Chereads / Mencintaimu Dalam Diam / Chapter 35 - Chapter 34

Chapter 35 - Chapter 34

Arvino sudah tidak memperdulikan lagi oleh waktu yang terus berjalan meskipun ia rela menempuh waktu kurang lebih dua jam dari perjalanan Samarinda ke Balikpapan.ย 

Yang ia pikirkan saat ini adalah Allah, Aiza, Allah, dan Aiza. Dalam hati ia berdoa pada Allah semoga Allah membukakan pintu maaf Aiza pada dirinuya atas semua kesalahpahaman yang terjadi. Dan Arvino juga berharap kalau gadis itu akan segera menerimanya setelah semua yang terjadi.

Setelah mendapatkan info dan alamat sesuai biodata Aiza di kampus melalui rekan sesama Dosen, saat itulah Arvino menempuh kecepatan penuh untuk bertemu dengan Aiza.

Waktu terus berjalan. Sudah satu jam setengah berlalu, masih ada 30 menit lagi untuk tiba dialamat Aiza ketika suara adzan zuhur berkumandang di ponselnya. Arvino pun segera memasuki halaman mesjid dan memarkir mobilnya untuk melaksanakan sholat Zuhur empat rakaat

๐Ÿ–ค๐Ÿ–ค๐Ÿ–ค๐Ÿ–ค

Sudah banyak tisu bertebaran dimana-mana. Diatas tempat tidur bahkan diatas karpet berbulu tebal di kamar Aiza.ย 

Seperti yang sudah-sudah, sikapnya yang pendiam dan suka menyendiri sejak dulu membuat dirinya sangat mudah untuk melakukan hal itu ketika saat ini ia menangis sesenggukan tanpa diketahui oleh siapapun. Termasuk Naura, ataupun kakak iparnya.

Aiza menyesali perbuatannya. Ia sudah melukai dirinya sendiri dan melukai hati Arvino bahkan merusak perasaan yang terjadi diantara mereka walaupun keduanya belum menjalin hubungan apapun.

Sekarang Aiza bisa apa? Semua sudah jelas, Arvino telah memilih wanita lain bahkan tanpa sengaja ia melihat Kumala mau mencium wajah Arvino.ย 

Aiza cemburu, kedetakan mereka membuat tidak ada harapan lagi untuk cintanya pada Arvino. Pintu terketuk. Dengan cepat Aiza menghapus sisa-sisa air matanya di pipi.

"AIza? Kamu didalam?" panggil Naura sambil mengetuk pintunya.

"Iya. Tunggu sebentar."

Aiza segera berlari ke kamar mandi yang ada didalam dikamarnya untuk mencuci wajahnya dengan cepat kemudian mengelapnya dengan tisu dan membuka pintu kamarnya. Aiza mengerutkan dahinya dan mendapati Naura terlihat rapi berpakaian syar'i

"Cepat siap-siap dan berbenah diri ya." ucap Naura.

"Ada apa?"

"Kita akan kedatangan tamu."

"Siapa?"

"Alex dan kedua orang tuanya. Barusan dia-"

"Kakak saja yang bertemu dengan mereka. Maaf aku tidak bisa."

"Aiza-"

"Aku mohon sekali ini saja kakak mengerti."

Naura terkejut. Bukan karena ucapan Aiza, melainkan kedua mata Aiza yang berkaca-kaca. Naura menatap adiknya dengan curiga.ย 

Apakah ada hal yang terjadi sesuatu pada Aiza? Tanpa banyak bicara lagi, Naura membawa Aiza kedalam kamar dan menutup pintunya.

"Sekarang jelasin sama Kakak! Kamu kenapa? Apa terjadi sesuatu?"

"Aku tidak apa-apa." Aiza berusaha menyembunyikannya didepan Naura. "Aku hanya kelelahan."

"Kamu jangan bohong."

"Aku tidak bohong."

"Termasuk dengan hatimu sekarang ini?"

Aiza terdiam sesaat. "Maksud kakak apa?"

Naura mendecak sebal. "Kamu benar-benar keterlaluan ya! Masih saja tidak mau ngaku?"

Aiza pun memilih menuju tempat tidurnya kemudian menarik selimut tebalnya dan menutupinya hingga keseluruh tubuh. "Aku mau tidur. Maaf."

Dengan kesal, Naura menarik selimut Aiza dan menatapnya tajam. "Sampai kapan kamu mau menggantung perasaan seorang pria?!"

Aiza bangun dari tidurnya dan menatap kearah lain. Ia paling tidak suka jika urusan pribadinya di usik orang lain sekalipun keluarganya sendiri.

Naura berkacak pinggang. "Sampai kapan kamu memberi harapan pada Dosen kamu?" dan lagi, Naura melemparkan ponsel yang sejak tadi ia pegang tepat disamping Aiza.

"Dia hubungin kakak sejak kemarin! Nanya keadaan kamu. Alamat rumah kita bahkan minta sambungin ke kamu. Gak satu kali saja. Berkali-kali sampai sekarang. Gara-gara kamu Daniel marah karena merasa terusik ada pria lain hubungin kakak. Kamu tahukan kalau Daniel itu cemburuan?"

Aiza terlihat tidak perduli meskipun tanpa menatap ponsel kakaknya itu ia sangat tahu kalau dilayarnya terpampang banyak pesan singkat dan panggilan tak terjawab dari Arvino.

Pintu terbuka. Daniel berdiri diambang pintu. "Keluarga Alex sudah datang. Naura, sebaiknya kamu temui mereka dan biarkan Aiza bersiap-siap." Naura hanya mengangguk dan setelah pintu tertutup. Ia beralih menatap Aiza.

"Keputusan ada di kamu. Kakak angkat tangan. Kalau memang kamu menolak Alex, setidaknya kamu keluar datangin mereka dan bicarakan baik-baik. Jangan lari dari kenyataan."

๐Ÿ–ค๐Ÿ–ค๐Ÿ–ค๐Ÿ–ค

Suara tawa dan perbincangan santai kini terjadi di ruang tamu Aiza. Kedua orang tua Alex sedang berbincang-bincang dengan Naura dan Daniel. Sedangkan Aiza, ia memilih diam tanpa banyak berkomentar karena merasa bingung sendiri harus berbuat apa.

Dan Alex, pria itu tetap pada posisinya yang hanya ikut berbincang ala kadarnya dan sesekali melirik kearah Aiza.

"Rumah ini tidak ada berubah sejak dulu ya." ucap Ayah Alex pada Naura.

"Ah iya om. Mendiang Ayah sama Ibu memang tidak pernah merubahnya sejak dulu."

"Ingat banget dulu si Alex sama Aiza sering nonton kartun bersamaan di ruangan sini." kekeh Ibu Alex.

Semuanya memang diawali dengan basa-basi sejenak sebelum lanjut ke pembicaraan yang serius dengan maksud dan tujuan Alex yang ingin melamar Aiza.

"Jadi begini." suara Ayah Alex kali ini terdengar serius. "Maksud kedatangan kami kesini-"

"Kecelakaan beruntun terjadi di poros jalan Samarinda Balikpapan sekitar 20 menit yang lalu."

Suara siaran tv yang sedang menyala di ruang tamu tersebut terdengar dan saat ini menampilkan berita breaking news terbaru dan membuat seisi ruangan beralih menatap siaran tersebut.

"Kecelakaan yang terjadi oleh dua mobil dan truk pembawa muatan barang-barang sekitar 20 menit yang lalu menyebabkan jalur lalulintas menjadi macet total dan saat ini para korban sedang dibawa kerumah sakit. Dua korban diantaranya yang belum diketahui identitasnya dinyatakan tewas ditempat dan satu orang pria yang diketahui bernama Arvino-"

Aiza berdiri dari duduknya. Wajahnya menegang bahkan jantungnya berdetak sangat kencang. Kekhawatiran menerjang dirinya bahkan ia mengabaikan tatapan orang-orang disekitarnya.

"A-aku harus pergi." Aiza meneteskan air matanya ketika mendengar nama Arvino.

Naura ikut berdiri dari duduknya.

"Kamu mau kemana? Ini Alex gimana Za?"

Aiza tidak mengubris dan pergi begitu saja meninggalkan semuanya. Alex pun berdeham. "Semua sudah jelas kak Naura."

Naura menoleh kearah Alex. "Alex, ini-"

"Tidak apa-apa." Alex berusaha memaksakan senyumnya. "Percuma. Hati Aiza untuk pria lain. Bukan untuk saya."

Naura merasa tidak enak dengan Alex dan kedua orang tuanya. Bahkan, setelah basa-basi sejenak, akhirnya mereka pun memilih pulang dengan perasaan kecewa yang tidak diperlihatkan.

Disisilain, Setelah mencari tahu pemberitaan tadi melalui akun sosial media, Aiza pun segera kerumah sakit dengan perasaan berkecamuk dan ketakutan. Sesampainya disana, Aiza menuju ruangan UGD ketika tim medis,ย  terlihat sibuk dan mengevakuasi para korban kecelakaan beruntun.

Aiza berharap jika nama Arvino bukan berasal dari seorang pria yang ia sukai. Ia berusaha meyakini dirinya jika nama Arvino itu banyak dan tidak satu atau dua orang saja namun, sunggung disayangkan ketika apa yang diharapkan tidak sesuai kenyataan.

Dari jarak beberapa meter, Aiza melihat tubuh Arvino yang penuh luka kini terpasang banyak alat bantu sebagai penunjang hidupnya bahkan saat ini tim medis pun sedang memasangkan alat kejut jantung di tubuhnya.

"Mungkin, tunggu aku telah tiada di dunia ini baru kamu menyadari arti diriku yang sesungguhnya untuk mu."

Dan ucapan Arvino beberapa hari yang lalu membuat tangis Aiza pun pecah.

๐Ÿ–ค๐Ÿ–ค๐Ÿ–ค๐Ÿ–ค

Arvino... ๐Ÿ˜ญ๐Ÿ˜ญ๐Ÿ˜ญ

Semoga dia tidak apa-apa ya.

Makasih sudah baca. Sehat selalu buat kalian.

Instagram

lia_rezaa_vahlefii