"Masa lalunya, membuat Jeno trauma."
.
.
.
.
.
*satu jam sebelum tiga bujang berantakan.
Sore menjelang malam, banyak siswa mengunjungi perpustakaan — terutama kelas dua belas. Mereka tengah belajar untuk ujian kelulusan mendatang.
Jeno dan Chenle berada di perpustakaan. Tapi, jangan mengharapkan mereka untuk belajar. Jeno berencana untuk pulang telat. Dia sedang ribut dengan kakaknya, Mark Lee. Chenle menemani Jeno, dia tidur sebentar di sudut ruangan.
Saat itu Yangyang sudah kembali ke asrama sekolah. Sungchan sedang mengurus perpindahan ruang klub dance mereka.
Setengah jam telah berlalu. Jeno membangunkan Chenle yang sedang tidur.
"Chenle, bangun. Aku mau pulang." Jeno menggoyang-goyangkan tubuh Chenle.
"Eh? Okay." Chenle masih setengah sadar.
Mereka berdua berjalan keluar perpustakaan.
❆❆❆
Di persimpangan jalan luar sekolah, Jeno dan Chenle harus berpisah. Tapi, mereka berdua terhenti saat melihat William Kim — trouble maker di SIHS (Seoul International High School). Dia datang bersama empat siswa lainnya yang merupakan anggota geng nya.
Jeno punya masa lalu dengannya. Saat kelas 10, Jeno menyukai salah satu siswi di sekolah. Singkatnya, mereka saling menyukai dan sebelum memutuskan untuk berpacaran, ternyata siswi itu kekasihnya Will.
Jeno yang mengetahui hal itu, dia langsung menjauh. Dia sakit hati, kecewa dan merasa dikhianati. Sejak saat itu, Jeno trauma untuk jatuh cinta. Mungkin hal itu terlihat sepele bagi orang lain. Namun, bagi Jeno hal yang benar-benar menyakitkan.
Will tau bahwa kekasihnya bermain curang di belakangnya. Bukan kekasihnya yang menjadi sasaran empuknya, melainkan Jeno yang tidak tahu apa-apa sebelumnya. Di akhir kelas 10, siswi itu pindah dari SIHS.
"Wah wah. Siapa yang datang?" Will memulai. Ia seperti melihat mangsa yang tengah berjalan di depannya.
"Siapa dia?" lanjutnya lagi.
"Perebut kekasih orang." gengnya menyaut bersamaan.
Jeno diam-diam mengepalkan tangannya. Dia sudah ancang-ancang jika Will melakukan sesuatu.
"Jeno, kita pergi saja. Jangan ladeni mereka." bisik Chenle.
Jeno tak mendengarkan. Dia masih memandangi Will tajam. Chenle menarik-narik seragam Jeno.
"Mau apa?" tanya Jeno sinis.
"Jeno!" bentak Chenle berbisik.
"Tak ada. Hanya melihat dua tikus berjalan. Busuk sekali baunya." William tersenyum sinis. Sesekali ia menyeringai.
"Chenle tak ada urusan. Jangan ganggu dia." Jeno semakin menggenggam tangannya.
"Oh ya? Kalian sahabat, bisa jadi kau mengajarinya bagaimana cara merebut kekasih orang." Will tertawa sinis.
"Berandal!" bentak Jeno sekaligus memukul Will.
Chenle mencoba memisahkan mereka. Empat anggota geng Will menahannya. Bahkan, mereka sempat memberikan sentuhan ringan pada pria Zhong itu.
Saat itu, Yangyang habis membeli beberapa camilan dengan teman-teman asrama nya yg lain. Kebetulan, dia berada di sekitar tempat kejadian.
Melihat perkelahian yang sedang berlangsung, Yangyang dan siswa yang lain langsung memisahkan. Ia sempat kena pukul di lengan kirinya saat menjauhkan Will dari Jeno.
Will dan gengnya berhasil dipisahkan oleh beberapa orang. Jeno sudah babak belur. Beberapa lebam muncul di wajahnya.
"Jeno, wajahmu!" ucap Yangyang terkejut.
"Sialan! Aku tak bisa pulang dalam kondisi begini. Kakakku akan mengamuk nanti." jawab Jeno kesal.
"Kita ke rumah Sungchan saja. Mamaku pasti heboh jika aku pulang seperti ini juga." ucap Chenle.
Dua bujang membantu Jeno berdiri. Rupanya, Jeno sulit untuk bangkit. Chenle dan Yangyang perlahan memapah Jeno dan berjalanan ke rumah Sungchan.
❆❆❆
Jeno sedang diobati oleh Sungchan di kamarnya. Chenle yang masih memiliki cukup tenaga membantu mengobati luka Jeno yang berbaring di atas kasur.
"Ada apa sebenarnya? Kenapa Jeno memar begitu?" tanya Sungchan khawatir.
"Aku memukul si trouble maker." jawab Jeno sambil menahan sakit.
"Will?" Sungchan memastikan.
Tiga bujang mengangguk bersamaan. Chenle menjelaskan semua kejadian sebelumnya.
Mendengar penjelasan Chenle, Sungchan mengacak-acak rambutnya. Dia sedikit berteriak untuk melampiaskan kekesalannya.
"Itu bukan salah Jeno. Gadis itu yang bersalah. Lagian, kejadian itu sudah lama." Sungchan mencoba menahan emosinya.
"Will tak akan memaafkannya begitu saja." ucap Chenle lirih.
Tok! Tok!
Pintu kamar Sungchan diketuk.
"Sungchan." terdengar suara Saeron memanggil.
"Saeron?" tanya Chenle panik.
"Kita harus sembunyi. Gawat jika dia lapor sekolah melihat kita begini." Jeno mencoba bangkit.
Sungchan mencoba mencari tempat persembunyian untuk mereka. Namun, dia terlambat. Saeron lebih dulu membuka pintu.
Saeron mendapati tiga bujang berantakan. Terumata Jeno, dia sungguh terkejut.
"Kalian! Kenapa berantakan sekali?" Saeron terkejut.
"Bisa kau rahasiakan? Repot jika sekolah tahu." pinta Chenle.
"Apa Sungchan terlibat?"
"Tidak."
Saeron mencoba mendekati Jeno. Dia melihat beberapa memar yang terlihat.
"Sakit?" Saeron mencoba memegang memar Jeno. Jeno merintih.
"Kau gila?! Mana ada memar begitu tak sakit." protes Yangyang.
"Sebaiknya kalian semua turun. Makan malam bersama. Bibi sudah menyiapkan makan malam." ucap Saeron.
"Kau bersedia tutup mulut?" Chenle memastikan.
"Aku akan pura-pura tak tahu kejadian ini. Sudahlah, aku malas mengurusi urusan kalian." jawab Saeron.
Mereka semua turun. Di ruang makan, Nyonya Ahn — Mama Sungchan terkejut melihat tampilan tiga bujang.
Sungchan menjelaskan secara singkat tentang apa yg sudah terjadi. Saeron mendengarkan, tapi dia juga tak mau terlalu ikut campur. Terlebih, Will ada di dalamnya.
To be continue~