"Izin berbicara, Pak," seru Abi kepada Pak Indra.
Setelah semua selesai memberi sambutan, kini giliran Abi menyampikan materinya. Peserta yang datang seminar itu di dominasi oleh mahasiswi. Abimayu bagai magnet yang menarik benda dengan mudah.
Anehnya Aula itu begitu hening sejak berdirinya Abimayu dari tempat duduk. Beberapa orang sudah siap dengan buku dan juga ponselnya untuk memotret Abimayu.
"Ruangan ini tertata begitu rapi dan membuat orang nyaman. Mungkin karena ini kalian semua begitu tenang. Saya sangat mengapresiasi orang yang telah berpartisipasi dan juga yang sudah meluangkan waktunya untuk datang ke sini."
Para anggota Hima yang berada di luar ruangan begitu senang mendengar pujian dari Abimayu. Namun, tidak dengan Haura. Pikirannya kosong, pandangannya entah kemana.
Ada sesuatu yang mengganjal pikirannya. Terlepas itu masalahnya dengan Abimayu yang belum bisa ia selesaikan, termasuk urusan tanah tempatnya mengajar.
"Menjadi baik itu memang baik, tapi merasa lebih baik itu tidak baik. Kutipan yang sangat indah dari orang yang sepertinya terkenal di Jurusan ini bahkan kampus ini," tutur Abimayu.
Abimayu sudah melihat pamflet yang terpasang di dekat gerbang masuk yang bertuliskan "Selamat kepada Khadijah Haura atas kemenangannya dalam lomba karya tulis ilmiah tingkat Internasional."
"Ada apa dengannya? Kenapa harus membahas diri ku?" tanya Haura dalam hatinya.
"Kak Intan, Apa kakak tidak curiga dengan Pak Abimayu dan Kak Haura? Menurut analisa ku, ada apanya di antara mereka. Sikap dan wajah Pak Abi menunjukkannya. Apa mereka memang saling mengenal kak?" Ilham menyenggol Intan yang sedang asyik mendengar penyampaian Abimayu.
"Mentang-mentang anak psikologi ya, Ham. Udah sampai mana belajarnya? Kadang orang bisa saja salah dalam menganalisa. Termasuk kamu!" Intan melempar tawa kecilnya kepada Ilham.
"Mentang-mentang udah mau sarjana ya, Kak. Nanti, bantuin Ilham buat skripsi, ya," rengek Ilham sembari tersenyum manis.
"Dasar kamu, Ham."
Semua orang masih fokus mendengar materi dari Abimayu. Ia juga menceritakan awal mula perjuangannya hingga sukses memimpin perusahaan Store.Id. Semua itu tidak terlepas dari usaha dan kerja keras.
Abimayu memang berasal dari keluarga yang kaya. Namun, kesuksesannya saat ini bukanlah karena kekayaan orang tuanya, melainkan karena usahanya sendiri. Orang mungkin kagum dengan apa yang di dapatkannya sekarang, karena kebanyakan dari mereka hanya melihat hasil, bukan proses mendapatkan hasil itu.
"Semua berawal dari niat kita. Jika itu baik, maka hasilnya akan baik. Mulailah segala sesuatu dengan bismillah. Karena sesuatu yang di mulai dengan bismillah tidak akan berhenti di tengah-tengah. Dan juga jangan lupa meminta doa kedua orang tua. Sekian dari saya, selamat pagi menjelang siang."
Tepuk tangan yang begitu meriah bersamaan dengan Abimayu menyelesaikan materinya. Abimayu bak seorang pesulap yang bisa menghipnotis siapa pun yang ada di dekatnya.
Kata demi katanya bisa mempengaruhi banyak orang. Energi positifnya bisa di serap banyak orang. Haura pun menyadari bahwa Abimayu memang luar biasa.
"Karena 30 menit lagi masuk waktu zuhur, saya hanya membuka 1 pertanyaan. Silahkan berdiri bagi yang mau bertanya," ujar MC.
Semua orang yang di depan seketika terkejut, Pak Indra, Abimayu, dan Haura.. Hampir setengah dari orang yang datang berdiri dan mengacungkan tangan.
Karena kebingungan MC akhirnya menyerahkan kepada Abimayu untuk memilih sendiri. "Silahkan, Pak."
"Sebaiknya Haura yang memilih. Dia mungkin lebih tahu siapa yang terbaik dari yang terbaik."
Sebenarnya Haura paling tidak mau jika harus memilih. Dia bahkan tidak tahu harus memilih siapa.Namun, matanya terlihat kepada seorang wanita yang duduk di kursi paling belakang pojok kanan.
"Jika Pak Abi menyuruh saya memilih, saya akan memilih mahasiswi yang memegang buku di pojok paling belakang," ucap Haura.
Semua orang menoleh kearah pojok belakang. Mahasiswi yang terkenal pendiam di jurusan psikologi dua angkatan di bawah Haura. Haura merasa dia paling tepat mendaptkan kesempatan emas itu.
"Maaf Kak, tapi dia tidak berdiri dan tidak mengangkat tangannya."
"Jangan hanya melihat sesuatu yang tidak tampak. Sebagai seorang psikolog kita harus bisa melihat keadaan dan situsi dari sudut yang berbeda," tegas Haura.
"Baik Kak. Silahkan berdiri dan sampaikan pertanyaannya."
Pak Indra tersenyum kepada Haura. Sedangkan Abi tidak merespon apapun. Ia hanya diam dan menyimak apa yang dikatakan Haura.
Dengan raut wajah yang sulit di tebak. Mahasiswi itu berdiri dan mengajukan pertanyaan dalam keadaan badan yang gemetar. Mungkin, karena tidak terbiasa di perhatikan banyak orang.
Semua orang pun bingung kenapa mahasiswi introvert itu bisa ikut seminar yang di penuhi orang.
Flashback on
"Permisi kak Haura," sapa mahasiswi berambut ikal dan berkaca mata bulat.
"Iya Dek. Apa ada yang bisa kakak bantu?" tanya Haura.
"Nama aku Lili, Kak. Apa acara seminar besok kuotanya masih ada?" tanya Lili malu dan gemetar. Haura melirik dan memperhatikan gerak-gerik Lili.
"Masih ada. Silahkan datang di Aula jam 10 pagi, ya. Kakak tunggu besok pagi. Semangat, You can do it, Lili."
"Terima kasih Kak Haura." Senyum itu akhirnya lepas dari bibir Lili, di ikuti dengan senyum Haura.
Flashback of
Lili menghela nafas panjang. "Nama saya adalah Lilia Puspitasari. Saya adalah seorang introvert. Namun, semenjak berbicara dengan Kak Haura kemarin ada perasaan lega yang saya rasakan. Saya ingin menjadi orang seutuhnya, berteman dengan yang lainnya, tapi saya takut apakah ada orang yang mau berteman dengan saya. Apakah saya harus menjadi orang baik dulu untuk mendapatkan kebahagiaan? Terimakasih."
Haura tersenyum ke arah Lili yang juga melihat ke arahnya. Haura mengangguk pelan, seolah memberi kode bahwa apa yang dilakukan Lili sudah sangat baik.
"Siapa dia sebenarnya," batin Abi.
Perasaan Abi terguncang mendengar nama Haura yang sering kali di sebut dan di dengarnya selama di acara itu. Abi berusaha meyakinkan dirinya bahwa Haura tetap punya maksud yang terselebung.
"Silahkan, Pak Abi," seru MC beberapa kali.
"Kamu kenapa, Abi?" tanya Pak Indra yang berhasil menyadarkan lamunannya.
Abimayu menghela nafas panjang dan bersiap menjawab pertanyaan Lili.
"Kamu hebat Lili. Tidak mudah untuk keluar dari zona itu, tapi jika niat kamu sudah baik, maka percayalah semuanya akan baik-baik saja. Jadilah diri kamu sendiri apa adanya, tanpa harus berpura-pura baik untuk mendapatkan perhatian orang lain. Nanti kebahagiaan itu sendiri yang akan menghampiri kamu. Lemparlah dadu tanpa ragu, setidaknya kamu sudah maju satu Langkah."
Semua orang yang ada di aula itu berdiri dan tepuk tangan. Kata-kata yang Abimayu lontarkan benar-benar luar biasa, membut semua orang terkesima.
"Lili, bertemanlah dengan ku," teriak beberapa orang. Bahkan orang yang duduk di dekat kursi Lili turut menyemangatinya. Hal itu membuat Aula sedikit ramai, tapi dengan cepat Mc mengalihkannya.
"Baiklah teman-teman semua. Saya akan mengakhiri acara seminar "To Be A good Person." Terima kasih kepada Pak Abimayu, Pak Indra, Kak Haura, dan teman-teman semuanya. Saya akhiri wassalamu'alaikum wr.wb."