juga belum pernah melihat pemandangan yang seperti ini."
Berdasarkan perkataannya yang barusan, apa itu artinya dia berasal dari kota lain...?
Tetapi... dunia fantasi dengan latar budaya abad pertengahan.
Dengan keberadaan makhluk setengah-manusia dan petualang saja sudah mampu membuat pemandangan dunia ini terlihat sangat mengagumkan.
Yah, itu semua bisa saja terjadi asalkan tidak ada pemandangan anak-anak kecil yang sering buang air kecil di sembarang tempat...
Kejadian yang baru saja terjadi membuat pandanganku terhadap dunia ini menjadi semakin menurun.
Namun, aku memutuskan untuk tidak memikirkannya lebih jauh lagi agar tidak membuat ekspektasiku turun lebih jauh juga.
"Tetapi... aku tidak menyangkanya, lo. Jika kau benar-benar akan memegang ekor seorang demi-human."
Aku diam selama beberapa detik tidak menjawab, dan memproses makna dari ucapannya.
Namun, aku juga merasa jika kalimat yang ia katakan rasanya juga sedikit menyakiti hatiku entah mengapa.
Aku pun bertanya padanya untuk memastikan sesuatu.
"Memangnya tidak diperbolehkan, ya?"
"Tentu saja tidak, kan...? Yang kau lakukan itu sudah termasuk dari salah satu pelecehan seksual, lo. Kurasa kau masih bisa dibilang sebagai orang yang sangat beruntung karena Dik Yuna tidak melaporkan kasus ini."
Eh?! Jadi itu termasuk sebagai tindakan kriminal?!
Aku menelan ludah secara diam-diam, dan kembali bertanya.
"A--Apa yang akan terjadi jika Yuna melaporkannya?"
"Eh? Apa kau sungguh tak mengetahuinya...?"
Aku menggelengkan kepalaku ke kanan dan kiri sebagai tanda ucapan "Tidak".
"Ternyata orang sepertimu juga ada, ya..."
Ucapannya membuatku semakin tidak yakin, dan aku hanya diam mendengarkannya.
--Sudahlah, beritahu saja.
"Untuk kemungkinan terburuknya, mungkin kau akan masuk penjara selama seumur hidup, ataupun dihukum mati dengan cara dipenggal."
Di--Dipenggal?!
"---"
Aku menutup mulutku sendiri.
Bu--Bukan hanya akan ditangkap saja, namun aku juga bisa--
Ta--Tapi, apa bagian tubuh khusus seperti ekor...
Tidak. Kalau dipikir dengan lebih teliti lagi, sepertinya bagian tubuh seperti ekor sudah bisa dibilang sebagai organ seksual yang sangat sensitif di dunia ini.
Ingatlah diriku, dunia ini berbeda dengan dunia asalmu. Beberapa peraturan yang ada di dunia ini pasti bisa jadi sangat berbeda dengan yang kau tahu.
Kesannya seperti menyentuh sesuatu yang 'tidak ada' di seluk beluk tubuh seorang perempuan.
( Note: Tebak aja sendiri lol )
Kenapa aku tidak memikirkannya lebih dulu sebelum melakukannya...?
Apa mungkin itu yang dimaksud dengan 'bertindak sebelum berpikir' yang terkenal itu?
Tapi, kurasa kata-kata itu tidak cocok dengan perbuatan yang baru saja kulakukan.
Kata-kata itu lebih cocok dengan orang-orang yang melakukan perbuatan yang heroik, misalnya menyelamatkan anak kecil dari truk yang melaju kencang ataupun yang mirip dengan itu.
Seolah-olah seperti ada pengetahuan umum yang seharusnya diketahui oleh semua orang, tapi tidak diketahui oleh satu orang yang kurang beruntung, meskipun itu tidak disengaja.
Sial! Kenapa tidak ada yang pernah memberitahuku sebelumnya mengenai hal sepenting ini!?
Tapi, kali ini aku beruntung, karena sepertinya Yuna adalah gadis yang bai---
"Maka dari itu, berterima kasihlah pada Dik Yuna nantinya, ya. Dengan tulus. Aku sudah bilang, kan? Jika mereka itu cenderung memiliki sifat pemaaf."
"..."
Ini membuatku ingin menangis.
Aku berpaling dari Träger dan mencoba untuk menahan air mataku.
Terima kasih, Yuna!
Sebagai gantinya, aku akan bekerja dengan sukarela bersamamu pada suatu saat nanti!
"Kenapa kau malah berdo'a begitu...?"
"Untuk memperoleh kesehatan yang baik."
"Apa-apaan itu?"
....
"Ah, benar juga, Träger. Aku jadi teringat akan sesuatu saat berbicara mengenai kebebasan."
"Bukankah kita dari tadi sedang membahas tindakan kriminalmu?"
"Sebelum kita bertemu... mengapa kau bisa berada dalam kondisi sedang tidak sadarkan diri di dalam gang-gang kecil seperti itu tadi?"
"A Ha Ha, soal itu ya..."
Träger tidak menatap mataku saat membalas kata-kataku itu.
Sebaliknya, ia mengalihkan pandangannya ke tempat lain dan mencoba untuk menutupi wajahnya dari sinar matahari dengan merapatkan jari-jari tangan kanannya dan meletakkannya di atas dahinya.
"Ya. Aku sedikit penasaran mengapa kau bisa berakhir dalam kondisi seperti itu."
"Se--Sebenarnya, aku juga tidak terlalu ingat mengapa aku bisa ada di sana."
"Eh? Kenapa bisa seperti itu?"
"Ya--Yah, aku kan tidak mengingatnya, jadi aku juga tidak ingat bagaimana bisa."
Caranya berbicara menunjukkan jika ia sedang merasa sedikit gugup, tidak, mungkin lebih tepatnya ia seperti sedang menyembunyikan sesuatu.
Apa mungkin dia kehilangan ingatannya?
Kalau kupikir-pikir lagi, sebenarnya aku juga belum mengetahui apapun mengenai dirinya.
Tapi, aku pernah dengar jika orang yang sedang amnesia pun bisa mengingat setidaknya bagian kecil dalam hidupnya.
"Tidak bisakah kau jelaskan apa yang kau ingat saja?"
"A Ha Ha Ha a...ceritanya panjang."
"Tidak bisakah kau pendekkan saja?"
Träger lalu terdiam mendengar pertanyaanku dan ia mulai memasang wajah bingung.
--Apa dia benar-benar kehilangan ingatannya...?
Jika benar begitu, kurasa ini cukup gawat. Akan berbahaya bagi dirinya jika pergi sendirian.
Jujur saja, aku tidak ingin terlibat dengan masalah yang merepotkan seperti ini.
Tapi, dia pernah bilang jika dirinya berasal dari kota lain. Itu artinya dia belum terlalu tahu sesuatu mengenai kota ini. Dan itu mungkin juga adalah salah satu dari serpihan ingatan yang bisa ia ingat.
"Ce--Ceritanya sedikit rumit."
"Simpulkan saja."
"Po--Pokoknya! Ceritanya sangat berbelit-belit dan sulit untuk dijelaskan!"
Träger meneriakiku.
Dia mendekatkan wajahnya padaku.
--Terlalu dekat...
Sepertinya ia benar-benar tidak ingin ditanyai mengenai alasan dirinya yang bisa tidak sadarkan diri itu.
"Mengapa dia sangat tidak ingin memberitahunya...?" Pertanyaan muncul di benakku.
Sampai berusaha semaksimal mungkin untuk menyembunyikannya seperti itu...
Apa mungkin itu adalah hal yang berbahaya?
Tidak, mungkin saja dia terlibat dengan masalah yang sangat serius.
"Ya--Yang lebih penting, mari kita lanjut mencari lagi! Aku ingat pada suatu tempat yang sepertinya menyimpan benda itu!"
Dia mengalihkan topiknya...
"Meskipun kau bilang begitu, tapi pasti ujung-ujungnya akan nihil juga, kan...?"
"Jangan bilang begitu, dong! Padahal aku sudah berusaha semaksimal mungkin..."
Träger memasang wajah cemberut. Sepertinya ia melakukannya dengan sengaja.
--Kami sudah mengunjungi beberapa tempat sebelumnya dan belum mendapatkan hasil apapun dari sesuatu yang kami cari.
Lagi pula, apa benda yang kami cari itu benar-benar ada...?
Ti--Tidak, tunggu.
Sebenarnya, yang sedang kami cari itu apa...?
Kami hanya pergi ke sembarang tempat tanpa tujuan yang jelas dari tadi.
Tapi... entah mengapa kini dia terlihat lumayan meyakinkan.
"Kalau begitu, ayo!"
Träger berjalan lebih dulu dan meninggalkanku di belakang.
Dari caranya berjalan,dirinya terlihat bagaikan seorang anak kecil yang sedang bersemangat untuk pergi mencari harta karun saat musim panas.
--Begini saja, jika kami masih belum mendapatkan hasil, akan aku sudahi saja pencarian yang tidak jelas ini.
"O--Oi, tunggu!"
Aku pun menyusul dan berjalan di sebelahnya.
"Tetapi... ini terasa sangat aneh..."
"Apanya?"
"Padahal, seingatku bahan yang kita cari itu ada di tempat-tempat yang baru saja kita kunjungi. Kenapa malah tidak ada, ya...?"
Träger meletakkan tangannya pada dagu.
Mendengarnya mengatakan hal itu juga berhasil membuat diriku merasa sedikit kebingungan.
"Lagi pula, apa bahan itu benar-benar ada...?"
"Seharusnya, ada."
Mengapa harus pakai kata "seharusnya" begitu?
Tidak ada harapan.
Setelah itu kami pun pergi ke tempat tujuan selanjutnya.
Berdasarkan apa yang Träger beritahu, tempat ini merupakan tempat paling misterius yang pernah ia tahu.
Träger mungkin tidak mengetahuinya, jika aku sudah pernah pergi ke sini sebelumnya.
Itu adalah memori yang tidak mengenakkan.
Bertahan hidup di hutan yang entah berantah di dunia ini.
Benar, aku telah kembali lagi ke tempat ini.
"Hey, Träger."
"Hm? Ada apa?"
"Aku ingin menanyakan sesuatu. Apa kau benar-benar yakin jika bahannya benar-benar ada di sini...?"
"Ya, aku sangat yakin."
The Great Demon Forest.
Tempat itu dapat terlihat dengan jelas di kedua mataku.
Dan aku pun kembali menelan ludah secara diam-diam.
***
Entah mengapa saya merasa ingin memberitahunya di sini, perihal bagaimana karakteristik Lort lol.
Lort adalah seorang remaja laki-laki dengan mata abu-abu dan alis sedikit besar yang berbentuk seperti kelopak sakura. Dia memiliki rambut hitam runcing dengan poni tidak panjang dan tidak pendek yang sudah mencapai tepat di depan telinganya. Pakaian yang biasanya ia pakai adalah baju olahraganya sejak awal mula ia dipanggil ke dunia lain.