Chereads / Berjodoh Dengan Ustadz / Chapter 26 - CANDAAN BU KANTIN

Chapter 26 - CANDAAN BU KANTIN

Indah mendudukkan bokongnya di kursi depan meja kantin. Ini waktunya makan siang. Tentu saja wanita cantik yang sedikit tomboy itu akan makan siang di kantin. Biasanya ia akan ditemani oleh sahabat baiknya yaitu Safira. Sudah beberapa Minggu ini ia makan siang sendiri dan di kantor pun berasa seperti sendirian. Sebab, hanya Safira lah yang menjadi sahabat baiknya.

"Makan sendirian lagi gue," gumam wanita itu sembari beranjak dari duduknya. Melangkahkan kakinya menghampiri kedai Bu Etin.

"Neng Fira-nya belum kerja lagi, tah ya? Neng Indah sendirian terus setiap hari," tanya si Ibu kantin yang sepertinya berdarah Sunda.

Indah tersenyum kecil lantas mengangguk, "Dia masih rehat, Bu. Mungkin jika sudah membaik, dia akan kembali bekerja. Saya juga sangat kesepian karena dia tidak ada," jawabnya sembari memilih menu makanan.

"Aamiin, mudah-mudahan Neng Fira lekas membaik. Kasihan kalau...." Ibu kantin tampak terlihat menggantung ucapannya dan melipat bibirnya ke dalam.

"Kalau apa, Bu?" tanya Indah penasaran.

Ibu kantin menggeleng kecil lantas tersenyum kaku, "Tidak, Neng. Maksud Ibu, sayang sama pekerjaannya yang lancar dan sukses," jawabnya seperti menyembunyikan sesuatu.

Indah tersenyum kecil dan malas bertanya banyak, ia tahu jika Ibu kantin itu mungkin tahu sesuatu tentang Safira. Atau mungkin saja Ibu kantin itu tahu jika Safira mengalami depresi yang begitu berat. Bahkan sampai saat ini Indah sendiri pun belum mendapat kabar dari sahabatnya itu. Ia juga belum sempat menjenguk Safira ke rumahnya.

"Ya, Fira pasti akan kembali. Ya sudah, saya pesan mie ayam bakso sama es teh tawar manis saja, Bu," ucap Indah yang tak mau ambil pusing dengan makanan yang akan ia makan.

"Baik, Neng," jawab si Ibu kantin.

Setelah selesai memesan makanan, Safira pun kembali mendudukkan bokongnya di kursi tadi. Namun, belum sampai satu menit ia duduk, tiba-tiba seorang pria datang menghampirinya.

"Hai," sapa Ardi sembari duduk di kursi bersebrangan dengan Indah.

Indah tampak sedikit terjingkat kaget dan menatap heran pada Ardi yang tiba-tiba duduk di hadapannya, "Hei, mengejutkan saya saja, Mas eh maksudnya Pak Ardi," ucapnya sembari mengatur napasnya yang tiba-tiba sesak dan tidak karuan. Mungkin efek dari keterkejutannya.

Ardi tersenyum hangat dan meletakkan kedua tangannya di atas meja, "Gimana? Emh, maksudku ... bagaimana dengan Safira? Kau sudah menemuinya?" tanyanya to the point.

Ammara menelan ludahnya kasar dan menyelipkan anak rambutnya pada telinganya, "Belum. Aku belum sempat menemuinya, Pak. Mungkin besok atau lusa aku akan berkunjung ke rumahnya," jawabnya dengan tingkah yang seperti tidak tenang duduk berhadapan dengan Ardi.

Ardi mengerutkan dahinya, "Lho, kenapa harus besok atau lusa, Dah? Kenapa tidak hari ini saja? Kau bisa 'kan? Jika bisa, kau berangkat bersamaku, aku juga akan ke sana," ujarnya penuh desakan.

Indah tampak terdiam dan menggaruk pelipisnya yang sama sekali tidak terasa gatal, "Emh, ya sudah. Nanti sore, ya!?" jawabnya.

Ardi mengangguk kecil serta tersenyum, "Yes. Sepulang ngantor, ya," balasnya.

"Ya, Pak," jawab Safira sembari memainkan jari jemarinya.

"Eh eh eh, ada Pak Ardi ganteng toooo di sini," ucap Bu kantin yang mengantarkan makanan Indah.

Ardi tersenyum lantas mengangguk, "Ya, Bu," jawabnya singkat.

Indah mendongakkan wajahnya dan menatap wajah tampan Ardi yang tersenyum santai. Sebenarnya ia begitu merasa gugup karena Ardi duduk satu meja dengannya.

"Apakah Neng Indah akan jadi pengganti Neng Fira? Eh," celetuk si Ibu kantin yang sepertinya hobby menggibah.

Safira tampak membulatkan kedua bola matanya penuh dan menatap ekstream pada Bu kantin. Sementara Ardi hanya tersenyum kecil dan menanggapi dengan gelengan.

"Ibu Etin bicara apa, sih? Kalau tidak ada yang penting, sudah sana masak lagi!" cicit Indah yang sedikit merasa sebal.

"Hehehe, maat atuh, Neng. Ibu Etin 'kan hanya bercanda," ucap Bu kantin sembari nyengenges tanpa dosa.

"Tidak lucu bercandanya!" sungut Indah sembari memutar bola matanya malas.

Bu kantin hanya nyengenges lalu kembali ke kedainya lagi. Benar-benar membuat Safira jengkel sedari tadi.

"Sepertinya sebentar lagi akan ada gosip panas di perusahaan ini, Pak," ucap Indah sembari menuangkan kecap, saus dan sambal ke dalam mangkuk berisi mie ayam di hadapannya itu.

Ardi tersenyum kecil, "Tidak masalah. Yang penting bukan gosip korupsi," kelakarnya.

Safira terkekeh kecil dan menatap wajah tampan Ardi. Ia benar-benar tidak menyangka jika pria tampan mantan kekasih sahabatnya itu tiba-tiba mau duduk di hadapannya. Tentu saja hal itu membuat semua karyawan dan staf yang makan di sana tampak saling berbisik-bisik dan menggosip ria. Sayangnya Ammara tidak ada di sana, jadi tidak melihat Ardi dengan Indah.

"Tidak mau makan, Pak?" tanya Indah yang sudah siap menyantap mie ayam di hadapannya.

Ardi menggeleng, "Tidak! Aku sedang berpuasa," jawabnya enteng.

Indah tampak membulatkan kedua bola matanya penuh, "Eh, maaf, Pak," ucapnya sembari menutupi mie ayam miliknya menggunakan tangannya.

Ardi tersenyum, "Tidak, aku hanya bercanda. Lanjut makan tidak apa-apa, Dah," jawabnya.

Indah mengangguk dan membuang napasnya lega. Ia pikir pria di hadapannya itu benar-benar puasa. Tentu saja ia akan merasa tidak enak pada pria tampan itu.

"Oh ya, apakah kau sudah tahu jika Safira akan melakukan pengobatan islami pada seorang Ustadz?" tanya Ardi yang berhasil membuat Indah tersentak kaget.

"Uhuk uhuk uhuk uhuk uhuk!" Indah terbatuk kecil karena tersedak makanan.

"Hei, hati-hati, Dah!" ucap Ardi sembari memberikan es teh manis kepada sahabat mantan kekasihnya itu.

Indah pun menerima es teh manisnya lalu meneguknya banyak-banyak, "Maaf, Pak," ucapnya sembari meletakkan gelas berisi es teh manis di atas meja.

"Tidak apa-apa," balas Ardi.

Indah mengusap mulutnya menggunakan tissue. Pandangannya kosong menatap mie ayam di hadapannya. Tentu saja ia terkejut mendengar ucapan Ardi tentang Safira. Pasalnya, ia memang belum tahu soal itu.

"Safira pergi menemui Ustadz, Pak? Untuk apa, ya?" tanya Indah tak mengerti.

Ardi mengangguk kecil, "Kau belum tahu rupanya," ucapnya menebak.

"Ya, saya belum tahu. Sampai saat ini Fira belum mengabari saya," jawab Indah.

Ardi menarik napasnya dalam lalu membuangnya perlahan. Sementara Indah tampak menunggu jawaban dari pria tampan di hadapannya itu.

"Setelah kuperhatikan, sepertinya ada yang tidak beres pada sahabatmu itu, Dah. Apakah kau merasa sama sepertiku? Coba kau ingat, sudah berapa kali Safira mengalami kejadian naas itu? Dan, aku rasa itu bukan tanpa sebab. Hal itu membuatku dan kedua orang tua Safira berinisiatif membawanya pada seorang Ustadz yang bisa mengatasi penyakit ghaib seperti yang dialami oleh Safira," ungkap Ardi yang berhasil membuat Indah tampak terbelalak kaget.

"Apa?" Indah tampak membulatkan kedua bola matanya penuh dan menatap kaget pada Ardi.

BERSAMBUNG...