Di dalam mobil Haura hanya duduk diam sembari menyenderkan kepalanya di jendela mobil. Tidak apa-apa baginya untuk menunggu Abi selesai dengan urusannya, walaupun rasa penasaran akan siapa yang sakit memenuhi pikirannya, ia tetap akan menunggu di mobil sampai Abi memintanya untuk keluar.
Tidak lama itu Abi datang menghampiri Haura dengan nafas ngos-ngosan karena habis berlari. "Maaf Ra, saya tadi buru-buru," jelas Abi.
"Haura mengangguk pelan. "Haura baik-baik aja kok, kalau nunggu disini. Urusan Mas Abi lebih penting dari Haura. Pergilah, tapi Haura bukan mengusir Mas Abi, ya," ujar Haura dengan tawanya, walau sebenarnya hatinya sedang merasakan sesuatu yang akan membuatnya terluka.
"Hati perempuan ini terbuat dari apa? Padahal saya sedang mengkhawatirkan perempuan lain," batin Abi. "Saya akan segera kembali."