Ustadz Uwais tampak membacakan doa pada sebotol air mineral di tangannya. Kini pria tampan itu mulai serius dan tak ingin lagi bermain-main dengan pikirannya yang berkeliaran ke mana-mana. Ke mana lagi pikirannya berkeliaran selain pada wajah cantik Safira.
Nama Safira Khairunnisa begitu membuat Ustadz Uwais terkesan dan terkagum-kagum. Ustadz tampan itu sempat kagum pada namanya yang memiliki makna perempuan yang baik. Ya, tentunya Ustadz Uwais melihat wajah Safira yang begitu cantik. Ia pun berharap jika wanita cantik yang kini menjadi pasiennya itu memiliki akhlak dan hati yang baik.
"Ya Allah, semoga semuanya terjawab. Aku sangat ingin tahu siapa orang yang telah berani dan tega melakukan itu kepadaku," ucap Safira di dalam hati.
Tentu saja Safira sudah tidak sabar ingin mengetahui penyebab dan orang yang telah usil padanya. Walau dalam hatinya kini fokus pada Ammara, tapi ia harus memastikan dan mendengar dari mulut Ustadz Uwais sendiri.
"Alhamdulillah, semoga Allah memberi kelancaran," ucap Ustadz Uwais sembari menutup botol air mineral di tangannya itu.
Ustadz Uwais memang memiliki keahlian untuk mengobati penyakit gaib. Sudah banyak orang-orang yang dipilih oleh Allah untuk menemuinya dengan berbagai macam keluhan. Ada yang kerasukan, ketempelan, diguna-guna, dan sebagainya.
Namun walaupun begitu, Ustadz tampan itu tidak pernah mengatakan jika dirinya adalah sosok manusia yang bisa mengobati segala macam keluhan gaib. Ia selalu menyerahkan semuanya kepada Allah subhanahu wa ta'ala. Baginya, apa yang ia lakukan saat ini, tak lebih dan tak bukan hanya suatu amanah dari Allah untuk kebaikan.
"Ini, silakan diminum ya, Mbak. Jangan lupa membaca bismillah," ucap Ustadz Uwais sembari memberikan sebotol air mineral pada Safira dengan tangan yang bergetar.
Safira pun bergegas menerima air mineral yang Ustadz Uwais berikan padanya. Namun, ia begitu heran melihat tangan Ustadz tampan itu yang tampak bergetar seperti sedang nervous. Lucu ya 'kan? Tapi Safira tidak bisa tertawa di sana. Karena, ia harus menjaga sikap dan sopan santun.
"Terima kasih, Pak Ustadz," kata Safira sembari memegang botol air mineral itu dengan kedua tangannya.
Ustadz Uwais mengangguk lantas tersenyum. Dengan cepat ia meletakan tangannya di atas pahanya. Ia begitu gerogi walau hanya memberikan sebotol minuman pada wanita cantik di hadapannya itu. Ini aneh! Benar-benar aneh. Biasanya ia tidak segerogi itu walau seorang wanita yang datang padanya. Tapi ini? Ah, jelas ini ada yang tidak beres dengan hati Ustadz tampan itu.
"Saya minum sekarang ya, Pak Ustadz," ucap Safira meminta izin.
Ustadz Uwais tersenyum lantas mengangguk, "Kenapa senang sekali memanggilku Pak Ustadz, sih? Sepertinya aku memang sudah cocok menjadi bapak-bapak," celotehnya dalam hati.
"Bismillahirrahmanirrahim," gumam Safira membaca basmalah. Setelah itu ia pun meneguk air mineral di tangannya itu.
"Semoga Allah memberi ketenangan padamu, Mbak Fira," ucap Ustadz Uwais yang tak sengaja menyebut nama Safira.
Safira mengangguk kecil dan tersenyum manis, "Aamiin, terima kasih, Pak Ustadz," jawabnya.
"Setelah ini, apa yang harus kami lakukan, Aa Ustadz?" tanya Ayah Usman penasaran.
Ustadz Uwais tersenyum kecil lalu merubah posisi duduknya sedikit nyandar ke tubuh sofa, "Saya akan sedikit meruqyah putri Anda, Pak," jawabnya yang membuat Safira tampak tersentak kaget.
"Apa? Aku diruqyah?" wanita cantik itu tampak membulatkan kedua bola matanya penuh dan menatap syok pada Ustadz tampan di hadapannya.
Ustadz Uwais mengangguk dengan santai dan tenang, "Benar, kamu harus diruqyah terlebih dahulu, Mbak," jawabnya dengan lembut.
"Untuk apa? Aku 'kan enggak kerasukan!" Safira berkata dengan suara yang sedikit meninggi.
Dia berpikir jika orang yang diruqyah itu hanyalah yang kerasukan setan saja. Padahal 'kan tidak. Tentu saja hal ini membuat Safira merasa aneh dan sedikit tidak setuju.
Mendengar protesan Safira, Ustadz Uwais tampak tersenyum geli dan nyaris ingin tertawa. Namun ia tahan agar tidak membuat pasien cantiknya itu tersinggung atau marah padanya.
"Fira, ikuti saja apa yang Ustadz katakan." Bu Kartika menegur dengan suara yang pelan.
Safira mendelikan matanya dan menolehkan wajahnya pada sang Ibu, "Tapi 'kan Fira tidak kerasukan, Bu. Apa yang mau diruqyah?" protesnya dengan suara yang setengah berbisik.
"Tentu saja membuang sesuatu yang menempel di tubuhmu, Mbak." Ustadz Uwais menjawab spontan dan berhasil membuat Safira membulatkan mata kembali.
Kedua orang di samping Safira pun tampak sedikit tersentak dan heran. Namun tentu saja mereka pun sangat penasaran dan tak bisa berkomentar apa-apa.
"Baik, untuk menyingkat waktu, lebih baik sekarang ikut saya ke tempat khusus," lanjut Ustadz Uwais tanpa kompromi.
Ayah Usman dan Bu Kartika tampak saling beradu pandang dan saling memberikan isyarat satu sama lain. Sementara Safira tampak masih sedikit tidak menyangka dan tampak tak mengerti.
Ustadz tampan itu tampak sudah beranjak dari duduknya. Seperti biasa ia memang akan meruqyah pasiennya di tempat yang khusus untuk pengobatan.
"Ayo, Fira!" ajak Ayah Usman sembari siap-siap beranjak dari duduknya.
Bu Kartika turut bangun dan tentu saja ia pun mengajak putrinya itu. Namun sang putri tampak seperti menolak dan tidak setuju.
"Kenapa mesti diruqyah segala, sih? Fira 'kan hanya ingin tahu siapa yang melakukan itu pada Fira!" cicit Safira sembari bangun dari duduknya.
"Astaghfirullah, Fira! Bisa tidak kau nurut saja? Kita tidak mengerti apa-apa. Ibu yakin jika Aa Ustadz ini akan memberikan yang terbaik padamu," ujar Bu Kartika yang kini tampak kesal pada putrinya itu.
Safira mendelikan matanya dan membuang napasnya kasar. Sementara Ayah Usman tampak mengusap wajahnya dan sedikit merasa malu pada Ustadz tampan yang sudah berdiri hendak keluar dari villa itu.
"Tidak apa-apa jika tidak mau diruqyah. Tapi, saya pastikan makhluk itu akan tetap mengikuti kamu. Dan, efeknya juga pasti sangat banyak," sela Ustadz Uwais penuh penegasan.
Bola mata hitam itu kian membulat saat mendengar ucapan Ustadz Uwais. Tentu saja wanita cantik itu mesti memutar otaknya dan berpikir keras. Seketika saja ia merinding dan membayangkan makhluk yang Ustadz Uwais katakan.
"Makhluk apa? Jangan menakut-nakuti saya!" cicit Safira sembari menatap penuh intimidasi pada Ustadz tampan itu.
"Menakut-nakuti? Astaghfirullah! Saya tidak menakut-nakuti kamu, Mbak. Saya hanya bicara sesuai apa yang saya lihat," ujar Ustadz Uwais penuh penegasan.
Safira memalingkan wajahnya dan membuang napasnya kasar. Sementara Ayah Usman dan Bu Kartika semakin jengkel karena akhir-akhir ini putrinya banyak melawan dan terlalu egois.
"Lakukan saja apa yang harus dilakukan, Tadz." Ayah Usman berkata dengan nada yang rendah dan sepertinya menyimpan kesal dan kecewa pada putri tunggalnya itu.
"Tapi, saya tidak ingin melakukannya secara paksaan, Pak. Jika putri Bapak tidak ingin diruqyah, maka saya tidak akan memaksanya," ucap Ustadz Uwais dengan kerendahan hatinya.
Ayah Usman dan Bu Kartika tampak saling beradu pandang. Mereka sangat merasa tidak enak pada Ustadz tampan yang sangat lembut dan ramah itu.
BERSAMBUNG...