Chereads / LOROLOJO: Lord Rord Lort Journey / Chapter 25 - Vol I 24 『Hadiah Untuk-Mu』

Chapter 25 - Vol I 24 『Hadiah Untuk-Mu』

"Jadi, yang kemarin menghabiskan satu hari penuh itu adalah dia, ya, Lort?"

"Ya, itu benar. Ada apa? Apa kau ada masalah dengan itu? Gadis kecil?"

Aku baru saja selesai memakai toilet dan kembali ke sini.

Padahal itu hanya sebentar saja.

Tapi...

Apa-apaan situasi ini...?

Memandangi lawan bicara dengan ekspresi tidak enak yang ditunjukkan pada wajah mereka, Rord dan Träger saling berhadap-hadapan.

Mereka berdua saling menyilangkan kedua tangannya ke dada mereka masing-masing.

Seolah-olah ada perselisihan yang baru saja terjadi dan itu membuat mereka berpecah menjadi kedua belah pihak yang memiliki pendapat yang berbeda antara satu sama lain saat aku sedang berada di dalam toilet.

Aku tidak dapat mengikuti irama pada situasi yang sedang terjadi dan hanya bisa menatap mereka berdua yang sedang berhadap-hadapan.

"Entah mengapa aku merasa jika diriku lumayan tidak menyukaimu."

Rord mulai berbicara lebih dulu.

"Oho, kebetulan sekali. Sebenarnya, aku juga merasa begitu."

Namun, Träger tidak hanya diam saja membiarkan Rord berkata seperti itu. Dia dengan cepat membalas kembali perkataan Rord dengan nada kesal.

"Mengapa mereka bisa kelihatan tidak akrab seperti ini...?" Pertanyaan itu terlintas dalam pikiranku.

Dan aku mulai mengingat kembali bagaimana awal mula situasi ini bisa terjadi.

....

Pada awalnya, Schmied memintaku untuk pergi datang ke tokonya agar dapat melihat proses enhancing pada sebuah senjata karena suatu alasan.

Itu juga, karena senjata yang akan dia enhance adalah senjata milikku, mungkin dia juga merasa jika sang pemilik memiliki hak untuk melihatnya secara langsung.

Ini juga merupakan pengalaman pertama bagiku melihat proses upgrading senjata seperti ini dan kupikir akan bagus jika hal ini dapat sedikit memperluas pengetahuanku mengenai dunia ini.

Rord yang protes kepadaku karena sebelumnya telah mengabaikannya selama sehari penuh pun memaksa untuk ikut bersamaku.

Aku sudah berusaha untuk menolaknya, tapi dia tetap gigih untuk ikut dan mengikutiku dari belakang.

Tak terduga, jika Träger juga kebetulan sedang berada di sana.

"Padahal kau bisa memintaku untuk menemanimu mencari bahan enhancement-mu itu, tapi kenapa kau malah pergi bersamanya?"

Dia bertanya seperti seolah-olah dirinya adalah tokoh wanita yang sedang cemburu.

"Huh! Asal kau tahu saja, sebenarnya aku juga tidak ingin pergi bersamanya. Tetapi, karena dia memohon padaku dengan sangat amat hebat, pada akhirnya aku jadi tidak tegaan untuk tidak menemaninya."

Yang satu ini juga mulai ngawur...

Aku merasa jika perseturuan ini akan semakin merepotkan jika dibiarkan untuk lebih lama lagi.

Tapi, aku juga merasa tidak ingin terlibat karena itu adalah hal yang seharusnya tidak kuikut campuri.

Itu adalah masalah mereka berdua. Yap, benar. Itu adalah masalah mereka berdua.

Tapi, aku masih merasa penasaran mengapa mereka bisa berseteru begini, maka dari itu aku pun menghampiri Schmied untuk menanyakan alasannya padanya.

Itu benar, menanyakannya pada mereka secara langsung mungkin akan membuat situasinya bertambah jadi lebih buruk.

Tidak menutup kemungkinan juga jika mereka akan mulai menyalahkan satu sama lain.

"Hey, Schmied. Apa kau tahu mengapa mereka bisa jadi tidak akrab, begini?"

Aku berbisik padanya agar Rord dan Träger tidak dapat mendengarnya.

"Aku sedang sibuk, bisa nanti saja?"

Schmied membalasnya dengan cepat.

Dari yang dapat kulihat, sepertinya dia sedang mengurus persiapan untuk memulai proses enhancement.

Prosesnya mungkin memakan waktu yang lebih lama dikarenakan memakai bahan yang berbeda dengan senjata pada umumnya.

Aku tidak ingin menganggunya...

Tapi, harus kuapakan mereka berdua ini...?

Untuk sekarang mungkin aku hanya bisa mengamati mereka saja sampai dapat menemukan alasan dari perselisihan mereka ini.

Masih dalam posisi yang sama, mereka berdiam diri menatap satu sama lain dengan ekspresi kesal.

Hingga akhirnya Rord mulai berbicara lebih dulu.

Dia mengeluarkan tongkat sihir pemberian Schmied dan menunjukkannya ke hadapan wajah Träger.

"Apa kau tahu? Tongkat sihir ini adalah pemberian dari Kak Schmied, lo!"

"Da--Dari Schmied!?"

"Benar! Dibuat khusus hanya untukku."

Mengapa dia memasang wajah bangga begitu...?

Sebaliknya, Träger memasang wajah terkejut setelah ia mendengarnya.

"A--Apa itu benar, Schmied?"

"Ya, itu benar. Aku memang membuatkannya tongkat sihir khusus demi dirinya."

"Ke--Kenapa kau melakukannya sampai sejauh itu!? Walaupun kita sudah berteman lebih lama, tetapi, kau malah memberikannya hadiah sebagus itu!"

"Apa masalahnya? Dan juga, bukankah aku pernah membuatkanmu sebuah pedang waktu kita berpetualang dulu?"

"Ah! Kalau diingat-ingat, benar juga!"

"Tapi, pedang itu langsung hancur karena kau memakai kekuatan yang terlalu berlebihan."

"Ma--Maaf!"

....

"Jadi, kalian benar-benar sudah berteman lama, ya... padahal kukira itu hanyalah bualan yang dibuat semata-mata olehnya..."

Rord menghela napas, sepertinya dia baru tahu soal hal ini.

"He He! Begini-begini, kami sudah berteman sangat lama lo! Kami adalah teman sehidup-semati!"

"Tidak... kalau sampai sehidup-semati itu terkesanagak terlalu..."

"E--Eh? Apa kau membenciku, Schmied?"

Schmied mengabaikan pertanyaan Träger dan kembali melanjutkan persiapan.

Sepertinya, dia tadi berhenti melakukan persiapan karena Träger yang memanggilnya.

Padahal dia tidak bersikap seperti itu padaku tadi...

Itu sedikit membuatku sedih.

Tapi, kurasa mereka benar-benar teman lama.

Ikatan yang mereka buat pada saat berpetualang pasti tidak akan dapat tergantikan sampai kapanpun itu.

Memikirkan soal itu, aku jadi kepikiran akan sesuatu...

Apa aku dan Rord akan bisa jadi seperti mereka pada suatu saat nanti...?

Yah, kurasa bisa-bisa saja...

Memikirkan hal seperti itu membuatku merasa sedikit malu...

"Kalau begitu, bagaimana dengan Lort?"

Eh...?

A--Apa? Ada apa ini?

"Jika di antara kami ada yang harus kau pilih, kira-kira siapa itu...?"

"Oh, itu pertanyaan yang bagus. Tapi, aku rasa aku sudah mengetahui jawabannya."

Träger tersenyum dengan bangga, menandakan seolah-olah dia sudah menang.

"Benarkah? Tapi, aku tidak yakin soal itu."

Rord membalasnya dengan segera dan mengibaskan rambutnya sembari memasang wajah kesal.

"Jadi, siapa yang akan kau pilih?"

"Jadi, siapa yang akan kau pilih?"

Tiba-tiba saja, aku diberikan sebuah pilihan yang berat.

Sejuah yang kutahu, mereka bukanlah tipe wanita yang dapat menyerah dengan mudah.

"Selagi masih bisa diraih, mereka akan meraihnya." Kira-kira seperti itu.

Jujur saja, aku bukanlah orang yang pilih-pilih akan sesuatu-- tidak, kalau dipikir-pikir lagi, kurasa aku ini memang pemilih.

Tapi, jika diberikan pilihan yang berat begini, tentu saja seorang remaja sepertiku akan langsung kebingungan untuk harus melakukan apa.

Aku bimbang...

Jika membicarakan mengenai penampilan, jujur saja mereka berdua itu sangat cantik.

Bahkan, kurasa lebih cantik daripada para artis yang biasa kulihat di televisi dulu.

Yah, meskipun mereka berdua memiliki beberapa perbedaan yang mencolok, sih... dan tentunya, kekurangan dan kelebihan.

Tapi, jika kau perhatikan dengan jauh lebih baik, bahkan kekurangan dan kelebihan mereka itu malah akan bisa menjadi sesuatu yang mencolok.

Maksudku adalah, apapun itu bisa membuat daya tarik seseorang menjadi semakin bertambah.

Baik itu berasal dari kelebihan maupun kekurangan dari sosok tersebut.

"Apa aku benar-benar harus memilih?"

"Ya! Tentu saja! Karena ini adalah sebuah pertarungan yang harus diselesaikan!"

Rord berseru terhadapku, dia terlihat sangat serius kali ini.

Mengapa kau bisa terlihat sangat serius dalam hal seperti ini daripada soal berpetualang...?

....

Ini tidak akan membawaku kemanapun...

"Kalau begitu, aku memilih Schmied."

"E--Eh? Kenapa malah memilih Schmied? Bukankah dia tidak ada di kolom pilihan?"

"Mengapa kau mengatakannya seolah-olah ini adalah ujian tertulis...? Dengar ya, bahkan terkadang sesuatu yang tidak diduga itu akan muncul pada saat kau sedang diberikan suatu pilihan. Malahan, mungkin saja pilihan baru itu malah akan menjadi jawaban yang benar."

Setelah mendengar perkataanku itu, Rord dan Träger pun jatuh ke bawah lantai.

A--Apa perkataanku yang barusan terlalu disulit mengerti...?

Tetapi, baguslah.

Dengan begini, tidak ada yang menang dari mereka. Setidaknya, itulah yang terpenting.

Semoga mereka bisa belajar dari perselisihan yang sepertinya tidak ada artinya ini.

Terkadang, perselisihan yang sangat kau penting-pentingkan malah akan menjadi tidak penting sama sekali setelah kau pikirkan kembali dengan baik-baik.

Tapi...

Mengingat watak mereka yang pantang menyerah...

Sudah kuduga jika ini akan terjadi.

"Adik-ku memang hebat. Kau memang sangat tidak dapat ditebak."

Apa itu benar?

"Jangan panggil aku adik-mu. Rasanya aneh."

"Adik?"

Rord memasang ekspresi tidak enak pada wajahnya setelah mendengar perkataan Träger.

"Ah, kau sepertinya belum tahu, ya? Sebenarnya, Lort itu sudah menjadi adik-ku lo. Secara resmi."

"Kapan aku menjadi 'Adik'-mu? Dan juga, siapa yang meresmikannya?"

Aku melihat ke arah Rord.

Dia diam di tempat dan mengepal kedua tangannya.

"Jadi begitu, ya..."

Eh? Kenapa dia hanya diam saja?Apa mungkin dia marah?

Itulah yang kupikirkan. Seorang gadis loli marah dan mengeluarkan kekuatan yang luar biasa yang tersembunyi jauh di dalam dirinya.

Tapi, kenyataan yang sebenarnya terjadi tidaklah begitu.

Rord malah menangis seperti anak kecil dalam perjalanan pulang karena lupa untuk di jemput oleh orang tuanya.

"Mengapa kau malah menangis...?"

Saat kupikir dia sedang terpuruk, tiba-tiba saja--

"Ha--Hah! Asal kau tahu saja! Sebenarnya, aku ini sudah pernah tidur bersama dengan Lort lo!"

Tu--Tunggu. Aku rasa aku tahu akan mengarah kemana pembicaraan ini.

"A--Apa yang dia katakan itu benar, Lort?"

"Ya--Ya."

"Sial. Tidak kusangka jika adik-ku sudah menjadi seorang pria dewasa."

"Sudah kukatakan, sejak kapan aku menjadi 'adik'-mu?"

Mendengar seorang wanita mengatakan hal seperti itu secara langsung entah mengapa membuatku menjadi berdebar-debar.

"A--Aku juga. Lort itu sudah pernah mentraktirku makan, lo!"

"Bukankah yang itu terdengar biasa saja?"

Itu benar. Kau tidak bisa membanding-mandingkan kedekatan di antara tidur bersama dan ditraktir makan. Levelnya sangat jauh.

Kurasa Rord-lah yang menang kali ini--

"He--He! A--Aku juga pernah ditraktir, kok!"

Kenapa kau malah ikut-ikutan juga? Bukankah kau sudah menang?

Dan juga, aku tidak ingat jika aku pernah mentraktirmu.

Pertarungan berlangsung dengan sengit.

Tapi...

Pada saat kalimat itu akhirnya dikeluarkan, tentu saja biasanya akhir dari pertarungan itu juga akan datang dalam jangka waktu dekat.

Rord dan Träger masih berhadap-hadapan, namun kali ini mereka berdua nampak setengah jatuh ke tanah.

Padahal mereka hanya beradu pendapat saja, tapi, mengapa bisa jadi se-sengit ini...?

Ini hanya perasaanku saja, atau mereka berdua memang terlihat sangat berkeringatan?

Berbeda denganku yang sedang tidak dalam kondisi fit ataupun kelelahan.

Apa ruangan ini sepanas itu?

Tidak. Kalau kupikir-pikir lagi, sepertinya mereka hanya melebih-lebihkannya saja

Keringat dari kepala Träger menetes dan jatuh ke lantai.

Itu merupakan sebuah tanda dan Träger pun mulai berbicara.

"Kau ini tidak pantang menyerah, ya. Jujur saja, aku merasa kagum padamu."

"Ya. Kau juga."

Saling memberikan respect pada lawan, mereka berdua tersenyum yang sepertinya menunjukkan suatu kegigihan.

Tapi, akhir dari pertarungan ini sudah dekat.

Rord yang menyadarinya langsung melakukan serangan pemicunya.

"Tapi, aku yakin jika kau akan menyerah setelah mendengar ini."

"Hah?"

"Asal kau tahu saja. Lort itu, pernah mencoba untuk berbuat mesum kepadaku saat aku sedang tidur, lo!"

"Wo--Wo--Wo--Woi! Jangan membahasnya! Itu tidak sopan, tahu! Lagi pula, tubuhmu itu kurang seksi, makanya aku tidak jadi melakukannya!"

"Ka--Kau! Bisa-bisanya kau berani untuk berkata begitu meskipun setelah kau hampir mencuri ciuman pertamaku!"

"I--I--I--Itu dikarenakan kondisinya sedang gawat, tahu! Dan juga, bagaimana bisa kau tahu soal itu!? Bukankah kau sedang tidak sadarkan diri!?"

"Tentu saja aku bisa tahu, kan!? Apa kau lupa? Aku ini adalah putri raja iblis, lo! Mana mungkin aku bisa tidak tahu soal perkara kecil seperti itu!"

"Jika benar begitu, lalu mengapa kau bisa tidak tahu soal lokasi guild petualang saat kita pertama kali datang ke kota!?"

"Bukankah sudah pernah kukatakan!? Tidak mungkin bukan, jika makhluk yang kedudukannya tinggi sepertiku bisa tahu soal tempat rendahan seperti itu!?"

Sejak kapan kau pernah bilang begitu, wahai Putri Raja Iblis gadungan...?

Ah, ini tidak bagus.

Bukannya menyelesaikan perselisihan di antara mereka, aku malah ikut jatuh ke dalamnya.

Aku menenangkan diriku sembari memegangi dahi.

Penduduk yang berlalu lalang melewati toko ini mungkin mendengar suara kami yang kencang.

Schmied yang menyadarinya pun berbicara dengan nada santai sembari mencoba untuk menyembunyikan wajah marahnya.

"Hey, kalian semua. Jika kalian ingin meributkan sesuatu, aku ingin kalian melakukannya di tempat lain, bukan di sini. Mengerti?"

"Kami minta maaf."

Kelihatannya dia marah...

Meskipun dia sudah menutupinya dengan memasang senyuman, tetap saja itu terkesan dipaksakan sehingga kami bertiga bisa menyadarinya dengan jelas.

Yah, akan buruk juga jadinya jika beredar rumor yang aneh pada toko ini.

"Lupakan soal itu dulu, aku ingin membahas sesuatu. Lort, kau dulu pernah bertanya padaku mengenai 'Refine', kan?"

"Eh? Ah, iya, benar. Kenapa kau tiba-tiba membahasnya?"

Schmied hanya meresponku dengan tatapan. Dia menyuruh Rord untuk menunjukkan tongkat sihirnya pada kami.

Setelah itu, Schmied pun melanjutkan pembicaraannya.

Dia menjelaskan jika tongkat sihir yang telah ia berikan khusus kepada Rord itu telah di upgrade secara habis-habisan.

Yang artinya, tongkat sihir itu sudah hampir mencapai potensi maksimalnya.

Pada awalnya, aku merasa sedikit kebingungan karena tidak mengerti apa tujuan dirinya mengatakan itu semua kepadaku.

Namun, saat aku berpikir begitu, Shchmied pun menjelaskannya.

Jika kedua hal itu saling berkaitan untuk memaksimalkan potensi pada senjata ataupun armor.

Singkatnya, hanya dengan memanfaatkan enhancement saja, kau tidak akan bisa mengeluarkan kekuatan sebenarnya dari suatu senjata.

Tingkat kegagalan refine dan enhancement berbanding sangat jauh, jadi orang-orang biasanya hanya akan meng-enhance senjatanya saja.

--Tunggu.

Schmied pernah bilang jika dia telah meng-upgrade tongkat sihir Rord sampai hampir mendekati potensi maksimalnya, apa itu artinya...?

Aku mendekat ke Schmied dan berbisik pada telinganya.

"A--Anu, sebelumnya aku ingin meminta maaf karena telah menyinggung hal ini lagi. Tapi... apa kau bisa memberitahu jumlah dari modal yang telah kau keluarkan...?"

Senjata yang telah hampir mendekati potensi maksimal. Aku penasaran seberapa banyak uang yang telah ia korbankan.

"Hmm... mungkin sekitar satu juta."

"Sa--Satu juta!?"

"A Ha Ha... tapi, belum lagi mengingat akan seberapa banyaknya kegagalan dalam prosesnya."

Dia mengatakannya dengan santai.

"Seperti biasa, kau selalu tidak tanggung-tanggung akan sesuatu, ya, Schmied."

"Ya, begitulah. Tapi, karena ini adalah produk akhirnya, mungkin harganya akan melesat lebih tinggi."

Aku menelan ludah diam-diam setelah dia mengatakannya.

Aku tahu jika ini adalah sebuah hadiah. Tapi... apa kau benar-benar perlu menghabiskan sebanyak itu?

Apa yang membuat dirinya sampai rela mengeluarkan uang sebanyak ini...?

"Yah, lagi pula kurasa ini juga cukup penting mengingat proses pembelajaranmu."

"Pembelajaran?"

Rord memasang wajah penuh pertanyaan.

Ah, aku belum memberitahu Rord soal hal ini...

....

"Ngo--Ngomong-ngomong, Schmied. Jadi, apa kau akan memberikan tongkat sihir ini secara gratis...?"

"Hmm... mari kulihat..."

Schmied memegangi dagunya sembari melihat ke arah langit-langit atap saat mengatakannya.

"Asal kau tahu saja, kami ini tidak punya uang sebanyak itu, lo."

"Hmm... aku rasa aku baru saja mendapat sebuah pencerahan. Bagaimana jika kita melakukan barter saja?"

"Barter?"

"Ya. Tetapi, bukan melalui penukaran barang dengan barang, melainkan jasa dengan barang. Dengan begitu, kalian tidak akan perlu repot-repot memikirkan soal biayanya, kan?"

Kata-kata Schmied membuatku terdiam selama beberapa detik.

Schmied menyadari sikapku itu dan tidak meresponnya karena alasan tertenth.

Memang benar jika sistem barter ini akan menguntungkan kami... tapi, apa ini benar-benar tidak apa-apa...?

Maksudku, hal apa yang kira-kira perlu kami lakukan untuk memenuhi biaya tongkat sihir yang sangat mahal itu...?

"Jadi, bagaimana? Apa kalian tidak masalah dengan melakukan barter seperti ini?"

"Ya--Ya. Tidak masalah, kok. Malahan, aku merasa jika ini akan sangat menguntungkan bagj kami. Akan kami lakukan jika itu masih berada dibatas kemampuan kami. Tapi... jika aku bisa bertanya, kira-kira ada berapa jumlah total hal yang perlu kami lakukan nanti?"

Itu pasti akan sangat banyak--

"Ah, jangan khawatir akan hal itu. Kalian hanya perlu memenuhi satu permintaan dariku saja."

"Eh? Satu permintaan? Apa kau yakin?"

"Ya, aku sangat yakin."

Ekspresi Schmied selalu sulit untuk ditebak.

Aku penasaran jika dia benar-benar serius atau hanya sedang bermain-main saja denganku.

Tersenyum bagaikan seseorang yang tak pernah serius.

Ekspresi yang muncul di wajahnya selalu terkesan dewasa hingga menjadi sulit untuk ditebak.

"Ah, berbicara tentang itu. Sebenarnya, aku sudah memikirkannya, permintaanku."

Eh? Bukankah itu terlalu cepat?

Apa dia benar-benar baru memikirkan ide barter ini...?

Aku harap dia tidak memutuskannya dengan terburu-buru dan malah akan mengubah permintaanya lagi nanti.

"Jadi, apa permintaanmu itu, Schmied?"

Kuharap itu bukan sesuatu yang merepotkan...

"Besok, aku ingin kamu, Rord, untuk menemaniku selama seharian penuh."

"Eh? Apa hanya itu saja? Apa kau yakin?"

"Ya, aku sangat yakin."

Kata-katanya membuatku berdiam diri selama beberapa detik.

Apa-apaan permintaannya itu? Aneh sekali...

Tapi... kenapa harus Rord? Bukankah aku jauh lebih baik?

Saat aku sedang memikirkannya, Rord menarik lengan bajuku dan membawaku ke sudut ruangan.

"A--Apa?"

"Hey, Lort. Apa kau tidak merasa jika ada sesuatu yang aneh?"

Berbicara dengan suara pelan di sudut ruangan, Rord seperti sedang berbisik padaku.

Dan itu membuat Schmied serta Träger menatap kami.

Sepertinya mereka tidak bisa mendengar kami...

"Yah, jujur saja, aku juga merasa jika ada sesuatu yang aneh. Tapi, aku tidak tahu apa itu."

"Benar, kan? Benar, kan? Aku merasa tidak yakin untuk menghabiskan waktu bersamanya meskipun hanya untuk satu hari saja."

"Kenapa? Aku pikir kau cukup menyukainya."

"Yah, itu memang benar jika aku merasa cukup nyaman dengannya. Tapi... bukankah aneh jika dia hanya memintaku saja untuk menemaninya?"

Kelihatannya kami punya pemikiran yang sama.

Tapi... jika itu benar-benar adalah masalahnya...

"Hey, Schmied."

"Ya?"

"Daripada hanya Rord seorang saja, bagaimana jika aku juga ikut besok?"

"T-i-d-a-k b-o-l-e-h. Yang kumau itu, hanyalah Rord seorang."

Dia mengatakannya dengan nada suara yang aneh.

Sama seperti saat dia sedang memisahkan Rord dan Träger, namun, kali ini dengan aura yang menyeramkan.

"Benar-benar mencurigakan..."

"Benar-benar mencurigakan..."

Aku dan Rord mengatakannya secara serempak.

"Jadi, bagaimana ini Lort? Apa kau punya semacam ide?"

"Meskipun kau berkata begitu..."

Hmm... apa kami kembalikan saja tongkat sihir ini...?

Tidak-tidak. Tongkat sihir itu sangatlah luar biasa, kekuatan sihirnya sudah tidak bisa diragukan lagi. Akan sayang jadinya jika kami menolak tawaran yang sangat menggiurkan seperti ini.

Aku memegang pundak Rord.

"A--Ada apa? Kenapa tiba-tiba?"

"Hey, Rord."

"Ya--Ya?"

"Lakukan saja permintaannya itu."

"E--Eh? Apa kau yakin?"

"Ya. Dia memang terlihat mencurigakan. Tetapi, tongkat sihir yang hebat pasti memiliki semacam pengorbanan, entah itu mana yang sangat banyak ataupun penggunanya sendiri."

"Jadi kau benar-benar berniat untuk mengorbankanku, ya..."

"Ini gratis, lo! Gratis! Kesempatan seperti ini mungkin tidak akan pernah datang lagi. Jadi, kau harus menerimanya!"

"Apa-apaan kau ini...? Apa kau tidak ingin mendengarkan pendapatku terlebih dahulu?"

"Aku akan mendengarkanmu, tapi, simpan itu untuk nanti saja. Sekarang, aku ingin kau untuk mendengarkanku."

"Ya--Ya, baiklah, baiklah."

"Kau bisa mendapatkannya, lo! Senjata sihir yang luar biasa hebat! Bukankah ini selalu menjadi mimpimu?"

"Sejak kapan itu pernah menjadi mimpiku...?"

Rord menghela napas.

Sepertinya dia sudah lelah dengan tindakanku yang mencoba untuk meyakinkannya secara paksa.

"Baiklah, baiklah. Aku hanya perlu menemaninya selama satu hari penuh, kan?"

"Oh, akhirnya kau mau juga, ya."

"Itu dikarenakan kau memaksaku, tahu."

Rord mengalihkan pandangannya dan berbalik dariku.

"Sebagai gantinya, aku ingin kau memberikanku hadia--"

Aku mendorong Rord dari belakang sebelum dia berhasil menyelesaikan kata-katanya.

"Sekarang, sekarang, pergilah temui kakak-kakak lolicon itu dan rampas semua harta bendanya!"

"Ooi, dia bisa mendengarmu, tahu!"

Rord pun menghampiri Schmied.

Sementara itu, aku pun menghampiri Träger.

Tidak seperti sebelumnya, Träger hanya menonton seolah-olah dia tidak ingin terlibat dengan semua ini.

Mencoba untuk ikut menonton bersama dengannya sembari menaruh lenganku di atas meja.

Setelah itu...

"Ka--Kakak! Aku sangat berterima kasih padamu karena telah memberikan tongkat sihir yang sangat luar biasa itu kepadaku secara FREE!"

Sikapnya tiba-tiba berubah dengan dratis.

Itu sedikit membuatku terkejut.

"Ya, tentu saja. Apapun itu, jika itu adalah untukmu, maka aku akan bersedia untuk memberikan semuanya."

Bu--Bukankah itu terasa sedikit menyeramkan?

"Te--Terima kasih, kakak! Aku menyayangimu!"

"Tapi, sebagai gantinya, besok kamu harus menemani kakak selama seharian penuh, ya."

"Ya--Ya! Tentu saja! Aku akan melakukannya dengan senang hati!"

Bagus, goda dia terus, Rord.

Tapi...

Ada sesuatu yang membuatku merasa penasaran.

Mengapa Schmied bisa begitu tertarik dengan Rord?

Bahkan, sejak awal mereka bertemu, dia langsung memberikan hadiah kepada Rord meskipun mereka belum mengenal satu sama lain.

Tetapi, selain itu...

Rord... dia itu ternyata lumayan mengerikan juga...

Aku bahkan tidak bisa membedakan yang mana dirinya yang asli.

Itu membuatku penasaran.

Wanita itu... sangat berbahaya.

Mereka bisa mengubah senjatanya kapapun mereka menginginkannya.

"Sekarang, daripada berlama-lama lagi, bagaimana jika kita langsung memulainya saja? Enhancing."

***

"Pada akhirnya, pisau kecil-mu itu tidak dapat di-enhance dan bahkan malah hampir rusak karena menggunakan material yang dari awal seharusnya sudah jelas tidak tidak bisa untuk digunakan."

"Mengapa kau malah mengingatkanku akan hal itu...? Sudahlah, jangan membahasnya lagi."

Itu benar. Proses enhancing yang dilakukan kepada pisau itu bisa disebut sebagai kegagalan besar karena menggunakan bahan yang sama sekali tidak memiliki tingkat kecocokan.

Memiliki senjata berbahan khusus benar-benar merepotkan...

Satu-satunya cara untuk meng-enhancenya adalah dengan mengetahui dari apa senjata ini dibuat.

Selama aku belum mengetahuinya, aku hanya dapat menggunakannya seperti biasa.

"Tapi, tidakkah kau merasa kesal? Waktumu yang berharga jadi terbuang dengan sia-sia, lo!"

Waktuku yang berharga, ya...

Tiap harinya hanya bermalas-malasan di guild.

Mengumpulkan niat untuk mengambil quest, namun, pada akhirnya tidak mengambil satu quest pun.

Itu sulit untuk dikatakan sebagai waktu yang berharga...

Tapi, kali ini...

"Tidak. Itu semua tidak sia-sia, kok."

"Mengapa kau bisa berpikir seperti itu?"

"Yah, meskipun aku tidak berhasil untuk meng-enhance senjataku, tapi, setidaknya aku jadi lumayan belajar banyak hal."

"Banyak hal?"

"Ya. Sebelumnya, saat sedang berada di toko Schmied, aku sempat memintanya untuk mengajari beberapa kemampuan yang seorang pandai besi miliki. Salah satu dari kemampuan itu adalah 'Crafting'."

"'Crafting'?"

"Ya, benar. Kemampuan untuk membuat sesuatu, yah, meskipun untuk saat ini aku hanya bisa membuat kerajinan tangan saja, sih."

Tidak perlu menggunakan bahan mahal, bahkan barang bekas bisa dirubah menjadi barang baru dalam menggunakan kemampuan ini.

Aku berpikir juga jika skill ini akan berguna untuk ke depannya.

....

A--Aku rasa ini adalah waktu yang tepat untuk memberikannya 'itu'...

"He--Hey, Rord."

"Em?"

"Apa pendapatmu soal hadiah?"

"Kenapa kau tiba-tiba bertanya soal itu?"

"Su--Sudahlah, jawab saja."

Rord terlihat sedikit tidak nyaman dan memasang ekspresi bingung pada wajahnya.

Ini sedikit membuatku gugup.

"Emm... jujur saja, sebelum aku menerimanya, aku ingin memastikan terlebih dahulu jika cocok atau tidaknya itu denganku. Yah, itu hanya terbatas pada benda, sih. Tapi, kalau makanan itu sudah masuk ke kategori yang berbeda lagi--"

Saat dia sedang mengatakannya, diam-diam aku mengeluarkan sebuah kalung dari kantung bajuku.

Rord sepertinya menyadarinya dan tidak melanjutkan perkataannya.

Aku menaruh kalung tersebut tepat di depan wajahnya.

"I--Ini adalah?"

"Persis seperti yang kau lihat, ini adalah hadiah, sebuah kalung untukmu."

Rord menerimanya dengan kedua tangannya.

Dia melihat kalung tersebut selama beberapa detik sembari berkata: "Jadi ini alasanmu bertanya seperti itu kepadaku tadi..."

"Ya--Yah, begitulah."

"Apa kau membuatnya sendiri?"

"Ya--Ya."

Rord menelusuri kalung tersebut dan bertanya padaku saat menemukan sesuatu.

"Ini, permata...? Apa kau juga membuatnya sendiri?"

"Ya--Ya. Meskipun tidak sehebat permata yang ada pada tongkat sihirmu itu, sih."

Tampaknya, permata yang ada di dunia ini memiliki mana yang tersimpan di dalamnya, sehingga dapat membuat penggunanya lebih mudah mengendaliknnya saat sedang menggunakan sihir.

Sebagai contoh, jika kau tidak memiliki permata, kau hanya dapat mengeluarkan sihir air sebesar bola kasti. Namun, jika kau memiliki permata, kemampuan sihirmu dapat dilipatgandakan menjadi seukuran bola basket.

Yah, tentu saja kapasitas sihir yang digunakan juga dapat dikendalikan oleh sang pengguna jika dia sudah handal dalam menggunakannya.

Rord hanya melihat kalung itu saja dan tidak memakainya.

Itu sedikit membuatku gatal untuk bertanya.

"A--Ada apa? Apa kau tidak ingin memakainya?"

Rord meresponnya dengan menggenggam kalung itu hanya dengan satu tangannya.

"A--Aku hanya akan menggunakannya jika kau memakaikannya padaku terlebih dahulu."

E--Eh? Kenapa malah seperti itu?

"A--Apa itu benar-benar diperlukan?"

"Ya--Ya, tentu saja. Seperti yang kukatakan sebelumnya, aku perlu tahu terlebih dahulu jika itu cocok atau tidak denganku."

"Jadi, maksudmu kau akan mempertimbangkan untuk memakainya?"

"Ya, kira-kira begitu."

Kalau begitu, terus untuk apa aku memakaikannya padamu?

Tapi... kalung itu sudah kubuat dengan susah payah. Akan sia-sia jika itu tidak sampai pada dirinya...

Aku mendekat ke Rord dan berhadap-hadapan dengannya.

Dia mengoper kalung tersebut padaku.

"A--Ada apa? Apa yang sedang kau tunggu?"

Menatapnya secara depan-depanan seperti ini membuatku gugup.

Aku memakaikan kalung tersebut pada Rord.

Pada saat sedang melakukannya, aku secara tidak sengaja telah menyentuh rambutnya yang panjangnya. Itu terasa sangat halus dan berhasil membuatku menjadi salah tingkah.

Yah, harus kuakui jika itu tidak terhindarkan.

Tapi...

Apa-apaan posisi ini...?

Bukankah orang-orang biasanya memakaikan kalung dari belakang?

Memang benar jika dia memintaku untuk memakaikannya, tapi, kenapa harus dari depan begini...?!

Ini tidak baik untuk jantungku.

Setelah selesai memakaikannya, aku pun sedikit menjauh darinya.

"Ba--Bagaimana? Apa aku terlihat cocok?"

"Mengapa kau menanyakannya padaku...? Ya--Yah, harus kuakui jika kau terlihat lebih manis."

"Be--Benarkah?"

Aku menjawabnya dengan menganggukkan kepala karena sudah tidak sanggup untuk mengeluarkan kata-kata lagi.

Sial. Mengapa kata-kata yang keluar dari mulutnya tiba-tiba jadi terkesan sangat imut begini...?

Rord berbalik. Sepertinya dia sedang mengecek bagaimana penampilannya setelah memakai kalung itu.

Mungkin dia tidak ingin diganggu saat sedang melakukannya, maka dari itu ia tidak menunjukkannya padaku.

"Ka--Kalau aku boleh tahu, dalam rangka apa kau memberikan kalung ini padaku...?"

Dia mengintip ke belakang saat mengatakannya.

"Ooh... soal itu... aah! Benar juga! Karena aku telah memberikanmu hadiah, mungkin kau perlu memberikan hadiah juga nantinya kepadaku sebagai tanda kembalinya."

"Se--Seperti White Day?"

"Ya--Ya, tapi, kau bisa memberikannya kapanpun kau mau."

"Ba--Baiklah. Aku berjanji akan memberikannya padamu."

Padahal kau tidak perlu sampai membuat janji seperti itu...

Tidak mengintip seperti sebelumnya, kini Rord mengarahkan pandangannya ke bawah dan berbicara dalam suara yang pelan.

"Terima kasih, ya, Lort."

Aku baru menyadarinya sekarang, setiap kali aku melihat dirinya, aku selalu merasa jika Rord adalah seorang wanita yang berbeda dengan wanita yang lainnya.