Chereads / Jodoh Sampai Surga / Chapter 14 - To Be a Good Person

Chapter 14 - To Be a Good Person

Tepat jam 6 pagi Haura beserta yang lainnya sudah berada di ruang Aula untuk mengecek segala persiapan. Memasang kabel, mengecek sound, menyiapkan layar infocus tepat pada posisinya, memastikan AC, merapikan kembali kursi terkhusus untuk pemateri.

Semuanya sudah di persiapkan dengan sebaik-baik mungkin, dari hal yang paling kecil. Yang paling utama adalah kebersihan dan kenyamanan bagi semua orang yang datang.

"Apa kakak sudah memastikan Pak Abimayu benar-benar datang?" tanya Ilham.

"Astagfirullah, sekarang jam berapa?"

"Jam 8 kak. Tapi, Apa yang mau kakak lakukan?"

Karena terlalu sibuk mengurusi persiapan acara, ia sampai lupa dengan hal yang paling penting dari bagian acara itu. Masih ada dua jam untuk Haura menemui kembali Abimayu.

"Ham, Cek kembali persiapannya. Kakak pergi sebentar, nanti akan ada Kak Intan."

"Tapi, Kak …."

Baru saja selesai beres-beres kini Haura harus berlari dari Aula menuju parkiran motor. Tujuannya adalah ke Perusahaan Store. Id untuk menemui Abimayu. Kalau sudah panik seperti itu, Haura bahkan tidak memperdulikan dirinya.

Di pikirannya hanyalah Pak Abimayu. Ia takut seandainya Pak Abimayu tidak datang. Hal itu akan mengecewakan semua anggota yang sudah kerja keras untuk acara seminar itu.

Dengan nafas yang ngos-ngosan Haura tiba di meja masuk. "Selamat pagi Mbak, Apa Pak Abimayunya ada?" tanya Haura sembari memohon dalam hatinya.

"Maaf, Pak Abimayunya belum datang."

Seketika tubuh Haura lemas. Waktunya tidak banyak lagi. Ia harus menemukan Pak Abimayu dalam waktu 1 jam 20 menit dan kembali sebelum 10 menit acara di mulai, karena Haura akan memberikan sambutan.

Meminta nomor telepon Abimayu tidak mungkin, apalagi harus mencari alamat rumahnya. Lagian orang kantor juga tidak akan memberikan Haura nomor pimpinannya ke sembarang orang.

"Ya Allah, tolong Haura."

Seketika Haura ingat kalau Abimayu adalah teman Abangnya, Ia mungkin bisa membantunya. Namun, sayangnya ia tidak membawa apapun tadi. Bahkan tas dan ponselnya lupa ia letakkan dimana.

"Bismillah, Pak Abimayu pasti datang, Ra. Jadi, kembalilah ke kampus sekarang," tekan Haura pada dirinya sendiri.

Di tengah perjalanan ke kampus, tiba-tiba saja motor Haura mendadak berhenti di tengah jalan. Entah apa yang rusak, motornya tidak bisa hidup. Sedangkan ia tidak punya banyak waktu untuk mengurusi motor.

"Haura?"

Ia terpaksa harus merepotkan orang dengan memberhentikannya. Dan alhamdulillahnya pertolongan Allah datang tepat waktu. Ia bertemu dengan Faiz yang juga akan kekampus.

"Motor kamu kenapa, Ra?" tanya Faiz yang dengan cepat keluar dari mobil.

"Alhamdulillah, aku ketemu kamu Iz. Tiba-tiba berhenti tadi."

"Boleh aku cek?"

Haura mengangguk pelan. Ia memusatkan pandangannya ke arah aspal. Melihat wajah Faiz akan mengingatkannya kepada ucapan Faiz beberapa waktu lalu dan Haura belum sepenuhnya melupakan itu.

Tidak lama dari itu motor Haura hidup. "Aki motor kamu perlu di ganti, Ra. Tapi tenang aja masih bisa jalan kok sampai kampus bahkan sampai rumah," ucap Faiz.

"Makasih banyak, Iz, kamu udah bantu. Aku harus segera ke kampus. Assalamu'alaikum."

Faiz tersenyum kecil melihat Haura. Entah karena buru-buru atau memang gugup bertemu dengannya, Haura sulit untuk di tebak meski tidak ada beda di antara keduanya.

Faiz menggelengkan kepalanya. "Sadar, Iz, Haura bukan jodohmu."

Di depan ruang Aula semua orang sudah cemas menunggu kedatangan Haura. Acara akan di mulai beberapa menit lagi.

"Pak Abi belum datang, Kak Haura entah kemana, Pak Indra dari tadi mengawasi. Argh!, aku bisa gila kalau seperti ini," decak Ilham.

"Sabar Ham. Emang Haura tidak memberitahu kemana dia pergi?" tanya Intan.

Ilham menggeleng kepalanya pasrah. Raut wajahnya seperti orang tidak ingin hidup. Semua peserta sudah hampir memenuhi kursi. Namun, wajah Haura belum juga terlihat.

"Semuanya," teriak Haura dari lorong Aula sembari melambaikan tangan.

"Kak Haura, akhirnya," ucap mereka serentak.

"Ra. Kamu dari mana? Semua orang menunggu kedatangan kamu."

Dengan nafas ngos-ngosan ia tiba bergabung dengan rombongan penyukses acara. "Pak Abi udah datang belum?" tanya Haura panik.

Lagi-lagi Ilham menggelengkan kepalanya lalu menunduk. 10 menit lagi acara akan di mulai, tapi pemateri tak kunjung datang. Haura juga terlihat lesu, ia tidak mendapatkan-apa selama keluar kurang lebih 2 jam itu.

"Bagaimana kalau Pak Abi tidak datang, Kak?"

Haura menghela nafas panjang. "Kita serahkan semuanya kepada Allah."

Tuk Tuk Tuk…

Suara ketukan sepatu melangkah dari arah lorong Aula. Semua orang menoleh ke arah sumber suara. Seorang laki-laki gagah dan tampan dengan setelah Jas Hitamnya yang menuju ke Aula. Semua mata tertuju ke arah Abi yang baru saja datang. Penampilannya membuat orang tidak mengedipkan mata.

"Apa saya terlambat?" tanya Abi sembari melihat arlojinya.

Ilham menggelengkan kepala dengan cepat. "Tidak Pak, silahkan masuk." Ilham menuntun Abimayu ke tempat duduk.

"Wah. Apa itu Pak Abimayu?"

"Aku tidak akan melewatkan apapun yang dia sampaikan."

"Betapa beruntungnya wanita yang menjadi istrinya."

Hampir semua mahasiswi terpana melihat aura Abimayu yang sangat kharismatik dan juga berwibawa, di tambah ia punya wajah yang tampan.

"Selamat Pagi, Pak Indra," sapa Abimayu.

Tepat jam 10 pagi acara seminar tentang "To Be a Good Person" di mulai. Acara itu di pandu oleh salah satu anggota Hima yang mahir dalam hal itu. Haura juga sudah duduk di deretan sofa yang terpisah.

Sebagai penanggung jawab dari acara itu, Haura di minta Pak Indra untuk bergabung dengan Abimayu dan dirinya. Ia juga akan menyampaikan beberapa patah kata untuk sambutan.

Abimayu sama sekali tidak menampakkan bahwa dirinya mengenal Haura. Ia juga terlihat cuek dan hanya tersenyum ala kadarnya. Begitupun dengan Haura ia memposisikan dirinya sebagai mahasiswa biasa.

"Baiklah selanjutnya sambutan dari ketua acara seminar To be A Good Person, Kepada Khadijah Haura di persilahkan."

Haura berjalan pelan menuju podium yang sudah di sediakan. Ia menyampaikan beberapa kata seperti orang yang memberi sambutan pada umumnya dan tidak lupa pula ia berterima kasih kepada rekannya karena sudah bekerja dengan keras.

"Kak Haura memang yang terbaik."

"Kira-kira siapa laki-laki beruntung yang mendapatkannya." Bukan hanya Abimayu yang menjadi pusat perhatian di acara itu, tapi Haura juga. Dengan segala kelebihan yang dia punya, Ia mampu membuat orang terpana.

"Kalau di liha-lihat mereka berdua cocok, ya," ucap salah satu mahasiswi di kursi paling belakang.

"Siapa?"

"Haura dan Pak Abimayu," tegas mahasiswi itu.

"Menjadi orang baik itu baik, tapi merasa lebih baik dari orang lain itulah yang tidak baik. Sekian dari saya. Wassalamu'alaikum." Kata-kata bijaksana dengan tepuk tangan yang mengakhiri sambutan Haura.

"Kamu pandai merangkai kata-kata indah dan mempengaruhi banyak orang. Tapi, tidak dengan saya," batin Abi kemudian ikut bertepuk tangan.