Saat yang bersamaan pula, Anna sedang membuang sampah, dan ketika itu ia melihat seorang wanita sedang memberikan pelukan kepada Jack di depan pintunya. Ia pun kemudian, pura-pura tidak melihat dan langsung berlari untuk kembali masuk ke dalam apartemennya itu.
Tetapi saat itu, Jack juga tahu jika Anna baru saja melihatnya. Ia pun hanya membalas dengan lirikan mata. Kemudian, saat itu Jack menarik tangan Ara untuk masuk ke dalam apartemen.
"Hey, kau ini dasar peluk saja," ketus Jack sembari melepaskan pelukan.
"Ya kan kau tahu bagaimana diriku ini. Memangnya kenapa sih? Apa jangan-jangan karena sekarang kamu sudah memiliki gebetan ya? Ayo ... ngaku." Ara mencoba meledek kakak angkatnya itu.
"Yah kupikir itu gebetan, tapi ternyata hanya bayangan. Ah sudahlah kau ini ada-ada saja," jawab Jack dengan raut wajah kesal.
"Baiklah, Jack. Jadi sekarang katakan kenapa kamu ingin aku datang kesini? Yah meskipun aku memang ingin datang kemari karena aku ingin bermalam di sini."
"Kamu hanya datang karena penting saja ya. Tapi baiklah, Ara. Kamu bebas untuk tinggal di sini atau apapun. Hanya saja aku ingin menyerahkan apartemen ini kepadamu, kamu jagalah untuk beberapa saat. Karena pembayaran sewanya belum berakhir jadi sia-sia saja jika aku langsung mengembalikan kunci kepada pemiliknya," ucap Jack.
Ara langsung mengerutkan keningnya ketika mendengar hal itu, ia benar-benar tidak menyangka jika Jack akan begitu cepat pergi. Ia lalu mendekat dengan tatapan tajam.
"Hey! Kau lupa ya? Kau sudah berjanji padaku untuk menetap di kota. Ayolah, Jack. Untuk apa kau kembali ke desa itu lagi?" Ara Tamara benar-benar tidak menyangka.
"Aku harus lakukan itu karena jika di sini kau tahukan hidupku tidak ada semangat-semangatnya sama sekali, jadi kupikir kalau lebih aku kembali saja lagipula yang ku juga sudah lumayan banyak nih."
"Tapi rasanya sungguh mendadak sekali, atau jangan-jangan aku tahu kamu sedang sakit hati ya .... Ya ampun hanya karena persoalan cinta dengan begitu mudahnya kamu pergi meninggalkan aku di sini sendirian, Jack. Tapi sudahlah itu pilihanmu. Lalu kapan kau akan kembali kesini?" Ara Tamara mulai mengerti.
Jack langsung mengusap rambutnya Ara ketika itu, lalu ia berkata. "Nah gitu dong, lagian kita masih bisa saling bertukar kabar, dan ingat satu hal pesanku jika memang kamu sudah mendapatkan cintamu sebaiknya berhentilah untuk bekerja sebagai wanita malam. Kau tahu, aku ingin melihatmu bahagia tetapi aku selalu mendukung apa yang kamu inginkan."
"Baiklah kalau begitu kapan kamu akan berangkat?"
"Sekarang. Ini lagi ku pesan taksi."
Ara melihat kearah Jack yang sedang mengotak-atik ponselnya itu, ia juga merasa sedih saat menyadari jika Jack akan meninggalkannya meskipun mereka berdua hanya kakak dan adik angkat, tapi mereka berdua saling menguatkan dan mendukung dengan sesama. Wanita itu langsung memberikan pelukan perpisahan kepada Jack dengan memeluknya sangat erat.
"Kalau itu sudah keputusan mu baiklah pergilah, aku pun tidak berhak untuk melarang. Jika kamu membutuhkan sesuatu di desa katakan saja padaku, jangan sungkan, kakak." Ara berkata dan untuk pertama kalinya dia memanggil Jack dengan kakak.
Jack mengusap rambut Ara seperti adiknya sendiri, ia lalu berkata. "Tenang saja, Ara. Aku pasti akan baik-baik saja jadi kamu tidak perlu khawatir denganku. Sebaiknya kamu yang jaga diri di sini baik-baik yah. Kalau begitu sepertinya taksinya sudah datang, aku harus pergi dulu."
"Hati-hati, kakak. Aku menyayangimu." Peluk Ara sekali lagi.
"Aku juga menyayangimu, Ara. Baiklah aku pergi dulu."
Jack melambaikan tangannya ketika ingin masuk ke dalam taksi, dan Ara langsung membalas. Namun ketika itu dia tidak melihat Anna keluar.
'Apa sebaiknya aku harus memberitahukan kepada Ara kalau aku akan pergi? Tapi sepertinya tidak perlu. Dia pasti tidak terlalu mementingkan masalah itu. Ah sudahlah sebaiknya aku langsung pergi saja, jadi malam ini aku bermalam di mobil, dan besok pagi aku akan tiba di desa,' batin Jack lalu masuk ke dalam taksi.
Dua hari kemudian.
Bagi Anna, hari-harinya di mulai seperti biasa. Bangun pagi, mandi, mencari kerja dan pulang tanpa hasil apapun, begitupun selama dua hari berturut-turut. Namun, ia baru saja menyadari jika selama dua hari tidak pernah lagi melihat keberadaan Jack. Meskipun selama itu ia merasa tidak terganggu dengan tidak adanya lelucon dari Jackson, namun Anna masih penasaran.
Anna pun keluar dan berdiri didepan pintu Jack, ia pun bergumam. "Tumben sekali dia tidak datang menemui ku, biasanya pagi-pagi dia sudah ribut dan langsung membangunkan tidurku tetapi selama dua hari ini dia kemana ya, aneh sekali."
Saat Anna sedang berdiri di luar pintu, ia tidak sengaja di melihat pintu apartemen itu terbuka, namun bukannya Jack yang keluar melainkan seorang wanita yang juga Anna kenal.
"Kau?" Anna terheran, begitupun dengan wanita didepannya.
"Sepertinya aku pernah melihatmu. Namamu, Anna kan? Sahabat dari Nicole, tapi kenapa kamu bisa ada di sini?" Ara pun kebingungan.
"Harusnya aku yang bertanya kenapa kamu bisa ada di sini?" Anna berbalik tanya.
"Oh ini apartemen ku, dan kau untuk apa berada di depan apartemen ini? Sepertinya baru kali ini kita berbicara ya? Kalau begitu kenalkan namaku, Ara Tamara. Yah ... meskipun kamu sudah kenal denganku, tapi setidaknya kita belum berkenalan dengan tepat."
"Anna Gisella." Keduanya bersalaman.
"Oh ya, berarti yang kulihat kemarin di sini itu kamu, Ara? Jadi Jack itu kekasihmu ya?" tanya Anna.
Ara tidak langsung menjawab, ia menatap dengan sinis kearah Anna.
"Jack?" Ara terheran. 'Apa mungkin Jack memiliki gebetan? Dan gebetannya itu adalah Anna? Tapi jika bukan siapa? Selama ini tidak ada yang wanita lain yang mencari Jack,' batin.
"Jack sekarang sudah pergi, dia sudah kembali ke desanya, dan jika kamu ingin tahu di mana desa itu aku tidak tahu," sahut Ara Tamara.
"Oh begitu baiklah kalau begitu aku pergi dulu," ucap Anna dan langsung pergi masuk ke dalam apartemennya.
Tiba di dalam, ia kebingungan dengan Jack yang tiba-tiba memilih pergi.
"Aneh sekali kenapa tiba-tiba Jack pergi dari apartemennya? Padahal katanya dia sudah nyaman tinggal di sini. Atau jangan-jangan karena beberapa saat ini aku selalu berbicara kasar padanya? Oh ya ampun ... berarti ini salahku, jika tidak mana mungkin Jack akan pergi begitu saja dari tempatnya. Sebaiknya aku harus tanya dan minta maaf, mungkin dengan itu dia bisa kembali," gumam Anna, sembari langsung mengambil ponselnya.
Ketika mencoba menghubungi Jack, panggilan itu tidak terjawab, dan tidak aktif. Anna pun kebingungan saat itu.
"Apa mungkin Jack sudah menggantikan nomor ponselnya ya?"