Chereads / SHAMELESS / Chapter 16 - #16 | BITE THE BULLET IV

Chapter 16 - #16 | BITE THE BULLET IV

Angela mencakar pinggiran kursi saat Lucas mempercepat hentakannya. Ia menggigit bibir bawahnya hingga kemerahan, dengan susah payah ia menahan desahannya sendiri sesuai dengan yang diperintahkan oleh Lucas.

Tubuhnya semakin melemas, Lucas tidak memberinya ruang untuk istirahat meskipun Angela telah mencapai klimaks sebanyak dua kali. Lucas memeluk tubuhnya dengan erat, telinga Angela terasa panas akibat nafas Lucas yang memburu, pria itu tidak memberinya pilihan lain selain terus menurutinya.

Mata hijaunya melirik ke wajah Lucas. Ekspresi yang penuh dengan kemenangan itu adalah ekspresi yang sangat Angela benci, pria itu terlihat puas telah menguasai dirinya.Tapi apa yang bisa dia lakukan? Meronta? Tentu tidak. Lucas tidak akan melepaskannya begitu saja.

Ia terkejut saat mendengar ponselnya berdering, Angela menoleh ke arah tas kecilnya di meja. Sementara Lucas yang awalnya mencoba untuk mencium Angela, langsung memasang wajah dingin ketika wanita itu berani mengabaikan dirinya.

"Poselmu sudah berkali-kali berbunyi, apa kau tidak sadar?" tanya Lucas.

Mata hijau Angela membulat, itu adalah dering khusus yang sengaja Angela gunakan ketika Noel menhubunginya. Noel sedang meneleponnya, di saat seperti sekarang ini? Mana bisa begini!

"Lucas, biarkan aku mengangkat teleponnya dulu." Pinta Angela setengah terengah-engah.

Lucas memasukan jemarinya ke telunjuk Angela. "Abaikan dia, fokuslah kepadaku." Ujarnya sensual di telinga Angela.

Lucas mempercepat gerakannya, membuat Angela kembali memekik, dilihatnya ekspresi Angela yang kebingungan sekaligus erotis. Ia masih bisa melihat mata Angela yang melirik ke arah ponselnya yang terus berbunyi.

Lucas menyeringai. "Angkatlah." Ujarnya ditelinga Angela. "Tapi biarkan aku terus bercinta denganmu seperti ini."

Sial. – pikir Angela.

Angela menutup matanya, pikirannya tidak karuan. Ia tidak bisa menahan godaan kebencian sekaligus indah dari Lucas, tapi ia juga tidak bisa melewatkan telepon Noel. Pria itu pasti sedang mengkhawatirkan dirinya.

Cukup lama Angela berpikir, ia kemudian memutuskan untuk mengangkat telepon dari Noel, bagaimanapun Noel adalah prioritas utama baginya. Ia lalu mendorong tubuh Lucas menjauh darinya, kemudian Angela berjalan menuju ke meja makan dan mengangkat ponselnya.

"Halo."

"Angela, apa kau baik-baik saja?" ujar Noel yang terdengar khawatir di seberang sana.

"Ya, aku baik-baik saja." jawab Angela dengan mencoba untuk mengendalikan dirinya.

Angela memegangi kepalanya yang masih terasa pusing dan tubuhnya yang masih lemas, sesekali ia berdehem untuk memperbaiki suaranya yang serak.

"Tidak, tidak, aku sedang berada di rumah. Aku keluar beli beberapa camilan." Jawab Angela dengan melirik Lucas.

Pria itu duduk di kursi dengan menatap tajam ke arah dirinya, Angela menelan ludahnya. Lucas kemudian merapikan pakaiannya.

"O-oh syukurlah, tinggal berapa jam lagi?" tanya Angela kepada Noel. Matanya terus memperhatikan Lucas yang telah merapikan pakaiannya. Angela ikut merapikan rambut dan juga gaunnya.

Ia terdiam saat melihat Lucas yang berjalan ke arahnya. Angela tidak bisa memfokuskan dirinya kembali, apa yang diucapkan oleh Noel tidak masuk ke kepalanya, ia mengabaikannya. Yang tersisa di dalam kepalanya saat ini adalah bersiaga.

"Halo, Angela." Panggil Noel.

Kini jarak Angela dan Lucas sudah cukup dekat, hanya tinggal satu langkah saja, wajah keduanya akan saling berdekatan. Angela merasa ngeri dengan sikap Lucas saat ini, terlebih pria itu tidak mengalihkan pandangannya dari matanya, pria itu sedang mengintimidasinya.

"Halo, Angela!" Panggil Noel lagi.

Angela membalikan badannya memunggungi Lucas, ia menyisir poninya ke atas.

"Y-ya, aku mendengarkanmu." Jawabnya.

Namun, sebelum akhirnya Noel kembali berbicara, Lucas mengambil ponsel Angela dari tangannya. Angela berbalik menghadap Lucas, dilihatnya Lucas yang dengan santainya mematikan sambungan telepon Noel. Pria itu kemudian melempar ponsel itu ke arah Angela.

"L-Lucas, kau tahu aku bukan wanita single, bukan?" tanya Angela.

Ia mencoba untuk menghindari tatapan tajam Lucas. Ia mencoba untuk mundur perlahan.

Lucas mendekatkan dirinya ke arah Angela.

"Ya." jawabnya.

"J-jadi k-kurasa sudah memang seharusnya aku mengangkat telepon dari tunanganku sendiri." Lanjut Angela.

Lucas menyipitkan matanya.

"Termasuk di kondisi seperti tadi sekalipun?"

Ia melangkahkan kakinya mendekati Angela.

Angela meremas ponselnya, mata hijaunya terlijat menghindari tatapan mata Lucas, langkah kakinya masih membawanya menjauh.

"Y-ya." Jawabnya.

"Mengapa begitu?"

"K-karena Noel adalah tunanganku, sebentar lagi ia akan menjadi suamiku." Jawab Angela mencoba untuk memberanikan dirinya.

Angela mendelik terkejut saat kakinya menabrak meja kecil di sebelah jendela, ia mencoba untuk menyeimbangkan tubuhnya. Kini ia terpojokan, tidak ada ruangan lagi untuk melarikan diri dari Lucas.

"Dan karena itu kau mengabaikanku, meskipun kita sedang asyik bercinta?" tanya Lucas.

Ia meletakan kedua tangannya di atas meja di belakang Angela. Perlahan-lahan Angela memiringkan posisi tubuhnya untuk sedikit menjauh dari Lucas. Tidak nyaman dengan posisi itu, Angela meletakan tangannya di dada Lucas dan mendorongnya perlahan.

"K-kau terlalu dekat, Lucas."

"Mengapa kau terbata seperti ini?" tanya Lucas dengan memegang pipi kiri Angela. Ia menuntun kepala Angela untuk menatapnya. "Padahal beberapa menit yang lalu, kita lebih dari sedekat ini."

Sialnya, Angela mengigit bibirnya saat ia menyadari tubuh bagian bawahnya belum kering sempurna.

"Jawab pertanyaanku, Angela." Perintah Lucas dengan menatap mata Angela.

Angela menutup matanya, ia sedang mengumpulkan keberaniannya untuk berkata tegas.

"Noel adalah prioritas utamaku, Lucas. Dia akan menjadi suamiku dalam waktu dua bulan lagi, sebenarnya hubungan kita saat ini tidak baik untuk dilanjutkan."

Angela mengucapkannya dengan sangat tegas, sempurna, tanpa terbata sekalipun. Ia bahkan berani menatap mata merah ruby Lucas.

Lucas menyeringai, ia kemudian memasukan jari-jarinya ke dalam mulut Angela yang belum sempat terkatup.

"Apa yang kau ucapkan, Angela? Aku tidak mengerti." Kata Lucas mencoba untuk memprovokasi Angela.

Jemarinya memainkan lidah Angela, dirinya semakin bersemangat ketika Angela memegang tangannya dan berusaha untuk mendorongny menjauh.

"Lucas, hentikan!" kata Angela setengah memohon, namun tangan itu kembali masuk ke dalam mulutnya, mengobrak-abrik seluruh isi mulutnya dan mulai menekan lidahnya.

"Jika, kau sepeduli itu terhadap tunanganmu, bagaimana jika aku memberitahunya mengenai hal ini?" tanya Lucas. "Mengenai dirimu yang diam-diam bertemu denganku dan bercinta denganku, lalu mengenai dirimu yang berfantasi akan hal ini, dan mengenai dirimu yang selalu berharap untuk berada di posisi sekarang ini."

Angela terlihat mendelik dan menggelengkan kepalanya. Tidak pernah sekalipun Angela berpikiran ataupun berharap untuk berada di posisi seperti ini. Lucas sialan!

Lucas kembali menyeringai.

"Bagaimana kau akan mengaturnya, Angela? Apakah kau akan menyangkalnya? Ataukah menyembunyikannya?" hatinya semakin melambung tinggi saat melihat Angela tidak berdaya karena kekuatannya. "Jadi, lepaskanlah semua dan jadilah milikku, Angela."

Tidak.. Tidak.. jangan begini. – pikir Angela frustasi.

Tok tok tok.

Saved by the ring bell, itu mungkin adalah istilah yang cocok untuk kondisi Angela saat ini. Ia sudah terlalu terpojokan karena tingkah Lucas yang semakin mendominasinya. Ia hampir kelabakan dan akan kehilangan kendalinya, jika Marcus tidak mengetuk pintu.

"Tuan Scorgia." Panggil Marcus dari luar pintu. "Tuan muda Daniele ingin segera bertemu dengan anda."

Mendengar hal itu, Lucas kemudian menghentikan kegiatannya. Ia berdecak kesal dan menarik tangannya, diambilnya serbet yang ada di atas kursi miliknya sebelumnya. Ia kemudian merapikan dirinya dan juga pakaiannya.

Sementara Angela, ia hanya berdiri berpegangan meja. Nafasnya masih terengah-engah, jantungnya berdebar-debar. Tubuhnya terlanjur memanas akibat stimulasi yang diberikan oleh Lucas. Dalam hatinya, Angela mengumpat pria itu habis-habisan.

"Sejujurnya, aku sangat terpukau dengan ketegasanmu kepadaku, Angela." Kata Lucas sembari masih merapikan jasnya. "Wanita hebat dan cerdas sepertimu harus mendapatkan penghargaan yang tinggi." Lanjutnya.

"Aku tidak membutuhkan apapun darimu." Balas Angela setengah marah.

"Oh ya?" Lucas berbalik menatap Angela. Pria itu tersenyum. "Baiklah kalau begitu, aku pamit dulu, masih ada pekerjaan yang harus kulakukan. Selamat malam, Angela. Jaga dirimu baik-baik saat kau pulang nanti."

Lucas berjalan ke arah pintu dan membukanya perlahan, ketika ia melihat Marcus yang berdiri dengan menunduk menghadapnya, ia merasa kesal dengan pria itu, berani-beraninya dia menganggu aktifitas pribadinya kepada Angela.

"Antar Angela kembali ke rumahnya." perintah Lucas dengan berjalan meninggalkan Marcus sendirian di depan pintu.

*

Malam itu, setelah ia melepas seluruh perhiasan dan juga gaunnya, Angela masuk ke kamar mandi dengan perasaan campur aduk.

Dalam rintik air shower yang hangat, Angela menutup matanya dan mulai merasakan air-air itu turun membasahi tubuhnya.

"Gyaaa!" teriaknya.

Angela selalu melakukannya ketika ia merasa sebal dan marah seperti ini, melampiaskan rasa emosinya dalam teriakan.

Ia menyandarkan tubuhnya ke dinding kamar mandi, pikirannya kacau balau. Angela ingin ketenangan setelah ini.

*

Sementara itu, Lucas turun dari mobilnya. Ia menyipitkan matanya ketika melihat seorang pria yang berdiri di balkon lantai dua rumahnya. Lucas masuk ke dalam rumahnya.

Pria itu menyambut Lucas ketika ia telah sampai diatas balkon. Lucas kemudian duduk di kursi, mengabaikan sambutan pria yang bernama Daniele itu.

"Seperti biasa, kau selalu saja mengabaikanku." kata Daniele.

Lucas menopang dagunya. "Jadi, apa yang kau bawa untukku?" tanya Lucas.

Daniele menjentikan jarinya. "Sebelum itu, ijinkan aku menuangkan anggur ini untukmu. Ini adalah anggur terbaik yang kubawa khusus untukmu."

Mata Lucas melirik Daniele yang menuangkan anggur merah ke gelas tinggi di hadapannya.

"Aku dengar kau bersama dengannya malam ini." kata Daniele membuka pembicaraan.

Lucas tidak menjawab.

"Apakah aku mengganggumu?" tanya Daniele setelah menyesapi anggurnya.

"Mengganggu sekali." jawab Lucas singkat.

"Woah, maafkan aku, Tuan Scorgia. Aku telah menganggu waktu berkencanmu." ujar Daniele dengan setengah tertawa.

Lucas mengambil gelas anggur itu dan mulai mencicipinya. Rasanya tidak buruk.

"Jadi apa yang kau bawa untukku, Daniele? Kau tidak mungkin kemari dengan tangan kosong, 'kan?"

Daniele menyeringai kesal, sudah ia duga, Lucas bukanlah tipe orang yang suka basa-basi saat bertemu dengan keluarga. Selalu saja terburu-buru jika sudah menyangkut hal 'itu'.

Ia kemudian mengambil amplop hitam yang sedari tadi ia letakan di kursi di sebelahnya, ia memberikannya kepada Lucas.

"Ini laporan yang kau minta." ujar Daniele singkat.

Lucas kemudian mengambil amplop itu dan mengeluarkan sebuah kertas dari dalam amplop itu.

"Inti dari laporan itu adalah DNA mereka cocok." imbuh Daniele.

Lucas yang lama terdiam kemudian perlahan-lahan tertawa. Lucas kemudian meletakan amplop itu, ia kemudian menyesapi anggurnya. Dalam pandangannya saat ini, ia melihat foto lama Angela.

"Selamat bersenang-senang, Lucas." imbuh Daniele dengan mengangkat gelasnya. "Selamat mendominasi wanita itu, sesuai dengan perjanjian, dia adalah hakmu sepenuhnya."

Lucas mengambil ponselnya, melirik layar kunci ponselnya. Hanya tinggal menghitung hari sampai Angela datang sendiri dan memohon untuk menjadi miliknya.

Membayangkannya saja sudah membuat Lucas tidak sabar.

-Bersambung ke Chapter #17-