"Gadis yang aneh. Kenapa harus bertemu dengannya?"
.
.
.
.
.
.
Juni 2017
08.15 A.M.
Sungchan berlari sambil merapikan seragam SMA nya dengan tergesa-gesa. Hari ini, dia bangun cukup siang. Semalam dia terlalu asyik bermain game online di ponselnya.
"Sial! Kenapa harus telat hari ini?" Sungchan menggerutu sepanjang perjalanannya.
Saat berlari, mobil putih tiba-tiba berhenti di depannya. Kira-kira sepuluh meter. Kaca mobil mulai terbuka. Siswa laki-laki menjulurkan kepalanya dan berteriak.
"Sungchan! Cepat masuk!"
"Chenle!" ucap Sungchan terkejut.
Siswa yang bernama Zhong Chenle ini memberikan tumpangan di pagi hari. Biasanya, dia jalan kaki ke sekolah. Jarak rumahnya juga tak terlalu jauh dari sekolah.
Sungchan segera berlari menuju mobil. Chenle membukakan pintu belakang mobil dengan cepat. Cukup lega Sungchan mendapat tumpangan.
"Kau bangun siang juga?" tanya Chenle.
"Kau juga?" nafas Sungchan tak beraturan.
"Ini gara-gara kau. Jika semalam kau tak mengajakku push tier, aku tidak akan bangun kesiangan." Sungchan mulai protes.
"Semalam itu hari terakhir sebelum season baru diupdate hari ini. Aku harus menaikkan tier-ku agar tak turun drastis setelah di-reset hari ini." Chenle memberi pembelaan.
"Dasar penggila Chicken Dinner. Lihat, kita telat kan jadinya." Sungchan protes lagi.
"Sudahlah. Kita berangkat bersama." Chenle menepuk bahu Sungchan.
Mobil melaju dengan kecepatan yang sedikit melebihi normal. Sekitar lima puluh meter, mereka akan memasuki gerbang sekolah.
"Tuan Muda, sebentar lagi sampai." ucap supir. Chenle hanya mengacungkan jempolnya sambil tersenyum bangga. Entahlah apa maksudnya.
'SEOUL INTERNATIONAL HIGH SCHOOL'
Mobil telah melewati pintu gerbang sekolah. Seorang guru sedang menghukum murid-murid lain karena datang terlambat.
Melihat hal itu, Sungchan dan Chenle dengan cepat membungkukkan badan mereka agar tak terlihat oleh guru yang sedang menghukum.
Sebetulnya tak akan ketahuan juga mereka jika tak membungkukkan badan. Kaca mobil tak sebening yang mereka kira. Karena sudah dihantui rasa takut duluan, mereka secara reflek langsung bersembunyi.
Awalnya Sungchan merasa heran kenapa Chenle datang ke sekolah dengan mobil. Sekarang ia paham, agar lolos dari hukuman. Cerdas juga.
Mobil sangat jarang datang ke sekolah. Hanya tamu atau petinggi sekolah saja yang mengendarai mobil.
Para siswa lebih banyak berjalan kaki. Terlebih, sekolah menyediakan asrama di sekolah bagian belakang. Biasanya siswa dari luar negeri yang menempatinya. Jadi siswa di asrama tak perlu diantar dengan mobil.
Sekolah memiliki peraturan dimana semua siswa harus sudah tiba di sekolah, setengah jam sebelum pelajaran di mulai. Sedangkan pelajaran di jam pertama dimulai pukul 08.30 pagi.
Jika tak mengikuti aturan, siswa/siswi yang terlambat akan dihukum untuk memotong rumput halaman sekolah di jam pertama hingga usai. Parahnya, akan mendapat tanda strip merah di rapor dan tak mendapatkan nilai pada mata pelajaran pertama hari itu.
"Terima kasih, Paman. Bilang Mama kalau aku sudah sampai di sekolah dengan aman." Chenle meringis pada sopir.
"Baik, Tuan Muda."
Mobil telah sampai di depan lobi sekolah. Sungchan membuka pintu mobil dan perlahan keluar. Chenle mengikuti.
Mereka memasuki lantai pertama gedung. Dengan jalan yang cepat namun hati-hati, mereka menuju lift untuk menuju lantai tiga — lantai dimana kelas mereka berada.
Pintu lift mulai terbuka. Mereka terkejut melihat seorang siswi berdiri di titik tengah. Rupanya, siswi itu juga terkejut saat melihat mereka berdua.
"Ya-ya (hey, hey)! Bagaimana dia ada disini?" Sungchan masih terkejut.
"Sudahlah, kita harus cepat. Kau ingin mendapat tanda merah?!" Chenle menyeret Sungchan.
Siswi itu langsung memojokkan badannya ke pojok lift. Membalikkan badan dan menghadap dinding lift.
↑2
↑3
Pintu lift terbuka saat tiba di lantai tiga. Tanpa mempedulikan siswi yang bersama mereka, Sungchan dan Chenle segera berlari menuju ruang kelas 11-2 — ruang kelas mereka.
Mungkin ini hari keberuntungan mereka. Guru Lee belum masuk ke kelas saat mereka tiba. Sungchan mencoba mengatur nafasnya setelah duduk di bangkunya.
"Kenapa baru datang?" tanya Jeno teman sebangku juga sahabatnya — selain Chenle dan Yangyang.
Tak ada jawaban. Sungchan hanya menunjuk Chenle yang duduk di pojok belakang dengan wajahnya.
"Ayam (istilah menang dalam game PUBG)?" tanya Jeno memastikan.
"Apa lagi?"
"Semalam juga dia mengajakku bermain, tapi aku menolak." ucap Jeno.
"Kau beruntung." Sungchan mulai mengeluarkan buku-bukunya.
Saat membuka tasnya, ia menyadari bahwa gantungan tasnya yang berbentuk bola lepas. Tak tahu lepas dimana.
"Oh (eh)?"
"Ada apa?" Jeno bertanya.
"Gantungan bola ku hilang."
❆❆❆
Jam istirahat telah tiba. Perasaan Sungchan sedikit lega. Sebetulnya, selama jam pelajaran ia menahan rasa mulas. Itu karena ia hanya sempat meminum kopi hitam saat sarapan. Itu pun kopi milik ayahnya.
"Sungchan, ayo ke kantin." ajak Jeno.
"Chenle, ayo." Jeno juga mengajak Chenle.
"Mian (maaf). Kalian duluan saja. Aku sudah tak tahan." Sungchan langsung berlari menuju toilet.
Lima belas menit telah berlalu. Sungchan mencuci tangannya di wasfatel. Setelah mengeringkan tangannya, ia membuka ponsel. Saat BAB tadi, ia menerima pesan LINE dari Chenle. Karena tak ingin terganggu, ia baru sempat membukanya sekarang.
Chenle🐬
Ada hadiah untukmu di atas meja. Aku dan Jeno ke kantin duluan. Bye~|
"Hadiah?" gumam Sungchan.
"Wah, mentang-mentang sultan seenak jidat dia memberiku hadiah." sambungnya sambil tersenyum tipis.
Sungchan berjalan keluar. Saat membuka pintu, ia terkejut mendapati seorang siswi berada tepat berada di samping pintu. Wajahnya sedikit tak asing bagi Sungchan. Ia mencoba mengingat lagi dimana ia bertemu siswi itu.
Ingat! Gadis di lift.
"Kau! Mengapa selalu mengejutkanku?!" protes Sungchan.
"Sorry." ucapnya sambil memberikan gantungan tas milik Sungchan yang hilang.
"Terjatuh di lift." sambungnya lagi.
Sungchan menerima gantungan bolanya. Sekilas, ia melihat pada plang name tag milik siswi yang berada di depannya.
'Xia Hui'
Tak tahu pasti apa yang dibaca Sungchan itu benar atau tidak. Sepertinya juga itu bukan nama Korea. Memang susah melafalkan nama asing yang ditulis menggunakan aksara Korea.
"Aku murid baru pindahan dari China, Xia Hui." ucap siswi bernama Xia Hui memperkenalkan. Ternyata benar yang dibaca Sungchan.
Seorang siswi yang baru saja memperkenalkan dirinya dengan nama Xia Hui ini mulai tersenyum ramah. Rambut pirangnya yang panjang tergerai dengan rapi. Pita merahnya cocok sekali dijepitkan di atas rambutnya.
"Bagaimana kau tau ini milikku?" tanya Sungchan heran.
"Aku melihatnya sudah tergeletak di lantai lift. Aku pikir itu milik salah satu dari kalian." jelas Xia Hui.
"Awal jam istirahat, aku melihatmu berlari ke arah toilet. Aku menunggumu untuk memberikan ini." jelasnya lagi.
"Selama itu di depan toilet siswa laki-laki?" Sungchan mengernyitkan dahinya. Dia mulai sedikit menjauh.
Xia Hui hanya menganggukkan kepalanya. Sungchan mulai bergidik. Tak bisa membayangkan jika ia terus-terusan berada di dekatnya.
"Ah, okay. Terima kasih sudah menemukan gantungan tas ku." ucap Sungchan tersenyum ragu. Ia mengambil gantungan bolanya.
Sungchan bergegas pergi dari tempatnya. Ia menuju ke kelas setelah mengingat 'hadiah' yang dikatakan Chenle.
"Ahjussi (paman)." panggil Xia Hui.
Sungchan menghentikan langkahnya. Dia menolehkan kepalanya pada Xia Hui yang berada di belakangnya.
"Ahjussi?"
Entahlah, Sungchan hanya ingin menjauh dulu. Tanpa pikir panjang, ia langsung berlari menuju kelas.
To be continue~