Chereads / SHAMELESS / Chapter 19 - 19 | BITE THE BULLET VII

Chapter 19 - 19 | BITE THE BULLET VII

Satu jam sebelumnya.

Angela terduduk di bangku taman rumah sakit dengan memegangi kepalanya. Sesekali ia mengigit bibirnya. Mengapa kejadian ini harus terjadi bersamaan? Cukup lama ia melamun memikirkan apa yang sedang terjadi saat ini.

Akhirnya Angela memutuskan untuk pergi meninggalkan rumah sakit menuju ke bank. Saat Angela mendapatkan surat mutasi rekening dari petugas bank, betapa terkejutnya Angela begitu ia melihat posisi keuangan saat ini.

"Dengan uang segini jelas tidak akan cukup untuk membiayai anak-anak sebanyak ini." Gumam Angela. Ia mengigiti kuku jempolnya untuk menenangkan dirinya.

Diliriknya tanggal yang ada di ponselnya, biasanya pendanaan sudah masuk di tanggal ini, tapi nyatanya tidak ada, sisanya hanyalah dari para donatur-donatur kecil. Benar apa kata Tina, 'S Group telah menghentikan pendanaan mereka.

Angela terduduk lemas di dalam mobilnya, ia masih belum berani menyalakan mesin mobil, ia takut pikirannya yang kacau akan membuatnya bertemu ajal. Ia kembali melamun.

Ia teringat akan ucapan Lucas kepadanya. Saat ia sedang berada di rumah makan beberapa hari yang lalu. Saat ia membuat mood Lucas memburuk dan bahkan meninggalkannya sendiri.

"Sejujurnya, aku sangat terpukau dengan ketegasanmu kepadaku, Angela. Wanita hebat dan cerdas sepertimu harus mendapatkan penghargaan yang tinggi." Kata Lucas waktu itu.

Sialnya lagi, Angela membalas ucapan Lucas dengan setengah marah, mengatakan bahwa ia tidak membutuhkan apapun dari pria itu. Ia melupakan satu fakta, bahwa Lucas adalah presdir 'S Group yang merupakan sumber pendanaan tertinggi di panti asuhan Silver Oak.

"Kau bodoh, Angela, kau bodoh!"

Ia memukuli kepalanya karena malu dengan kebodohannya sendiri. Jika saja Angela tidak termakan amarah dan mengucapkan hal itu, jelas sekali Lucas tidak akan mengambil tindakan mengerikan seperti saat ini.

Apalagi hal ini bersamaan dengan informasi mengenai pencabutan beasiswa Stefanie, bisa saja panti asuhan membiayai sekolahnya, tapi itu akan menambah beban panti asuhan. Dengan keuangan seperti sekarang ini, Silver Oak tidak akan bisa menutupi semua beban pengeluaran.

Angela meneguk air mineralnya hingga abis, ia hampir terkejut saat mendengar ponselnya berdering. Angela cepat-cepat mengangkat telepon itu.

"Halo, Noel." Jawab Angela. Ia menyisir poninya kebelakang.

"Angela, aku baru saja mendapat kabar dari Ryan, bagaimana keadaan nenek?" tanya Noel dari seberang sana.

Angela menyandarkan tubuhnya di sandaran kursi. "Nenek baik-baik saja, para dokter telah mengurusnya. Ia hanya terlalu lelah kerena kebanyakan berjalan-jalan, kau tahu sendiri Silver Oak itu sebesar apa."

"Tapi, mengapa sampai kepala nenek diperban?"

Angela memijat keningnya yang mulai sakit. "Nenek jatuh terpeleset, Noel. Untung saja dokter di rumah sakit itu sangat bagus, jadi nenek bisa langsung ditangani."

"Syukurlah." Jawab Noel. "Lalu, bagaimana dengan kabarmu? Mengapa suaramu seperti itu?"

"Aku hanya kelelahan karena panik mendengar berita dari nenek Elena tadi." Kata Angela berbohong. "Untungnya nenek tidak apa-apa."

"Baiklah jika begitu, aku akan kembali bekerja. Jaga dirimu baik-baik." Kata Noel kemudian. "Aku mencintaimu, Angela."

"Aku juga mencintaimu." Jawab Angela yang kemudian menutup ponselnya.

Menit berikutnya, Angela kemudian menyalakan mobilnya dan berjalan menuju ke kantor 'S Group. Jalanan cukup lenggang, sehingga memudahkan Angela untuk menyetir cepat.

Angela tiba di pintu masuk kantor pusat 'S Group tempat Lucas bekerja. Sebelum ia turun, Angela memakai jaket denimnya dan menggulung rambutnya ke atas. Angela mempercepat langkahnya saat seorang resepsionis memanggilnya dan berteriak meminta bantuan kepada petugas keamanan.

Angela berjalan ke arah lift, memasukinya, dan kemudian menekan tombol. Ia tersenyum kecut saat para petugas tidak sempat masuk ke dalam lift.

Angela menyilangkan tangannya di dada, ia mengabaikan salah seorang karyawan yang menatapnya. Pria itu melihati Angela dari ujung kaki hingga ujung rambut, nampaknya ia belum pernah melihat wanita yang mengenakan rok span dari kulit yang dipadu dengan jaket denim gelap dan juga sepatu high heels hitam. Mana ada juga pegawai yang berpakaian serampangan seperti Angela?

Saat pintu terbuka, Angela melirik pria itu dengan tatapan tajam. Pria itu kemudian keluar dari lift dengan wajah yang masih terkagum-kagum dengan kecantikan Angela. Saat pintu lift hendak tertutup, Angela mengacungkan jari tengahnya kepada pria itu. Wajah terkejut pria itu berhasil menghibur Angela yang masih terasa tegang.

Lift itu tiba di lantai yang paling atas. Angela kemudian berjalan keluar dari lift, ia mengabaikan panggilan dari para sekretaris cantik presdir yang duduk di meja mereka masing-masing.

"Tunggu, Nona! Nona! Anda tidak bisa masuk sembarangan!" kata wanita dengan rambut cokelat gelap yang menghadang langkah kaki Angela.

"Anda harus membuat janji terlebih dahulu dengan beliau sebelum masuk ke dalam." Timpal wanita yang berambut pirang di sebelahnya.

Angela tersenyum. "Aku tidak perlu membuat janji dengannya." Kata Angela kemudian berjalan melintasi keduanya.

"Tunggu, Nona!" teriak para wanita itu seperti seekor bebek di sungai belakang panti asuhan.

Angela tidak memedulikannya, dimatanya saat ini adalah pintu besar berwarna cokelat dengan pegangan emas yang ada di hadapannya, dibalik pintu itu sudah pasti ada Lucas yang sedang asyik menertawakan kesusahannya.

Brak!

Angela membuka pintu besar itu dengan keras.

"Lucas!" panggil Angela keras.

Mata zamrudnya mencari-cari sosok Lucas. Ia melangkah masuk saat ia melihat pria itu sedang asyik meneliti laporan-laporannya bersama dengan Marcus yang berdiri di hadapannya. Dua pria itu terkejut saat melihat Angela menerobos masuk dengan mudahnya.

"Angela." Lucas bergumam.

"Ada apa ini?" Marcus bertanya dengan nada setengah membentak kepada para sekretaris wanita yang ada di belakang Angela.

Sementara Angela dan Lucas saling bertatapan dengan tajam. Dua sekretaris Lucas langsung memegang lengan Angela dan memaksanya keluar dari ruangan itu.

"Nona, anda tidak boleh menerobos masuk tanpa membuat janji terlebih dahulu!" kata sekretaris itu lagi.

"Kami mohon maaf, Tuan Scorgia, kami akan membawanya keluar dari sini." Sahut yang lainnya. "Kami akan memanggilkan petugas keamanan."

Angela diam saja dan masih berperang tatapan mata dengan Lucas. Lucas yang mengerti mood Angela saat ini langsung melemparkan seringaiannya.

"Biarkan saja." Kata Lucas santai.

Dua sekretaris itu terdiam. "Ta-tapi."

Lucas melirik Marcus. "Biarkan Angela masuk, kau urus petugas keamanan yang terlanjur kemari, Marcus. Dia ingin berbicara berdua bersamaku."

Marcus mengerti dan memberikan salam kepada Lucas. Ia kemudian berjalan dengan menggiring para sekretaris wanita itu keluar dari ruangan. Tak lupa Marcus menutup pintu di belakang Angela dan menguncinya.

Kini tinggal Angela dan Lucas di dalam ruangan itu. Angela berjalan menghampiri Lucas tanpa melepaskan kontak matanya dengan mata Lucas. Sementara pria itu malah dengan santainya duduk bersandar di kursinya.

"Aku dengar kau mengehentikan pendanaan ke Silver Oak hari ini." Kata Angela memulai. "Tanpa ada pemberitahuan, kau melakukannya, tanpa mengonfirmasi dahulu dengan alasan yang jelas!"

"Sebenarnya, Marcus telah memberitahukannya kepada Nyonya Taylor pagi ini-" jawab Lucas dengan santai yang terpotong oleh ucapan Angela.

"Ya! Dan itu sukses membuat nenek Elena masuk ke rumah sakit!" teriak Angela. Ia kemudian mendekati meja Lucas. "Kau bahkan mencabut beasiswa Stefanie, tanpa alasan dan pemberitahuan kepadaku dahulu."

"Ya."

"Mengapa begitu?" tanya Angela. "Apa kau melampiaskan rasa marahmu kepadaku karena kemarin, Lucas? Saat aku mengangkat telepon Noel. Kau melakukannya karena itu?"

"Tidak." Jawab Lucas singkat. Ia kemudian berdiri dengan membetulkan jasnya, berjalan ke arah Angela yang masih berdiri di sebelah meja kerjanya. "Aku sudah mengatakanmu sebelumnya, jadilah milikku, Angela. Aku bisa memberikan apapun yang kau inginkan."

Plak!

Angela menampar Lucas. "Aku tidak menyangka, pria berumur 31 tahun sepertimu masih memiliki rasa kekanakan seperti ini." Desis Angela.

Lucas menghela nafasnya, sebenarnya ada rasa perih dan panas di pipinya, dalam pikirannya saat ini ia ingin mencium Angela dan melakukan seks lagi di tempat ini. Lucas tidak akan memedulikan orang yang ada di luar ruangan kerjanya, namun sepertinya ia harus menahannya. Untuk memberikan Angela pelajaran. Pelajaran tentang siapa pemilik Angela sesungguhnya.

"Apakah dengan dua kejadian hari ini masih belum cukup membuatmu sadar, Angela?" tanya Lucas lagi.

Lucas berjalan mendekati Angela, membuat wanita itu terhimpit antara meja kerja dengan tubuhnya.

"Jadilah milikku, aku akan mengembalikan dana untuk Silver Oak dan juga beasiswa Stefanie." lanjut Lucas.

"Kau licik, Lucas." Jawab Angela. "Kau bukan pria sejati, kau menarik lagi janji-janjimu setelah kau menepatinya, dasar licik!"

Lucas memegang syal yang ada di leher Angela, mengusapnya dengan jari jempolnya. "Aku bisa membawa Ryan menjadi salah satu karyawan khusus untuk para eksekutif dengan gaji yang besar."

"Hahaha." Angela tertawa kecut. "Kau bahkan tidak menepati janjimu yang itu, untuk apa aku mempercayaimu?"

"Ingatlah, Angela. Aku masih menyimpan video-video ketika kita bercinta." Imbuh Lucas.

"Kau mengambil banyak video?" Angela membelalakan matanya.

"Apa kau kira kita bercinta cuman sekali?" Lucas mengangkat pundaknya. "Jujur, aku mengambilnya hanya untuk kesenanganku pribadi, jadi, kusimpan saja videonya. Tapi setelah kulihat, makin kesini kau makin tidak menuruti semua ucapanku. Apa kau tidak penasaran bagaimana ekspresi tunanganmu saat melihatnya juga?"

"Lucas!" bentak Angela dengan memukul-mukul tubuh pria itu. "Kau licik! Iblis! Dasar iblis!"

Lucas tersenyum melihat Angela yang mulai frustasi dengannya. Ia kemudian menangkap kedua tangan Angela dan memegangnya dengan erat. Ditatapnya mata zamrud indah itu dengan dalam.

"Jadilah milikku, Angela. Jadilah wanitaku." Kata Lucas kembali.

Angela membuang mukanya. "Tidak! Aku sudah bertunangan, Lucas. Apa kau tidak lihat cincin di jariku?! Harus kukatakan padamu berapa kali agar kau mengerti?"

Lucas melirik jari manis Angela. Sebuah cincin berwarna emas terlihat bercahaya diantara jari putih nan mulus milik Angela. Ia menyeringai, tidak menyangka harus melihat cincin itu untuk kedua kalinya.

"Memangnya mengapa jika kau telah bertunangan? Bukankah tunanganmu meninggalkanmu dinas selama sebulan sebelum pernikahan kalian?"

"Lucas hentikan!"

"Aku hanya ingin memberitahumu, percuma kau melawanku, aku memiliki semua yang menjadi tumpuan hidupmu. Mengapa kau tidak menyerah saja dan menjadi wanitaku, Angela?"

"Aku sudah bertunangan, jangan membuatku menjadi wanita tidak bermoral seperti ini! Mengapa kau selalu saja memerasku! Dasar bajingan!"

Lucas berdecak kesal, Angela mulai kehilangan kontrolnya, sama seperti saat itu. Ia kemudian menarik kepala wanita itu dan mencium bibirnya, membuat Angela menelan kembali umpatan-umpatannya.

Angela masih memukulinya, berusaha untuk mendorongnya agar bisa melepas ciumannya. Namun, Lucas malah semakin menarik Angela dan memeluknya dengan erat. Ciumannya mendadak menjadi lembut, Lucas membiarkan Angela terbiasa dengan dirinya dengan melepas ciumannya.

Air mata metes dari pelupuk matanya. Angela menangis, ia menangisi kekalahannya, Lucas benar-benar membuatnya kelabakan. Mengapa disaat-saat yang seharusnya Lucas memperhatikan kelicikan dan kesombongannya, Lucas malah memberikannya kelembutan dan keramahan dalam ciumannya. Ia manangisi dirinya yang tidak bisa menolak kenyataan.

"Jadilah milikku, Angela." Ujar Lucas di sela-sela ciuman mereka.

"Ya." Jawab Angela lirih.

Mereka kembali berciuman.

-Bersambung ke Chapter #20-