Chereads / SHAMELESS / Chapter 15 - #15 | BITE THE BULLET III

Chapter 15 - #15 | BITE THE BULLET III

Sore itu setelah mampir dari kantornya di Silver Oak, Angela memutuskan untuk tinggal di apartemen Noel. Ia sengaja melakukannya agar dirinya lebih mudah untuk mengurus acara pernikahannya, mengingat apartemen Noel berada di tengah kota.

Dengan malas Angela keluar dari lift, saat ia hendak menempelkan key card miliknya, kakinya menabrak sebuah kotak besar berwarna hitam.

Angela kemudian menoleh ke sekitarnya, kotak itu benar di letakan di depan pintu apartemen Noel. Mungkinkah itu milik Noel?

Tapi sepertinya tidak.

Saat Angela mengambil kotak itu dan masuk ke dalam apartemen, ia baru menyadari apa yang diucapkan oleh Lucas tadi siang. Pria itu hendak mengirimkan gaun untuknya.

Dengan cepat Angela meletakan tasnya dan mulai membukanya.

Angela mengambil sebuah kartu ucapan yang ada dibagian paling atas. Sebuah kartu ucapan berwarna hijau itu memiliki tulisan cepat dan singkat.

Kepada : Nona Vernon : Pakai ini untuk makan malam kita.

Angela kemudian meletakan kartu itu, ia mulai duduk di lantai dan membuka bungkusannya. Dalam kotak besar itu, memiliki dua kotak kecil yang terbuat dari beludru berwarna hitam pula.

Angela membuka kotak yang pertama.

Ia kembali tertegun saat ia melihat isi dari kotak hitam yang pertama. Di dalamnya terdapat satu set anting asimetris berwarna perak, saat Angela meneliti anting itu, batu yang dipakai adalah batu zamrud yang persis seperti warna matanya.

Kepada : Nona Vernon : Aku sedang berpikir apakah gaun itu cocok dengan anting yang serupa dengan warna matamu.

Begitu isi kartu ucapan keduanya.

Angela kemudian membuka kotak yang kedua, di dalamnya terdapat sebuah sepatu berwarna perak dengan hak yang cukup tinggi.

Tidak ada kartu ucapan di dalam kotak itu.

Malam itu Angela mengenakan anting-antingnya, ia menahan nafasnya saat melihat dirinya di depan cermin. Penampilannya saat ini sederhana namun terkesan mewah, gaun hijau emeraldnya memiliki potongan leher rendah yang sukses mengekspos bagian atas dadanya.

"Sial, Lucas ingin membuatku seperti wanitanya." Kata Angela dengan meniup poninya.

Angela berjalan menuju ke arah jendela, dilihatnya sebuah mobil berwarna kelabu terparkir di lobi apartemen.

Angela kemudian turun menarik jasnya dan memakainya untuk menutupi setengah tubuh telanjangnya. Marcus berdiri di depan mobil sembari membukakan pintu untuk Angela, pria itu kemudian mengantar Angela ke restoran tempat Lucas menunggu kedatangannya.

*

Lucas duduk di sofa lobi restoran sembari mengecek laporan-laporan yang dikirimkan oleh karyawannya. Ia tidak ingin menghabiskan waktunya menunggu Angela tanpa melakukan apapun.

Saat asyik memberikan arahan kepada karyawannya, Lucas tiba-tiba saja menghentikan ucapannya terhenti saat ia melihat Angela datang dari kejauhan.

Puluhan pasang mata tertuju kepada Angela yang dengan berani memakai gaun hijau emerald dengan potongan yang sangat terbuka. Ssuai dengan bayangannya, Angela terlihat mempesona malam ini.

Lucas menutup teleponnya, memasukan tangannya ke dalam saku celananya, lalu berdiri menyambut Angela.

"Kau sudah datang rupanya." Sambut Lucas.

Angela yang tiba tidak memberikan ekspresi sambutan yang baik dan menyenangkan. Ia menghela nafasnya dan berkata, "sudah kubilang aku memiliki gaun sendiri."

"Tapi kau memakainya." Timpal Lucas santai. "Mari, aku akan mengantarmu ke ruangan kita." Kata Lucas dengan menyelipkan tangannya ke punggung telanjang Angela.

Angela tersentak saat tangan besar Lucas menyentuh punggungnya. Ia cukup canggung, karena Angela tidak pernah mengenakan gaun yang seperti ini sebelumnya, gaun dengan potongan punggung dan dada yang terbuka seperti ini, sebenarnya membuatnya takut terkena masuk angin.

[Tapi sepertinya penyakit masuk angin cuman ada di Indonesia deh ya T_T]

Lucas melirik para tamu restoran, mereka seketika menghentikan kegiatan mereka begitu Angela masuk ke dalam ruangan. Mereka mulai memperhatikan Angela tanpa berkedip, ada yang mulai berbisik-bisik, dan ada yang memuji Angela terang-terangan.

Berada di samping wanita yang cantik dan molek seperti Angela, ternyata menjadi kebanggan tersendiri bagi Lucas. Yaah, meskipun Angela masih belum ia miliki sepenuhnya. Lucas menekan tombol lift untuk naik ke lantai atas.

"Kita tidak makan di sini?" tanya Angela polos. Ia menunjuk sebuah pintu besar yang langsung menghubungkan lobi dengan restoran utama.

"Aku ingin makan malam berdua denganmu." Jawab Lucas singkat.

Ia kemudian membawa Angela masuk ke dalam lift dan menekan tombol tiga. Lift itu naik membawa keduanya naik ke lantai tiga.

Dada Angela mulai berdebar-debar saat ia teringat dengan kejadian empat bulan yang lalu, saat ia dijebak oleh Lucas. Itu adalah malam yang mengerikan baginya. Ia menelan ludahnya perlahan, kakinya mulai melemas.

Apakah Lucas akan melakukan hal yang sama lagi?

"Apa yang kau risaukan?" tanya Lucas.

Angela melirik Lucas. "Tidak ada."

"Tenang saja, aku tidak sedang menyusun rencana busuk terhadapmu." Kata Lucas lagi. Ia menekan tangannya ke punggung kecil nan mulus Angela, membuat wanita itu setengah terkejut dengan sentuhannya.

Angela membuang mukanya. "Kau bukanlah orang yang bersikap baik secara cuma-cuma."

"Aku akan menganggapnya sebagai pujian."

Angela memutar matanya. "Terserah."

Keduanya keluar dari lift dan melangkahkan kaki mereka masuk ke dalam ruangan VIP yang telah di pesan oleh Lucas.

"Ini kedua kalinya kita makan bersama seperti ini, Angela." Kata Lucas santai dengan membenarkan duduknya.

Angela meletakan tas kecilnya dan tertawa kecut. "Yang pertama adalah ketika kau menjebakku."

"Benar sekali." Lucas tersenyum, seolah-olah bangga dengan apa yang dia lakukan.

Keheningan mulai menyelimuti keduanya tatkala makanan telah dihidangkan. Malam itu Angela memilih untuk meminum air dari pada anggur, ia tidak ingin melewatkan waktu meminum obatnya.

"Apa kau sakit?" tanya Lucas saat ia melihat Angela menelan obat penghambat kehamilan.

Angela menggelengkan kepalanya. "Karenamu, aku harus rutin meminumnya. Jika tidak, aku akan mengandung anak iblis darimu." ketus Angela.

Awalnya Lucas terkejut dengan ucapan Angela, lalu ia menyeringai saat tau apa yang ditakutkan wanita itu. Angela takut ketahuan berselingkuh dengannya, karena image polos yg susah payah dibangunnya dari dulu.

"Menarik." kata Lucas.

Angela menyilangkan kakinya. "Jadi apa tujuanmu mengajakku makan malam?"

Lucas melirik Angela. "Kau tidak pernah tidak mencurigaiku, Angela."

"Sudah kubilang. Kau itu tidak dapat dipercaya."

"Berhenti memikirkan tunanganmu, Angela." kata Lucas to the point. Angela mengangkat kepalanya. "Just be mine already."

Angela terdiam. Hari ini otaknya terlalu lambat mencerna ucapan orang.

"Apa maksudmu?" tanya Angela mencoba berpikir.

"Batalkan saja pernikahanmu dan jadilah milikku, Angela." ulang Lucas. "Aku akan memberikan apa yang kau mau, tapi jadilah milikku."

Bisa-bisanya Lucas menyuruhnya membatalkan pernikahan yang telah ia dambakan lebih dari beberapa tahun yang lalu. Pria itu bahkan menyuruhnya untuk menjadi wanitanya, menjadi wanita Lucas berarti harus menahan sifat amoralnya.

Menukar harga diriku yang telah susah payah di bangun dengan harta dan tahta, benar-benar tidak tahu mau! - pikir Angela.

Angela menurunkan gelasnya. Ia tersenyum. "Hentikan mimpimu." katanya. "Aku bukanlah hewan liar yang bisa kau jinakan ataupun benda yang harus kau miliki."

Ada kebanggaan dalam diri Angela yang berani menunjukan ketegasannya kepada Lucas. Ia melanjutkan makannya dengan riang saat Lucas tidak lagi menjawabnya.

Namun, sesaat kemudian, perasaan Angela menjadi tidak enak. Ruangan yang awalnya terasa hangat berubah menjadi dingin.

Tangannya menjadi gemetaran saat memegang gelasnya. Kakinya jauh lebih lemas dari sebelumnya. Muncul rasa takut dalam dirinya.

Angela memberanikan diri untuk melirik ke arah Lucas.

Betapa terkejutnya Angela saat mendapati Lucas duduk dengan terus menatapnya.

Ta-tatapan itu... Sama dengan yang waktu itu! - pikir Angela.

Tangan Angela mulai berkeringat dingin, merasa kondisinya cukup membahayakan, ia lalu memutuskan menarik tasnya untuk menenangkan diri ke toilet.

"Pe-permisi, aku ke toilet dulu." katanya setengah terbata.

"Angela." panggil Lucas dengan nada yang sama delapan tahun yang lalu.

Angela merinding ketakutan, ia berhenti seketika dari tempatnya. Matanya membulat dan mulutnya gemetaran saat ia melihat bayangan Lucas yang berdiri di belakangnya.

Untuk sekian kalinya, Angela terkejut saat jari jemari Lucas menyentuh punggungnya yang terekspos.

"Mengapa kau tidak mau menjadi wanitaku, Angela?" kata Lucas lagi. "Aku tampan, aku juga memiliki banyak harta, kekuasaan, dan kebal terhadap hukum. Aku bahkan bisa mengimbangi hasrat seksualmu."

Lucas kemudian memeluk Angela dari belakang. Diciuminya rambut Angela yang menurutnya wangi.

"K-Kau bilang hanya makan malam." kata Angela mengingatkan Lucas. Dadanya mulai berdebar-debar kencang.

"Mengapa kau tidak pernah menurutiku, Angela?" bisik Lucas dengan mengecup punggung leher Angela.

"Berhenti."

*

Noel menutup bukunya pelan saat seorang pramugari kereta menawarkannya camilan. Setelah menolak tawaran itu, ia memutuskan untuk kembali membaca bukunya. Namun, alih-alih membuka bukunya dan kembali membaca, ekor matanya melirik ponselnya. Entah ada angin apa, ia merasakan perasaannya tidak enak. Noel bahkan tidak tenang dan selalu melirik ponselnya tiap menitnya.

Ia menghela nafasnya lalu meletakan bukunya dan mengecek jam di tangannya. Sudah pukul sembilan malam, ia berpikiran untuk menelepon Angela. Sudah pasti tunangannya menunggu kabar darinya. Ia menekan tombol telepon.

Tuut tuut tuut

Noel menempelkan ponselnya ke telinganya, tidak ada jawaban.

"Aneh." Gumam Noel menaikan alisnya. Ia kemudian mencoba untuk menghubungi telepon di apartemennya, ia yakin Angela sedang berada di apartemennya untuk menyusun acara pernikahan mereka.

Bukannya suara Angela yang muncul, tapi teleponnya masuk ke pesan suara.

"Hai, Noel Smith disini. Sayangnya aku sedang tidak ada di rumah, tinggalkan saja pesan setelah nada ini-"

Noel mematikan ponselnya.

Iseng-iseng, Noel mengirimkan pesan untuk Angela.

Kepada: Angela : Sudah tidur?

"Apakah dia terlalu lelah hingga tidur lebih dulu?" gumamnya dengan sedikit khawatir.

Tidak biasanya Angela tidak mengangkat teleponnya, biasanya wanita itu selalu mengirim pesan untuknya hingga seperti bom chat. Sekarang wanita itu malah adem ayem seperti tidak mencarinya.

Tidak ada jawaban dari Angela hingga pukul sepuluh malam.

Tidak menyerah, Noel kembali menghubungi Angela.

Cukup lama telepon wanita itu berdering sebelum akhirnya Noel menangkap sebuah suara merdu nan halus, yang ia dambakan beberapa menit yang lalu. Noel mengembangkan senyumannya.

"Halo." Jawab Angela dari seberang sana.

"Halo, Angela. Apa kau baik-baik saja?"

-Bersambung ke Chapter #16-